Tumpang Jago, Kecamatan Tumpang (Rabu/17/07/2024) - Meski upah buruh tani di Desa Tumpang Jago Kecamatan Tumpang tergolong rendah, situasi ini tidak memicu kerawanan pangan di kalangan warga. Beberapa faktor kunci yang mendukung ketahanan pangan di desa ini diungkapkan oleh dua informan dan tokoh ketua Kelompok Tani saat penelitian Riset Kolaborasi Indonesia (RKI).
Pak Basori (73 tahun), seorang buruh tani, menyebutkan bahwa upah harian untuk buruh cangkul laki-laki hanya sebesar Rp. 35.000 dengan jam kerja dari pukul 07.00 hingga 10.00. "Kami bekerja tiga jam sehari dengan upah yang rendah, tetapi kami tetap bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari," katanya. Ibu Sripah (69 tahun), buruh tani perempuan, menerima upah harian sebesar Rp. 30.000 dengan jam kerja yang sama.
Namun, meskipun upah di Desa Tumpang Jago rendah, warga desa ini tidak merasa kekurangan, terutama dalam hal pangan. "Kami bisa mendapatkan sayur-sayuran dan lauk dari tanaman di pekarangan rumah," kata Pak Basori. Menurut Ibu Sripah, "Kami hidup sederhana dan memanfaatkan apa yang ada di sekitar kami."
Ketahanan pangan di Desa Tumpang Jago tetap terjaga berkat ketersediaan sumber daya lokal. Keberlanjutan ketahanan pangan ini sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 2, yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan meningkatkan nutrisi. Masyarakat desa ini mampu memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, sehingga tidak mengalami kerawanan pangan meskipun pendapatan mereka rendah.
Keberhasilan Desa Tumpang Jago dalam menjaga ketahanan pangan meskipun dengan upah minim adalah contoh nyata bagaimana para buruh tani dapat beradaptasi dan mengatasi tantangan ekonomi dengan cara yang berkelanjutan. Ini juga menunjukkan pentingnya pengelolaan sumber daya lokal dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama dalam memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan bergizi bagi semua warga.