Mohon tunggu...
Mei Sulfia Nurinda
Mei Sulfia Nurinda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Magister Ilmu Ekonomi, Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Univeristas Negeri Malang

Berita Acara Kegiatan Riset/Penelitian

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Upah Minim di Kalangan Buruh Tani Desa Tumpang Jago: Strategi Ketahanan Pangan untuk Mewujudkan SDGs ke-2 dalam Pertanian Berkelanjutan

27 Juli 2024   10:24 Diperbarui: 13 Agustus 2024   11:53 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tumpang Jago, Kecamatan Tumpang (Rabu/17/07/2024) - Meskipun buruh tani di Desa Tumpang Jago menghadapi tantangan ekonomi dengan upah yang rendah—Rp. 35.000 per hari untuk buruh cangkul laki-laki dan Rp. 30.000 untuk perempuan—desa ini berhasil mempertahankan ketahanan pangan yang stabil. Fenomena ini menjadi contoh nyata bagaimana upaya menuju Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 2, yang berfokus pada mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan meningkatkan nutrisi, dapat dicapai bahkan dalam kondisi ekonomi yang sulit.

Strategi ketahanan pangan di Desa Tumpang Jago menekankan pemanfaatan maksimal dari sumber daya lokal. Pak Basori, seorang buruh tani berusia 73 tahun, menjelaskan bahwa meskipun upah yang diterimanya tidak tinggi, ia dan keluarganya mampu memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari berkat hasil pertanian dari pekarangan rumah mereka. "Kami bisa mendapatkan sayur-sayuran dan lauk dari tanaman di pekarangan rumah," ungkap Pak Basori. Hal ini mencerminkan penerapan SDGs 2 secara lokal, dengan pendekatan berbasis komunitas yang memanfaatkan hasil pertanian mandiri untuk meningkatkan akses pangan bergizi.

Wawancara Bersama Buruh Tani Perempuan/dok. pri
Wawancara Bersama Buruh Tani Perempuan/dok. pri
Di desa tetangga, Belung, Kecamatan Tumpang, petani mendapatkan upah yang lebih tinggi—Rp. 50.000 untuk perempuan dan Rp. 75.000 untuk laki-laki. Perbedaan upah ini, menurut seorang anggota kelompok tani di Belung, disebabkan oleh perbedaan dalam kinerja dan produktivitas tenaga kerja. Meski upah di Tumpang Jago lebih rendah, Ibu Sripah, seorang buruh tani berusia 69 tahun, menyoroti pentingnya pengelolaan hidup sederhana dan pemanfaatan sumber daya lokal. "Kami hidup sederhana dan memanfaatkan apa yang ada di sekitar kami," ujarnya.

Wawancara Bersama Ketua Kelompok Tani/
Wawancara Bersama Ketua Kelompok Tani/
dok. pri 

Penelitian ini merupakan bagian dari Riset Kolaborasi Indonesia (RKI) tahun 2024, yang melibatkan Universitas Syiah Kuala (USK), Universitas Hasanuddin (UNHAS), dan Universitas Malang (UM). UM secara khusus melaksanakan penelitian di wilayah Malang, dengan fokus pada Kecamatan Tumpang. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi berbagai strategi pengelolaan sumber daya dan ketahanan pangan di daerah tersebut, serta mengidentifikasi praktik-praktik terbaik yang dapat diterapkan untuk mencapai SDGs 2.

Keberhasilan Desa Tumpang Jago dalam mempertahankan ketahanan pangan, meskipun menghadapi upah minim, merupakan cerminan dari bagaimana prinsip SDGs 2 dapat diwujudkan melalui pengelolaan sumber daya lokal yang efisien dan solidaritas komunitas. Ini menunjukkan pentingnya inovasi dalam praktik pertanian dan pengelolaan sumber daya untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan bergizi bagi semua warga. Dengan demikian, desa ini tidak hanya berkontribusi pada pencapaian SDGs secara lokal tetapi juga menawarkan model yang dapat diadaptasi untuk meningkatkan ketahanan pangan di daerah lain dengan tantangan serupa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun