Mohon tunggu...
Meita IndahS
Meita IndahS Mohon Tunggu... Jurnalis - Seorang yang menyukai menulis, traveling, dan kuliner

Sukses dunia akhirat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mahasiswa KKN DDP UNS-IPB Benahi Data Desa sekaligus Kenalkan Kirab Budaya Desa Wisata Paranggupito Kabupaten Wonogiri

28 Agustus 2022   13:21 Diperbarui: 28 Agustus 2022   13:24 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan oleh Universitas Sebelas Maret (UNS) mengusung tema baru yaitu Data Desa Presisi (DPP) dengan melakukan kolaborasi bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) di Desa Paranggupito, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. 

Dalam penyebaran mahasiswa KKN DDP, Wonogiri merupakan daerah penempatan paling jauh diantara Sragen, Karanganyar, dan Boyolali dengan tantangan yang lebih besar pula.

Penerjunan KKN pada tanggal 4 Juli 2022 dan dilaksanakan selama 45 hari hingga 18 agustus 2022 dengan program kerja bidang spasial dan sosial yaitu pemfokusan pada pembenahan serta pembaruan data desa. 

Bidang spasial memiliki tugas membuat data berupa luaran peta desa dengan terjun langsung ke lapangan menggunakan drone serta pengolahan hasil menjadi 5 peta dasar yaitu adminisratif, topografi, penggunaan lahan, infrastruktur, dan orthophoto. 

Serta bidang sosial melakukan sensus penduduk dengan menggunakan aplikasi MERDESA yang berisi data numerik warga desa  secara detail yang berisi data bantuan atau jaminan sosial hingga estimasi refresing tiap tahun dan data lain-lainnya.

Pelaksanaan pencarian data dengan menggunakan drone membutuhkan tenaga ekstra mengingat wilayah desa paranggupito yang masih lebih dominan dengan alas atau hutan, sehingga menurut Ketua Tim Spasial KKN DDP UNS-IPB, Muhammad Alfa Daffadhiya Setiawan mengungkapkan bahwa harus siap dengan segala medan untuk mencapai titik batas desa agar drone dapat terbang di titik koordinat yang tepat dan aman. 

"Ketika batas desanya mengharuskan masuk hutan, kita harus siap 'babat alas', dengan membawa alat seadanya dan yang tidak boleh tertinggal yaitu sepatu gunung yang savety agar tidak terkena bahaya," kata dia.

Pengambilan citra drone dengan melewati beberapa bukit atau hutan terjal dibagi menjadi sebanyak 62 misi, per 15 menit dengan menghasilkan kurang lebih 200 foto.

"Untuk cuaca tidak terlalu menjadi kendala, tapi mencari titik koordinat yang harus masuk-masuk hutan memunculkan inisiatif membentuk tim baterai drone. Jadi, nanti kalau baterai drone habis ada yang mengantar dititik terdekat, karena kendala jarak jauh dan naik turun bukit. Tapi justru itu yang membuat seru dan semua misi berhasil dilaksanakan dengan baik," ungkap dia.

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun