Mohon tunggu...
Mei Solikhatul Latifakh
Mei Solikhatul Latifakh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswi Sastra Indonesia di Unnes. Suka membaca apa saja termasuk komposisi makanan ringan yang tertulis di kemasan.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Cerita Laut Tentang yang Hilang dan yang Kehilangan

7 Agustus 2022   10:55 Diperbarui: 7 Agustus 2022   11:05 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel ini ditulis dengan cukup unik, yaitu menggunakan dua sudut pandang tokoh. Bagian sudut pandang Laut menggunakan alur maju mundur. 

Selain itu, novel ini memiliki satu teka-teki, yaitu kecurigaan Laut kepada salah satu temannya. Kecurigaan itu didasari oleh aktivitas mereka yang sering gagalkarena mudah terendus oleh intel. Hal itu membuat pembaca menjadi penasaran mengenai kelanjutan ceritanya.

Cara Leila menggambarkan latar suasana dan karakter tokoh sangat baik dan terasa nyata sehingga pembaca ikut larut ke dalamnya. Pembaca ikut merasakan ketakutan, ketegangan, kemarahan, dan kesedihan yang dialami tokoh. Selain itu, diksi dalam novel ini tidak memiliki istilah asing sehingga isi cerita mudah dipahami oleh pembaca.

Ada banyak pelajaran bisa diambil dari buku ini. Solidaritas dan persahabatan para anggota Winatra patut dicontoh begitu juga dengan kepedulian, keberanian dan pengorbanan mereka. 

Keharmonisan keluarga Laut menunjukkan bagaimana keluarga ideal seharusnya. Walaupun Asmara sempat 'dilupakan' oleh orang tuanya karena dilanda kesedihan, keluarga itu kembali utuh setelah adanya komunikasi dari hati ke hati.

Tokoh dan latar dalam novel ini memang fiksi, tetapi Laut Bercerita mengangkat kisah nyata sejarah bangsa Indonesia. Novel ini seolah mengajak pembaca untuk mengingat kembali peristiwa kelam yang sudah mulai dilupakan oleh bangsa Indonesia. 

Selain itu, pembaca juga diajak untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan mereka yang dihilangkan. Hal itu seperti kutipan puisi Soetardji Calzoum Bachri yang dicantumkan Leila untuk menjadi jiwa novel ini.

Matilah engkau mati

Kau akan lahir berkali-kali... 

(Chudori, 2017: 1)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun