Mohon tunggu...
Meisa Rinawati
Meisa Rinawati Mohon Tunggu... Tutor - Privat BiologyTeacher, Mentor Bioentreprenuer

Gantian aku nulis tips-tips di blog ya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Adopsi Aktivitas Belanja Nenek Menuju Lingkungan Sustainable

5 Februari 2024   11:16 Diperbarui: 5 Februari 2024   11:27 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar.  Gerakan Tanam Tomat di Kebun (dok. pribadi)

Pernahkan kita berpikir sejenak membayangkan aktivitas belanja sayur di masa kini dan masa nenek kita beberapa masa yang lampau? Apakah ada yang berbeda mungkin dari segi harga/preferensi sayuran yang tersedia/cara pengemasan sayuran dan daging/ keputusan memilih sayur apa yang akan dikonsumsi pada hari itu?

Tepat sekali, jawabannya jelas berbeda dan saya setuju keputusan memilih sayur dari aktivitas berbelanja turut berkontribusi dalam kehidupan sustainable di masa datang.

Kurang lebih 20 tahun yang lalu, saya masih sering berlibur di rumah nenek di desa. Suasananya masih asri, belum banyak polusi dan aktivitas belanja tradisional masih sering dijumpai. 

Aktivitas berbelanja adalah aktivitas yang paling saya sukai. Saya selalu memperhatikan pedagang sayur dan pembeli sayur yang jarang sekali menggunakan plastik. 

Hampir semuanya dibungkus daun pisang, daun jati, blarak/ daun kelapa kering asal muasal isi staples, serat pisang asal sebagai tali pembungkus organik, dan membawa keranjang dari rumah. 

Selain gaya hidup yang alamiah, masyarakat di desa tersebut dapat dikatakan tidak konsumtif. Mengapa? Karena membeli bahan makanan seperti sayur dan daging sesuai kemampuan finansial, tanpa melihat promo dan hanya untuk dikonsumi hari itu saja. Mayoritas warga di desa belum memiliki kulkas sehingga proses pilah-pilih sayuran langsung dari tukang sayur atau memetik sayuran segar dari kebun berlanjut dimasak di dapur dan dikonsumsi segera oleh keluarganya.

Lalu bagaimana dengan kondisi kita saat ini di masa modern?

Kita sudah dipermudah dengan kecanggihan alat dan teknologi di setiap kehidupan. Keberadaan kulkas, mesin cuci, air fryer, lampu elektrik, rice cooker, magic com  telah mengubah hidup kita menjadi lebih cepat dan praktis dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Kondisi ini sebagai konsekuensi dari tuntutan jaman yang mengharuskan manusia baik pria dan wanita untuk membagi waktu antara bekerja, urusan rumah, hiburan dan keluarga.

Kemudahan dari perkembangan jaman tidak salah, hanya saja kita perlu bijak dalam menyikapi dan memanfaatkan alat dan teknologi yang hadir bersama kita saat ini.

Keberadaan kulkas salah satunya. Kuklas adalah alat penyimpan sayuran, buah, daging, bahkan obat-obatan yang sering kali berubah menjadi gudang terbelengkalai dan pada akhirnya akan dibuang ke tempat sampah.

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Mungkin kita sering kali tertarik promo harga murah di supermarket/ pasar tanpa melihat kebutuhannya. Mayoritas orang membeli barang dalam jumlah banyak, menyimpan di kulkas dalam jangka lama, berakhir busuk dan tidak layak dikonsumsi.

Kondisi ini sejalan dengan penelitian Rahma dkk (2023), sampah dapur dari rumah tangga di Desa Ngargosari, Boyolali, Jawa Tengah mencapai 53% yang didominasi sampah organik. Sampah organik di desa tersebut meliputi sisa sayur, buah dan makanan. Kita dapat membayangkan apabila sampah organik rumah tangga yang akan semakin menumpuk di TPA tidak hanya mencemari lingkungan, pengolahan sampah yang membutuhkan tenaga ektra tetapi ancaman krisis ketahanan pangan di masa mendatang.

Krisis pangan adalah kondisi kelangkaan pangan yang dialami sebagaian besar masyarakat di suatu wilayah karena faktor perubahan iklim, kesulitan distribusi pangan, bencana alam dan lingkungan, konflik sosial termasuk perang (Kementrian Pertahanan, 2012). Kesulitan distribusi pangan dapat disebabkan karena gaya hidup konsumtif dalam membelanjakan kebutuhan pangan segar (sayur, daging, buah) baik di supermarket dan tukang sayur.

Bagaimana aksi kita memulai kehidupan modern masa kini yang sustainable ?

1. Bijak memilih bahan segar

Langkah awal yang dilakukan adalah pilihlah sayur, buah, atau daging apa yang paling diminati keluargnya dan jangan sampai membuang banyak sampah di kemudian hari. Kalian bisa memulai dengan menuliskan dan mendiskusikan bersama keluarga. Anggaplah ini edukasi dan strategi dalam menjaga ketahanan pangan yang sustainable untuk anak-anak kita mendatang.

2. Membawa tas kain/ keranjang dari rumah

Tidak perlu malu membawa keranjang/ tas belanja. Gerakan stop atau berhenti menggunakan plastik belanja harus terus digalakkan. Kita dapat memulai dengan membawa tas kain/keranjang, toples/ wadah ikan, daging sebagai dukungan menjaga alam dan secara tidak langsung menyebarkan virus baik ke orang lain untuk mengurangi plastik.

3. Mencari cara penyimpanan bahan segar di kulkas

Salah satu cara yang saya terapkan adalah freeze thawing yaitu penyimpanan beku bahan makanan di freezer dalam waktu tertentu. Penyimpanan daging dengan cara membagi daging ke dalam kotak-kotak/ wadah freezer yang disesuaikan kebutuhan keluarga. Satu kotak/ wadah hanya boleh dibuka satu kali dan langsung dimasak. Jangan buka-tutup kotak terlalu lama,  karena bisa memicu kontaminasi daging yang sering terkena udara luar!

4. Reminder bahan segar

Berkolaborasi dengan jaman modern yang mudah untuk mengatur masa expired/kadaluarsa bahan pokok melalui kalender di gawai. Gawai secara otomatis akan berbunyi ketika bahan pokok tersebut hampir mendekati masa kadaluarsa. Jangan lupa segera masak dan nikmati masakannya! Tindakan ini akan menyelamatkan makanan dari kebusukan dan juga turut mencegah krisis pangan.

5. Gerakan tanam sayur favorit mu

Gerakan tanam sayur favorit mu di kebun, atau sisa lahan bahkan di root top dapat dilakukan bersama keluarga. Mulai dari menanam cabai, buncis, tomat atau sayur apapun yang mudah tumbuh dan minim resiko terkena hama. Apabila harga sayur favorit mu mahal, langsung petik di kebun tanpa harus pusing memikirkan harga di pasar.

Mengadopsi yang kuno tidak selalu kuno, yang modern juga belum tentu buruk. Mari bersama-sama bijak mengkolaborasikan hal baik dari perkembangan modern dan kehidupan masa lampau dalam aktivitas berbelanja.

Sumber:

Rahma, F.N., A. Suryadi, A. Ngizzatul F, I.B. Widianto. 2023. Aktualisasi Produksi Eco-Enzyme Sebagai Alternatif Penanganan Limbah Organik Rumah Tangga. Jurnal Puruhita. 5(2): 13-15

https://www.kemhan.go.id/ppid/wp-content/uploads/sites/2/2016/09/uu18-2012bt.pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun