Mohon tunggu...
Meisha Athaya
Meisha Athaya Mohon Tunggu... -

Remaja 14 tahun, menarik dan senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta (Tak Boleh Dipaksa) #1

11 Mei 2011   12:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:50 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku meremas kepalan tanganku, bibirku bergetar. Aku memandang ke satu titik. Dari jauh aku menatap wajahnya. Aku terdiam, hati ku pilu seperti baru saja turun dari wahana jetcoaster. Aku memegang kepalaku yangbenar-benar terasa pusing. Sepertinya aku memang kelihatan agak kacau dan aku menyadarinya. Aku baru saja melihat dia, orang yang sudah satu tahun memenuhi otakku lebih tepatnya HATIKU.

Dia Donny. Dia satu SMP denganku tapi aku tidak mengenalnya. Dia tinggi, berkulit putih, berhidung mancung dan bertubuh atletis, semua dalam dirinya benar-benar sempurna tanpa cacat sedikitpun. Tapi bukan fisik yang menjadi alasanku begitu mengaggumi dan begitu menyayanginya. Ini semua datang tanpa alasan. Karena jika aku menyayangi nya dengan sebuah alasan , ketika alasan itu pergi maka perasaan ku juga akan pergi bersama alasan itu, tapi ini benar- benar konyol, aku menyayanginya murni tanpa sebuah alasan jadi sangat sulit untukku menghapus seluruh perasaanku kepadanya, sekali lagi aku berdecak kesal , ini aneh . Aku tidak mengenalnya tapi aku benar- benar menyukainya melewati batas perasaan yang aku miliki hingga aku merasa benar-benar ingin meledak .

Aku berlari kecil menuju toilet wanita di dekat tangga searah dengan jalan menuju ke kelasku. Begitu masuk tampak sebuah cermin besar terpampang disana. Aku menatap pantulan di cermin itu. Tampak seorang anak SMP memakai seragamnya yang kusut, rambutnya tidak tertata dan wajahnya yang kusam, penampilannya benar- benar menyedihkan tapi agak tertolong dengan warna kulitnya yang cerah. Tebak siapa dia? AKU, ya aku.

Korneaku menajam, mengingat kejadian tadi, melihatnya tertawa bersama orang lain, perempuan lain , menggenggam tangannya dan tenggelam dalam obrolan ringan yang nampak menyenangkan tapi begitu sesak saat aku menyaksikan tontonan hebat itu.

Sekarang kembali ke alam nyata, aku berusaha melupakan ingatan konyol itu , tampak seberkas air bening menyempil di ujung bulu mataku yang panjang dan lentik. Dengan segera aku mengusapnya. Aku tak habis pikir kenapa aku bisa sangat menyayangi orang yang belum aku kenal sama sekali. Hanya dengan melihatnya sekali saja, dan aku bisa dengan mudah tenggelam dalam perasaan yang sulit untuk aku sendiri mengerti dan jelaskan.

Teeeet teeeeet teeeeeet!

Aku terlonjak kaget. Badanku terasa limpung. Untuk sepersekian detik aku masih terdiam dan tiba-tiba aku terlonjak kaget. Bel masuk baru saja berbunyi . Bella yang baru saja masuk ke toilet memegang bahuku dan mengerenyitkan dahi saat dia melihatku memasang tampang balita yang habis masuk selokan karena di kejar anjing

“ Kenapa sih Cha? Donny lagi ya? Kan gue udah bilang lupain dia , banyak cowo yang mau sama lo, yuk ah ke kelas . Tampang lu udah kaya badut ancol abis berenang di empang”  Bella terkikik geli sambil memasang muka iba.

Ekspresi yang aneh , aku tersenyum melihat ekspresi wajahnya dan aku langsung memamerkan nyengir kuda ku yang paling lebar hingga tampak sederet gigiku yang putih bersih dan sangat rapi. Bella tersenyum garing

“ Jelek lu Cha, buang tuh si Donny ke laut “ ucapnya sambil tertawa renyah.

Aku hanya mencibir kesal dan mencubitnya, dia berteriak kecil lalu kami menuju ke kelas bersama.

Aku masuk ke kelas dengan agak kikuk, badanku menegang. Rasanya agak  hiperbola saat aku merasa semua orang sedang memperhatikan ku dengan tatapan aneh. Aku mengerjapkan mata, Bella melambaikan tangan dari bangku tempat kami duduk

“ Woy Cha ngapain lo disana”  ia setengah berteriak sambil memutar matanya ke arah seseorang.

Aku mengikuti sorot matanya daaaann...... “Whaaat!!”

Aku terlonjak dan berteriak nyaring melihat Pak Jono menatapku dengan kesal. Dan aku baru menyadari bahwa dari tadi aku hanya berdiri terbengong-bengong di depan kelas sementara Pak Jono sudah siap untuk menceramahi murid-muridnya.

“Chacha ada masalah kenapa kamu berdiri di depan kelas , duduk di bangkumu ! kamu sudah merasa pintar ya, mau menjelaskan di depan kelas? Jam isrirahat sudah habis, baru masuk kelas, gimana sih kamu ini, mau jadi apa .... blablabalaaa ...... “ Pak Jono komat kamit panjang lebar.

Aku tidak begitu mendengar apa yang mahluk itu, eh maksudku yang beliau ucapkan, beliau berbicara sangat cepat bahkan menurutku mengalakan kecepatan cahaya, mulai hiperbolaku keluar, tapi untuk yang satu ini memang kenyataan kok.

“Em.. ehhh.. iya Pak maaf maaf...” Aku tergagap dan bergegas duduk di bangku ku dengan lemas, aku menerawang ke sekeliling, tampak beberapa orang sibuk dengan dirinya sendiri dan beberapa orang tampak menatap ku dengan tatapan aneh sekaligus geli.

Beberapa menit kemudian semua anak termasuk aku sudah kembali konsen ke pelajaran guru kilerku “tercinta” itu.

Kalau aku pikir-pikir guru kilerku “terkasih” itu merupakan hiburan yang sangat langka. Beliau berpinggul sangat ramping namun berperut sangaaaat buncit, berkulit hitam legam dan selalu memakai kemeja yang agak ngetat dengan sabuk di pasang paling pol. Jadi aku melihatnya seperti badut berjalan yang kerjanya hanya ngomel sana sini. Aku tersenyum geli sendiri. Untung tidak ada yang melihatku.

Aku sejenak mulai bisa melupakan kejadian Donny tadi, sekilas terdengar memang sangat berlebihan, tapi jika kalian tau, aku telah menunggunya sangat lama, hanya untuk berkenalan saja itu sudah susahnya minta ampun dan sekarang aku mendengar segelintir orang dengan antusias berkata “ Ahaha iya mereka kan hampir jadian loh, liat ajaa serasi banget deh mereka “. Itu, itu alasanku begitu pilu saat melihat Donny dan perempuan itu tertawa renyah bersama sambil berpegangan tangan. Apakah penantian ku masih kurang lama? Kenalan saja menurutku udah sangat keajaiban, malah best of the best dari 7 keajaiban dunia. Tapi sampai sekarang, ini sama sekali belum kesampaian.

Pak Jono masih aja komat kamit, kok beliau ga cape-cape yaa udah ubanan gitu. Dari pada dengerin itu, lebih baik aku diam, flashback masa lalu. Bernostalgia, kembali ke kelas 7.

.....

Siswa-siswi kelas 7 berhamburan keluar SMP saat bel pulang berdering. Siang ini matahari terik banget,

“ Ini nerakanya bocor apa ya? Panas bener dah” kata Lesya menepuk dahinya yang jenong dan penuh keringat.

Dia sahabatku sekaligus temen sekelas donny di 7H, sedangkan aku di 7C. Awalnya aku sangat biasa , malah aku tidak peduli siapa Donny, kenal juga enggak bahkan aku gatau mana sih yang namanya Donny yang di idolakan cewe-cewe se SMP, masa bodo walaupun dia ngalahin gantengnya Justin Bieber pun, si penyanyi super ganteng kebangaan dunia  -,- .

Aku hanya mangut-mangut ngeliat Lesya masih aja ngomel-ngomel sendiri sampai aku...... BRUK !!! Wajahku menabrak sebuah ransel hitam yang tepat berada di depan wajahku, duh hidung gue nambah pesek nih, aku bergumam dalam hati dan siap memaki si pemilik ransel di depanku-yang jalannya super lelet itu. Dia berbalik memasang wajah tanpa ekspresi, mulut ku yang sudah ternganga dan siap memaki langsung beku.

Ini lah DONNY. Donny yang pertama kali aku lihat dan langsung membuat ku seperti disiram air terjun, Brrr adem...

“ Eh eh.. maaf maaf yaa aku gak liat” kataku tergagap.

Dia terdiam, memasang senyum tipis yang terlihat konyol dan berbalik membelakangiku. Aku menarik tangan Lesya, menerobos kerumunan dan melewati cowok itu begitu saja, dan sampai detik ini aku belum ngeh kalau itu adalah Donny.

Lesya mengedipkan mata ke arahku, “Lo suka ya sama dia?”

Aku ternganga dan menaikan sebelah alis berusaha menutupi bias merah muda yang menjalar dipipiku

“Apaan sih lo, siapa sih tadi? “. Lesya tersenyum curiga dan dengan satu hentakan dia menjawab “Donny!” Lesya tersenyum puas.

“Whaaaaat?” aku mangap super lebar dan mulut ku mungkin sudah paling pas di jadiin ring basket!

Oh itu yang namanya Donny. Aku tenggelam dalam pikiranku sendiri. Mencoba mencerna kejadian tadi dan tanpa sadar aku mulai menaruh seberkas perasaan yang tidak pernah aku sadari, perasaan yang sangat besar.Perasaan yang tak ada satu orang pun yang bisa mengerti.

.......

*Bersambung....

(Gambar dari : Google)

===================

Tulisan yang lainnya di :

http://www.kompasiana.com/meishaathaya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun