Mohon tunggu...
Mei Sulfia Nurinda
Mei Sulfia Nurinda Mohon Tunggu... Lainnya - 𝗜 𝘄𝗶𝗹𝗹 𝗯𝗲 𝘀𝘂𝗰𝗰𝗲𝘀𝘀𝗳𝘂𝗹 𝘄𝗶𝘁𝗵 𝗺𝘆 𝗰𝘂𝗿𝗿𝗲𝗻𝘁 𝗲𝗻𝗱𝗲𝗮𝘃𝗼𝗿

Happy Reading All. Rekomendasi produk di setiap artikel adalah review jujur dari penulis dengan berdasar pemakaian dan pengamatan. So, jangan ragu lagi buat check out barang rekomen penulis yaaa.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Upah Minim di Kalangan Buruh Tani di Desa Tumpang Jago Tidak Picu Kerawanan Pangan

27 Juli 2024   10:24 Diperbarui: 27 Juli 2024   10:32 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara Bersama Buruh Tani Cangkul/dok. pri

Tumpang Jago, Kecamatan Tumpang (Rabu/17/07/2024) - Meski upah buruh tani di Desa Tumpang Jago Kecamatan Tumpang tergolong rendah, situasi ini tidak memicu kerawanan pangan di kalangan warga. Beberapa faktor kunci yang mendukung ketahanan pangan di desa ini diungkapkan oleh dua informan dan tokoh ketua Kelompok Tani saat penelitian Riset Kolaborasi Indonesia (RKI).

Pak Basori (73 tahun), seorang buruh tani, menyebutkan bahwa upah harian untuk buruh cangkul laki-laki hanya sebesar Rp. 35.000 dengan jam kerja dari pukul 07.00 hingga 10.00. "Kami bekerja tiga jam sehari dengan upah yang rendah, tetapi kami tetap bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari," katanya. Ibu Sripah (69 tahun), buruh tani perempuan, menerima upah harian sebesar Rp. 30.000 dengan jam kerja yang sama.

Wawancara Bersama Buruh Tani Perempuan/dok. pri
Wawancara Bersama Buruh Tani Perempuan/dok. pri
Perbedaan upah juga ditemukan di desa tetangga, Belung, Kecamatan Tumpang. Beberapa petani di sana mengungkapkan bahwa upah harian di desa mereka bisa mencapai Rp. 50.000 untuk perempuan dan Rp. 75.000 untuk laki-laki. "Perbedaan upah ini disebabkan oleh perbedaan kinerja dan produktivitas," ujar seorang anggota kelompok tani di Desa Belung.

Wawancara Bersama Ketua Kelompok Tani/
Wawancara Bersama Ketua Kelompok Tani/
dok. pri 

Namun, meskipun upah di Desa Tumpang Jago rendah, warga desa ini tidak merasa kekurangan, terutama dalam hal pangan. "Kami bisa mendapatkan sayur-sayuran dan lauk dari tanaman di pekarangan rumah," kata Pak Basori. Menurut Ibu Sripah, "Kami hidup sederhana dan memanfaatkan apa yang ada di sekitar kami."

Ketahanan pangan di Desa Tumpang Jago tetap terjaga berkat ketersediaan sumber daya lokal. Keberlanjutan ketahanan pangan ini sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 2, yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan meningkatkan nutrisi. Masyarakat desa ini mampu memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, sehingga tidak mengalami kerawanan pangan meskipun pendapatan mereka rendah.

Keberhasilan Desa Tumpang Jago dalam menjaga ketahanan pangan meskipun dengan upah minim adalah contoh nyata bagaimana para buruh tani dapat beradaptasi dan mengatasi tantangan ekonomi dengan cara yang berkelanjutan. Ini juga menunjukkan pentingnya pengelolaan sumber daya lokal dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama dalam memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan bergizi bagi semua warga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun