HPV sendiri adalah virus yang menginfeksi kulit atau sel mukosa seperti pada vagina dan serviks (leher rahim). Terdapat dua jenis HPV "beresiko tinggi" yang berkontribusi pada 70% kasus kanker serviks. Pemberian vaksin HPV terbukti efektif dalam mencegah terjadinya infeksi virus tersebut. Di Indonesia, pemberian vaksin HPV direncanakan pemerintah untuk masuk ke dalam program imunisasi nasional untuk siswi SD/MI dan sederajat kelas 5 dan 6 melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Antibiotik, Antikanker, hingga Ganja
Pada tahun 2017, peneliti dari Imperial College London berhasil merekayasa sel ragi roti untuk memproduksi antibiotik penisilin yang memberikan aktivitas antimikroba pada bakteri Streptococcus, yaitu golongan bakteri penyebab infeksi tenggorokan ringan hingga pneumonia.Â
Penelitian serupa yang dilakukan pada tahun 2018 di Universitas Stanford sukses menghasilkan noskapin, obat pereda batuk dengan potensi antikanker yang secara tradisional hanya dapat diekstrak dari tanaman opium atau candu. Karena jumlah noskapin yang dihasilkan memadai secara komersial, penelitian ini dapat mengatasi kendala ketersediaan noskapin mengingat budidaya opium membutuhkan kontrol yang ketat dan mahal.Â
Universitas California di tahun 2019 juga berhasil merekayasa sel ragi roti untuk memproduksi komponen utama pada ganja: tetrahydrocannabinol (THC) yang memberikan efek "high", dan cannabidiol (CBD).
 Secara medis, THC atau dronabinol dapat diresepkan untuk mengatasi mual dan muntah, serta untuk menstimulasi nafsu makan terutama pada pasien yang mengalami penurunan berat badan dan massa otot akibat penyakit seperti AIDS dan kanker. Sementara, CBD digunakan pada anak yang mengalami kejang epilepsi.Â
Senyawa ini juga berpotensi untuk digunakan pada pengobatan kegelisahan (anxiety), penyakit Parkinson, dan nyeri kronis. Seperti halnya pada opium, penelitian ini dapat memberikan alternatif yang lebih mudah dan murah untuk memproduksi bahan baku murni dibandingkan dengan proses ekstraksi bahan alam dari tanaman ganja.Â
Sebagai kesimpulan, ragi roti memberikan alternatif sebagai penghasil berbagai protein maupun senyawa yang berguna bagi kesehatan, sehingga dapat menjaga ketersediaan produk obat di pasaran. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi berbagai penelitian. Ke depannya, perkembangan teknologi yang semakin pesat juga memungkinkan ragi untuk dapat digunakan dalam menghasilkan senyawa yang benar-benar baru, dengan efektivitas dan keamanan yang diharapkan lebih baik bagi manusia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H