Untuk itu pemerintah dan Bank Indonesia membuat regulasi dan rancangan untuk memastikan makroprudensial aman terjaga dan stabil.Â
Makroprudensial, apa itu?
Menurut IMF, kebijakan makroprudensial didefinisikan sebagai kebijakan yang memiliki tujuan untuk memelihara stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan melalui pembatasan risiko sistemik.Â
Risiko sistemik adalah risiko yang dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan publik dan peningkatan ketidakpastian dalam sistem keuangan sehingga sistem keuangan tidak dapat berfungsi dengan baik dan mengganggu jalannya perekonomian. Silakan simak video berikut tentang risiko sistemikÂ
Krisis ekonomi seperti peristiwa kecelakaan di jalan raya yang menyebabkan kemacetan di mana-mana,datangnya tiba-tiba, menyebabkan kepanikan dan bersifat sistemik atau merambat ke krisis bidang lainnya termasuk mengguncang geopolitik.
Bank Indonesia melalui kebijakan makroprudensialnya mengawasi sistem lalu lintas secara keseluruhan supaya tetap berjalan teratur, tidak macet. Jika macet maka dibuatlah sejumlah kebijakan makroprudensial, jika pertumbuhan ekonomi terlalu tinggi maka direm dengan pengetatan moneter melalui penaikan suku bunga acuan. Akibat langsungnya adalah permintaan kredit akan melambat.
Kebijakan makroprudensial  menjadi tugas utama BI  sebagai lembaga independen. Kebijakan makroprudensial sebagai manajemen risiko untuk mencegah potensi instabilitas yang menular pada sebagian atau seluruh sistem keuangan.Â
Fokus kebijakan makroprudensial tak hanya mencakup institusi keuangan, namun meliputi pula elemen sistem keuangan lainnya, seperti pasar keuangan, korporasi, rumah tangga, dan infrastruktur keuangan. Hal ini dikarenakan kebijakan makroprudensial merupakan kebijakan dengan tujuan akhir meminimalkan terjadinya risiko sistemik tadi.
Belajar dari krisis keuangan global pada tahun 2008,krisis terjadi pada kondisi makro ekonomi yang baik. Di Amerika kala itu,properti tumbuh luar biasa cepatnya, uang muka rendah dan suku bunga rendah serta kemudahan pemberian kredit untuk jangka panjang. Namun rupanya ada gap kebijakan antara mikroprudensial dan perilaku risiko institusi keuangan. Sehingga penting sekali untuk menerapkan kebijakan makroprudensial. Akhirnya ketika ekonomi kolaps akhirnya menyeret dan meruntuhkan sistem keuangan sehingga terjadi krisis global.