Dengan mengambil kasus di Amerika Serikat kedua penulis ini memandang bahwa diskriminasi terhadap kulit hitam masih jelas terlihat dalam kegiatan olahraga di negara tersebut. Kulit hitam masih direpresentasikan sebagai kelompok yang masih harus bersaing dengan kulit putih dan dalam berbagai kompetisi olahraga di Amerika seperti basket, baseball, hockey kelompok kulit hitam mendapat posisi yang ditampilkan sebagai orang yang mengandalkan fisiknya saja. Â Kelima, olahraga dan gender, pada bagian terakhirnya ini melihat bagaimana ketimpangan gender terlihat melalui bentuk maskulinitas dalam kegiatan olahraga yang masih mendominasi berbagai bentuk event maupun aktivitas fisik ini.
Bagi penulis, artikel Sport and Society yang ditulis oleh Frey dan Eitzen ini memiliki banyak kelebihan serta kekurangan dalam memandang sosiologi olahraga. Tulisan ini memiliki kelebihan dalam mengaitkan olahraga ke berbagai persoalan  sosial dalam ranah sosiologi. Sebelum adanya artikel ini dari pandangan penulis masih jarang sekali para sosiolog yang secara khusus memetakan kajian olahraga kedalam beberapa kajian-kajian sosial yang berkaitan dengan gender, ras, serta ketimpangan sosial.Â
Kajian sebelumnya lebih banyak melihat secara fungsional dari olahraga itu sendiri tanpa memandang makna-makna yang terkandung aktivitas fisik tersebut. Artikel ini kemudian mencoba memetakan kajian sosiologi olahraga dengan menggunakan analisas Cultural Studies sehingga bisa dikatakan tulisan ini dapat menjadi sebuah referensi untuk melihat kegiatan berolahraga dari kacamata multidisiplin. Namun dibalik kelebihannya terdapat juga kekurangan dari artikel mengenai sosiologi olahraga ini yakni dari posisi Frey dan Eitzen yang bagi penulis tidak menempatkan secara jelas keduanya dalam posisi dari kajian ini.Â
Keduanya hanya menggambarkan atau bisa dikatakan membuka sebuah wacana bahwa kajian sosiologi olahraga lewat bantuan cultural studies mampu melihat persoalan ketidakadilan dari berbagai bentuk seperti ras, gender, serta ekonomi politik. Penjelasan dari berbagai sudut pandang terus sangat membantu untuk penelitian olahraga selanjutnya dari sisi sosiologi tetapi penggambaran tersebut sebaiknya dilakukan dengan posisi akademis yang jelas sehingga dapat menjadi penuntun bagi para sosiolog ataupun akademisi yang ingin mengkaji olahraga. Sehingga kajian mengenai olahraga memiliki pilihan perspektif yang dapat menjadi referensi.
Artikel ini menurut penulis menggunakan paradigma tafsir kebudayaan (Interpretif), pandangan ini merupakan pikiran dari antropolog Clifford Geertz yang melihat pendekatan kebudayaan melalui penafsiran sistem-sistem simbol  makna kultural  secara mendalam dan menyeluruh dari perspektif para pelaku kebudayaan itu sendiri (Geertz, 1992:50). Adapun tulisan ini dipandang berdasarkan paradigma tersebut terlihat dari bagaimana Frey dan Eitzen membahas berbagai praktek olahraga yang memiliki makna tertentu. Contoh dari implmentasi paradigm ini adalah dari beberapa perspektif sosiologi yang dipetakan oleh kedua penulis tersebut, di mana fokus kepada para aktor yang berperan dalam olahraga dan kemudian dimaknai dengan dikaitkan dengan pandangan-pandangan sosiologi olahraga. Peran aktor dan aktivitas olahraga tersebut kemudian dimaknai dengan berbagai bentuk seperti ras, gender, ekonomi politik, dan sosialisasi.
Referensi :
Frey, H. James & Eitzen, Stanley 1991, "Sport and Society", Annual Review of Â
      Sociology, Vol. 17 (1991), pp. 503-522. USA
Geertz, Clifford 1992, " Tafsir Kebudayaan", Kanisius, Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H