Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Prednison, Obat Dewa yang Perlu Diperhatikan Penggunaannya

1 Desember 2014   18:48 Diperbarui: 4 April 2017   17:14 5113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_379656" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi obat. (Shutterstock)"][/caption]

Dulu sepanjang ingatanku, saat aku sakit batuk terutama, aku tidak pernah minum kortikosteroid (prednisone, prednisolone, dexametason, dan teman-temannya). Kalau antibiotika memang sering. Sehingga aku memang tidak akrab dengan obat jenis kortikosteroid. Saat kuliah, aku mengenal kortikosteroid sebagai obat untuk asma, rheumatoid arthritis, dan penyakit-penyakit yang terkait sistem imun. Obat kortikosteroid adalah ‘tiruan’ dari hormon dalam tubuh yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Obat ini mempengaruhi sistem imun tubuh dan sistem metabolisme beberapa senyawa oleh karena itu, penggunaan obat-obat kortikosteroid sebenarnya perlu diawasi. Di Inggris, pasien yang mengonsumsi obat kortikosteroid mendapat kartu ‘Steroid treatment card’ yang harus ditunjukan kepada apoteker maupun dokter yang menangani pengobatan pasien tersebut.

Aku terkejut ketika menjalani praktek kerja di apotek dan mengetahui bahwa presnison, salah satu dari jenis kortikosteroid, digunakan untuk terapi sariawan oleh orang-orang di daerah itu. Waktu itu aku betul-betul tidak habis pikir, “Siapa sih yang punya ide ngajarin orang sini buat minum prednisone kalo sariawan? Pake albothyl aja cukup tau.”

Selain untuk mengobati sariawan, oleh masyarakat di sana, prednisone digunakan sebagai penambah nafsu makan sampai-sampai ada orang yang tidak bisa makan kalau tidak minum prednisone dulu dan terlihat jelas muka orang itu yang menjadi bulat penuh seperti donat (salah satu efek samping penggunaan prednisone jangka panjang adalah moon face, yaitu muka yang bulat penuh seperti bulan). Semakin ke sini, aku melihat penggunaan kortikosteroid semakin sering digunakan. Untuk batuk, radang tenggorokan, dan nyeri.

“Prednison tuh obat dewa sih mbak, suamiku itu kalo gak enak tenggorokan apa nyeri gitu yang dicari prednisone. Ibuku sakit syaraf kejepit gitu minum prednison sebentaran trus sembuh,” kata seorang asisten apoteker.

Iya sih….

Sehebat apakah prednisone?

Melalui surat kepada editor majalah Steroids yang dipublikasikan pada bulan Maret 1994, kita tau bahwa pada tahun 1951, Arthur Nobile, berhasil melakukan oksidasi beberapa jenis steroid, termasuk kortison dan hidrokortison, menjadi senyawa yang disebut prednisone dan prednisolone. Pada tahun yang sama, Nobile juga melaporkan respon antiinflamasi dari prednisone dan prednisolone pada tikus dan tahun 1954, penelitian klinis prednisone dan prednisolone pada pasien arthritis dimulai.

Prednison adalah agonis reseptor dari glukokortikoid yang dimetabolisme di hati menjadi bentuk aktifnya, prednisolone. Prednisolon akan menembus membrane plasma, berikatan dengan reseptor citoplasma yang spesifik lalu hasilnya adalah infiltrasi leukosit pada tempat peradangan dihambat, fungsi mediator pada respon radang diganggu, respon imun ditekan, dan akhirnya mengurangi bengkak.

Dengan diketahuinya aksi prednisone yang seperti itu, maka kemudian prednisone digunakan untuk mengobati nyeri dan peradangan termasuk pada radang tenggorokan ketika batuk maupun radang di mulut akibat sariawan.

Sebenarnya, prednisone lebih hebat daripada sekedar mengobati radang tenggorokan dan sariawan. Aksinya yang dapat menghambat infiltrasi leukosit dan mengganggu fungsi mediator membuatnya bisa membantu penyembuhan alergi dan penyakit peradangan parah. Dan kehebatannya menekan sistem imun menjadikannya pilihan untuk penyakit auto-imun dan bagian dari terapi tranplantasi organ untuk mencegah sistem imun menolak organ yang ditransplantasi.

Kekhawatiran pada kebiasaan konsumsi prednisone

Aku bukan satu-satunya orang yang terkejut dan khawatir pada kebiasaan orang mengonsumsi prednisone di setiap sakitnya. Seorang dokter syaraf yang secara tidak sengaja aku temui ketika aku sedang bermain di daerah Bintaro, mengemukakan kekhawatirannya pada dokter yang mudah sekali meresepkan prednisone pada pasiennya walaupun pasiennya itu hanya batuk ringan.

“Biar cepet sembuh, Dok, pasiennya,” komentarku.

“Ya iya, tapi kamu tau prednisone itu kan kerjanya menekan sistem imun dan dia juga ada pengaruh di kelenjar adrenalin. Iya sih, ngeresepinnya sedikit-sedikit, tapi kan ntar masyarakat jadi kebiasaan trus gak pake ke dokter beli prednisone sendiri, jumlah prednisone dalam tubuh mereka kan jadi gak terkontrol trus nanti tiba-tiba kenalah dia sama efek yang tidak diharapkan,” kata dokter tersebut. “Orang obat anti-inflamasi yang lebih selektif aja udah banyak kok masih aja ada yang ngeresepin prednisone buat nyeri atau peradangan ringan.”

Bukan tanpa alasan dokter ini kesal terhadap masih maraknya peresepan dan penggunaan prednisone. Prednison, memang obat yang bisa digunakan untuk terapi beberapa penyakit gawat yang mengancam jiwa sehingga obat ini seperti menyelamatkan kehidupan banyak orang tetapi karena hebatnya itu, dia juga bisa memberikan efek yang tidak diharapkan.

Dalam prosesnya mengurangi bengkak, prednisone menstimulasi pengeluaran asam lambung sehingga bisa membuat orang terkena maag. Prednison juga memiliki aktivitas mineralcorticoid yang mempengaruhi pertukaran ion yang ada di ginjal yang menyebabkan retensi natrium dan tekanan darah menjadi tinggi. Selain itu, prednisone juga mempengaruhi metabolism zat-zat dalam tubuh yang menyebabkan penggunaan jangka panjang dapat membuat orang mengalami osteoporosis, glukoma, diabetes, bentuk muka yang bulat, dan dyslipidemia. Selain itu, prednisone juga bisa membuat orang mengalami susah tidur dan membuat suasana hati menjadi buruk. Karena kerjanya yang menekan sistem imun, penggunaan prednisone membuat orang jadi rentan terserang infeksi.

Saran untuk Masyarakat

Aku tidak akan menilai buruk dokter yang meresepkan prednisone atau kortikosteroid lain untuk nyeri atau peradangan ringan. Obat anti-inflamasi yang lebih baru, lebih selektif, dan lebih aman memang ada. Tetapi soal harga, jelas mereka kalah bersaing dengan prednisone. Aku bahkan tidak yakin obat anti-inflamasi yang lebih baru itu tersedia di pelayanan primer di daerah pelosok.

Karena harganya yang murah dan bisa didapat dengan mudah, sebaiknya masyarakat tidak juga langsung membeli prednisone maupun obat kortikosteroid lainnya tanpa resep dari dokter maupun menebus kembali resep kortikosteroid tanpa persetujuan dokter. Biasanya, untuk inflamasi ringan, dokter meresepkan presnison atau kortikosteroid tidak lebih dari 3 hari untuk mencegah efek penggunaan jangka panjang. Dan beri tahu dokter atau apoteker bila mendapat resep prednisone tetapi sedang hamil.

Bila mendapatkan resep prednisone atau kortikosteroid lainnya, jangan diminum malam hari untuk mengurangi efek penekanan kelenjar adrenalin dan kecenderungan susah tidur. Mintalah apoteker untuk mengaturkan jadwal minum obatnya , terutama bila harus mengonsumsi kortikosteroid bersamaan dengan obat lain, karena golongan obat kortikosteroid bisa berinteraksi dengan beberapa jenis obat.

Bila mendapat prednisone atau kortikosteroid lainnya dalam waktu yang lama, patuhilah saran dokter atau apoteker untuk tidak menghentikan tiba-tiba penggunaan obat tersebut. Prednison dan kortikosteroid memang bukan obat yang menyebabkan candu, tetapi tubuh butuh waktu untuk menyesuaikan diri saat tidak kemasukan prednisone atau obat kortikosteroid lainnya.

Dan jangan gunakan prednison untuk menambah nafsu makan. Saya menyarankan anak-anak untuk diberi suplemen seperti kurkuma yang ada dalam temulawak atau bahan herbal lainnya bila susah makan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun