Pada bulan November 2022 Indonesia dihebohkan dengan penemuan jasad satu keluarga di Perumahan di Kalideres, Jakarta Barat. Penemuan jasad terjadi pada tanggal 10 November 2022 oleh tetangga yang mencium bau busuk menguar dari dalam rumah mereka. Ditemukan empat orang yang sudah meninggal didalam rumah itu, mereka adalah Rudyanto Gunawan (71), Renny Margaretha Gunawan (68), Dian Febbyana (42), dan Budyanto Gunawan (68).Â
Tetangga sekitar rumah sangat terkejut atas penemuan mereka, keluarga ini dikenal sebagai keluarga yang lumayan tertutup. Hanya beberapa orang yang pernah berinteraksi dengan mereka seperti tetangga sebelah rumah, tukang jamu langganan, ketua RT, dan tukang kue tempat mereka biasa menitipkan dagangan.Â
Orang yang pertama kali mencium bau busuk dari rumah mereka adalah Tio, tetangga sebelah rumah. Berdasarkan penuturannya, awalnya dia mencium bau itu pada sekitar bulan Februari, namun itu tidak berlangsung lama. Lalu pada bulan November bau busuk itu muncul lagi namun kali ini lebih kuat dan lebih lama daripada sebelumnya. Hal ini juga yang menyebabkan warga memutuskan untuk membuka dan melihat rumah keluarga tersebut.Â
Saat ditemukan, jasad Rudyanto sudah mengering terbaring di kamar belakang, jasad Margaretha juga sudah kering di kamar, jasad Budyanto masih basah di sofa, dan jasad Dian juga masih basah. Ahli forensik memperkirakan urutan meninggalnya yang pertama adalah Rudyanto, kemudian Margaretha, lalu Budyanto, dan yang terakhir adalah Dian.Â
Dalam penyelidikan kasus seperti ini apalagi yang melibatkan kematian, maka pasti akan ada peran ilmu forensik di dalamnya. Dalam penyelidikan kasus meninggalnya keluarga di Kalideres ini banyak menggunakan jasa dari patologi forensik yang merupakan pemeriksaan forensik terhadap korban meninggal, dan psikologi forensik yaitu pemeriksaan psikologi dalam kasus yang melibatkan hukum.Â
Pemeriksaan dalam patologi forensik bertujuan untuk menemukan fakta-fakta hukum yang bisa dikuak atas kejadian yang menyebabkan korban meninggal. Pemeriksaan berupa identifikasi seluruh organ tubuh korban untuk menemukan penyebab kematian, perkiraan waktu kematian, dll. Seperti dalam kasus meninggalnya keluarga di Kalideres ini tim forensik tidak menemukan adanya sisa makanan di sistem pencernaan para jasad.Â
Sehingga pada awalnya tim penyelidikan sempat mengira bahwa keluarga ini meninggal karena kelaparan yang bisa disebabkan karena mengikuti aliran tertentu atau bisa jadi juga melakukan sebuah kondisi yang bernama VSED (Voluntarily Stopping Eating and Drinking/ mogok makan dan minum secara sukarela), namun setelah ada pemeriksaan lanjutan, dugaan ini dapat ditepis dan ahli menyatakan bahwa keluarga ini meninggal secara wajar.Â
Tim patologi forensik menjelaskan bahwa keempat jasad ini meninggal karena sakit, Rudyanto diidentifikasi memiliki infeksi saluran pencernaan karena ditemukannya gambaran pendarahan di saluran cerna.Â
Kemudian Margaretha diidentifikasi memiliki penyakit kanker payudara karena tim forensik menemukan adanya zat Tamoxifen di hati yang merupakan obat kanker payudara. Selanjutya, Budyanto diidentifikasi meninggal karena serangan jantung, dan yang terakhir Dian diidentifikasi menderita radang paru kronis.Â
Selanjutnya, kasus ini juga ditangani oleh Apsifor (Asosiasi Psikologi Forensik). Ketua Apsifor, Reni Kusumowardani menjelaskan bahwa mereka melaksanakan autopsi psikologi terhadap empat mayat keluarga tersebut.Â
Autopsi psikologi dilakukan untuk menentukan penyebab kematian dan rating lethality keempat jenazah. Perbedaan otopsi psikologi dengan kedokteran forensik adalah otopsi ini menyelidiki penyebab kematian melalui latar belakang dan aspek perilaku atau psikologinya.Â
Terdapat lima belas aspek psikologi yang diperhatikan dalam otopsi psikologi ini, yaitu usia, status, pernikahan, agama, pekerjaan, dan beberapa aspek perilaku. Pemeriksaan psikologi menemukan rating lethality atau cara kematian pada seluruh jasad merujuk pada hal yang sama, yaitu kematian secara wajar.Â
Profiling pertama yaitu terhadap Rudyanto ditemukan bahwa penyebab kematiannya adalah hal yang wajar yaitu disebabkan karena penyakit. Sehingga ada kepasrahan psikologis yang terjadi karena segala cara yang dilakukan tidak berhasil. Kemudian Margaretha ditemukan sebagai seseorang yang memiliki pride tinggi dan ingin terlihat lebih dari orang lain dengan motivasi tinggi.Â
Dengan tipologi perilaku seperti ini sangat kecil kemungkinan beliau melakukan bunuh diri. Kemudian Budyanto ditemukan memiliki sifat yang keras kepala, iri hati, dan tingkah laku serta cara berpikirnya tidak lazim atau aneh.Â
Dia juga mempercayai hal-hal yang bersifat perdukunan yang besar kemungkinan bertujuan untuk memperbaiki kehidupannya termasuk kondisi finansial. Lalu yang terakhir adalah hasil analisa Dian, beliau memiliki sifat yang selalu menekan emosi negatif dan sulit untuk membuat keputusan. Dia juga memiliki ketergantungan yang kuat pada sang ibu yaitu Margaretha.Â
Hal ini juga yang membuat tim psikologi forensik menyimpulkan bahwa Dian mengalami pathologic grief atau adanya denial atau penyangkalan bahwa ibunya sudah meninggal. Hal ini terlihat dari Dian yang masih terus membersihkan, menyuapi dan menyisir rambut ibunya saat sudah meninggal seperti yang dilihat oleh pegawai koperasi yang berkunjung saat Dian dan Budi ingin menggadaikan rumah mereka.Â
Pemeriksaan patologi dan psikologi forensik menyangkal adanya dugaan-dugaan penyebab kematian keluarga di Kalideres ini yang tersebar di tengah masyarakat. Seperti adanya dugaan mengikuti aliran tertentu, VSED, bunuh diri, pencurian, pembunuhan, dll. Seperti pada tujuan awalnya pemeriksaan forensik berperan untuk menemukan penyebab kematian, latar belakang penyebab kematian, dan kondisi apa saja yang terjadi pada korban.Â
Pemeriksaan forensik juga dilakukan untuk mengidentifikasi apakah ada indikasi tindak pidana dalam kejadian ini. Setelah banyak pemeriksaan dan penyelidikan ditemukan tidak adanya bentuk kekerasan apapun yang terjadi pada korban, dan bukan merupakan tindakan pencurian atau pembunuhan karena tidak ada tanda-tanda orang masuk dan keluar dari rumah juga mengingat rumah dan kamar yang dikunci dari dalam.Â
Pada akhirnya, karena tim forensik dan kepolisian tidak menemukan adanya indikasi tindak pidana dalam kasus ini, kasus ini dihentikan dan jasad keempat anggota keluarga tersebut diserahkan kepada keluarga besar untuk dimakamkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H