Kondisi psikologis penderita COVID-19
Entah sampai kapan pandemik ini akan berakhir. Kemungkinan besar virus ini akan selalu berdampingan dengan segala aktivitas kehidupan selamanya. Keresahan semua orang semakin menjadi setelah angka penderita covid-19 semakin meningkat setiap harinya.
Sebagian orang masih ada yang belum percanya dengan adanya virus covid-19 Â yang menganggapnya konspirasi belaka. Tapi sebagian orang percaya akan adanya virus ini setelah ada bukti yang meyakinkan dirinya.
Gejala-gejala awal yang diderita secara fisik oleh penderita covid-19 sudah banyak diketahui, karena  sering diinformasikan di media sosial dan media lainnya. Namun  sedikit sekali yang tahu mengenai kondisi psikologis penderita covid-19.  Karena hanya dirasakan oleh penderita covid-19, dan  penderita pun terkadang tidak mengetahui kondisi yang sedang dialaminya.
Keadaan penderita covid-19 dipenuhi dengan kecemasan, ketakutan, dan stress. Tanpa disadari kondisi tersebut akan menghambat terhadap kesembuhan penderita covid-19, karena pada kondisi stress akan menurunkan imun di dalam tubuh. Bahkan bisa mengalami emosional burnout dan hypophrernia.
Menurut ahli mengatakan bahwa burnout merupakan sindrom kelelahan emosional, fisik, dan mental ditunjang oleh rendanya self esteem, dan self efficacy, disebabkan penderitaan stress yang intens dan berkepanjangan (Baron dan Greenberg, 1990). Dari pengertian tersebut dapat didefinisikan  bahwa burnout dapat muncul dari faktor internal seseorang yang ditunjang oleh lingkungan yang menyebabkan stress berlarut-larut.
Faktor eksternal dimana kondisi penderita covid-19 dalam keadaan tertekan dengan keadaan. Dimana tidak bisa beraktifitas seperti biasanya dan bersosialisasi, selain itu juga adanya tuntutan pekerjaan yang harus dikerjakan atau diselesaikan walaupun dalam kondisi seperti itu.  Adapun faktor lingkungannya adalah  keadaan social di lingkungan sekitar rumah  baik dari penyikapan dan perkataan masyarakat yang berlebih membuat kondisi penderita tertekan dan bisa menimbulkan traumatic. Selain itu juga membuat penderita sering beranggapan negativ terhadap sesuatu.
Adapun ciri-ciri mengalami burnout adalah
-Sering merasa lelah, kehilangan energi
-Depresi
-Perasan tidak berdaya
-Sinisme
-Penilaian negativ terhadap orang lain
-Merasa tidak berguna
Dari kondisi burnout bisa menyababkan hypophrenia. Dilansir dari dosenpsikologi.com hypophrenia merupakan ganguan mental dimana penderitanya dapat menyebabkan  tiba-tiba merasakan kesedihan dan menangis tanpa mengetahui penyebabnya. Kondisi ini bisa saja terjadi pasca covid dimana penderita sudah dinyatakan sembuh. Salah satu penyebabnya adalah PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), dimana kondisi mental ketika mengalami kepanikan, traumatic, dan pengalaman masa lalu yang menyedihkan atau menyakitkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H