Mohon tunggu...
Meiziya Asira Deliyanti
Meiziya Asira Deliyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Saya sedang menempuh pendidikan di UPI dengan jurusan pendidikan sosiologi. saya senang mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksplorasi Kearifan Lokal terhadap Suku Kajang dalam Keberagaman Budaya di Sulawesi

14 Desember 2023   17:35 Diperbarui: 14 Desember 2023   21:59 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Suku kajang memiliki beberapa mata pencaharian yang masih dilakukan sampai sekarang. Suku kajang terletak di daerah daratan yang dekat dengan area hutan yang luasnya sekitar 50 km bujur sangkar namun ada beberapa Suku Kajang yang tinggal di daerah pesisir. Tetapi Suku Kajang yang masih kental dengan adatnya merupakan Suku Kajang yang tinggal di daerah daratan sehingga mata pencaharian yang dilakukan oleh laki-laki adalah bertani dan juga berternak yang menjadi mata pencaharian pokok untuk Suku Kajang. Disini ada perbedaan mata pencaharian laki-laki dan perempuan, jika perempuan 90% melakukan kegiatan bertenun yang dimana bisa membantu ekonomi masing-masing keluarga. 

Biasanya tenun ini dibeli oleh masyarakat yang sedang berkunjung ke daerah Suku Kajang untuk dijadikan cenderamata. Seiring berkembangnya zaman, perempuan Suku Kajang sudah tidak 13 hanya menenun kain saja namun sudah mulai merambah ke menjahit tas, syal, baju, dan lain-lain agar para pengunjung bisa membeli tenun khas Suku Kajang dengan harga yang terjangkau.  

  • Sistem teknologi dan peralatan 

Daerah kajang luar (ipantarang embayya) sudah biasa menerima peradaban teknologi seperti listrik, tidak seperti kajang dalam (ilalang embayya) yang menolak akan adanya teknologi. Kepatuhan penduduk pada Ammatoa (pemimpin adat) dan norma adat tampak pada ketaatan mengikuti norma adat-istiadat mengenai larangan penggunaan perangkat teknologi mesin dan elektronik. Jalan dusun dan jalan penghubung pun masih berupa tanah dan batu-batu yang ditata secara gotong royong. Penduduk dusun atau siapapun yang memasuki kawasan ilalang embayya tidak boleh menggunakan alas kaki, hal ini dikarenakan alas kaki juga dianggap sebagai bagian dari teknologi. 

Penerangan masih memanfaatkan obor, alih alih lampu karena instalasi listrik termasuk dilarang tersambung ke rumah-rumah. Seperti yang kita ketahui sebelumnya, Suku Kajang menolak akan adanya teknologi, sehingga untuk peralatan, Suku Kajang masih teguh untuk menggunakan peralatan yang tradisional

Dosen Pengampu: Mirna Nur Alia Abdullah, S.Sos, M.Si

Anggota:

Cut Siti Balqis 2308998

Faris Mahesa Candra Kerti 2309627

Frida Nurmaliana 2305317

Inatsa Aulia 2305507

Raisya Anjani Putri Syawalia 2301924

Rifana Nurul Nisya 2308342

Meiziya Asira Deliyanti 2300376

Wili Wirawan 2311862

Destina Zahra Pramesti 2304164

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun