Ecoenzym merupakan larutan hasil dari fermentasi limbah dapur organik dengan diberi tambahan gula dan air. Ecoenzym ini juga merupakan produk ramah lingkungan. Larutan ini dapat mempercepat reaksi biokimia di alam.
Dengan pertambahan penduduk dan pola konsumsi masyarakat merupakan faktor utama yang menyebabkan pesatnya produksi sampah yang terus meningkat. Bahkan, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutan pada tahun 2020 memperkirakan timbunan sampah di Indonesia mencapai 67,8 juta ton.
Berkaitan dengan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang diperingati Senin, 21 Februari 2022 ini. Sampah bisa menjadi bahan baku ekonomi terlebih dalam masa pandemi saat ini. Bahkan, perlu dilakukan nya penerapan 3R ( reuse, reduce dan recycle ). Hal pertama yang harus dilakukan adalah memilah sampah sebelum dibuang ke tempat sampah.
Seperti yang kita ketahui, berdasarkan sifatnya sampah dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan anorganik. Pemilahan sebaiknya dilakukan oleh masing -- masing rumah sebagai produsen sampah dimana sampah itu dihasilkan. Namun, tak hanya di rumah pemilahan sampah dapat juga dilakukan di lingkungan sekolah. Dengan disediakan nya dua jenis tempat sampah itu akan lebih memudahkan.
Pengolahan sampah organik itulah bahan yang dibutuhkan untuk membuat cairan ecoenzym. Keistimewaan ecoenzym ini adalah tidak memerlukannya lahan luas untuk proses fermentasi. Dan ecoenzym ini sangat hemat dalam hal tempat pengolahan dan dapat diterapkan di rumah maupun di sekolah.
Bahkan, produksi ecoenzym ini tidak memerlukan bak komposer. Hanya menggunakan botol plastik bekas. Hal ini juga menyelamatkan lingkungan karena mendukung konsep reuse. Pembuatan ecoenzym hanya membutuhkan sampah organik berupa sayur dan buah serta gula. Dengan perbandingan 3 : 1 : 10, yang artinya 300gr kulit buah, 100gr gula merah, 1000ml air. Â Cara pembuatan ecoenzym ini juga tergolong sangat mudah.
Siapkan bahan -- bahan yang diperlukan.
1. Potong kecil kulit buah dan iris tipis gula merah.
2. Masukkan air 1L kedalam botol.
3. Lalu masukkan gula yang sudah di iris tipis tadi dan diamkan hingga larut.
4. Setelah gula larut, masukkan kulit buah kedalam larutan gula tersebut.
5. Simpan di tempat yang kering, dingin dan ventilasi udara yang baik.
6. Diamkan selama 3 bulan.
7. Dalam satu bulan pertama, buka tutup wadah minimal 2kali sehari untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan proses fermentasi tersebut.
8. Setelah 3 bulan ecoenzym siap digunakan.
9. Hasil akhir ecoenzym ini berwarna coklat dengan aroma fermentasi yang asam.Â
Namun, warna ecoenzym tidak selamanya coklat / beragam karena warna dan bau yang dihasilkan tergantung buah dan jenis gula yang digunakan. Hasil akhir ecoenzym ini dapat di manfaatkan apa saja seperti sebagai pembersih lantai, pupuk cair, pembersih kerak, campuran deterjen, pembersih sisa pestisida, dll.
Nah dimasa pandemi seperti ini, bukankah kita harus dengan extra menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar ? ecoenzym inilah yang dapat digunakan untuk membantu kita dalam hal itu. Ecoenzym ini merupakan disinfektan alami yang mengandung alkohol dan asam asetat yang dapat membunuh bakteri/kuman. Â Dengan ecoenzym ini, kita ikut serta dalam kontribusi menjaga lingkungan karena dapat mengurangi pencemaran. Akhirnya, ecoenzym adalah ekonomi sirkular yang terbaik dan ramah lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H