Mohon tunggu...
Mei Nila
Mei Nila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa D3 Perpajakan Universitas Airlangga

Saya memiliki hobi berenang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kegiatan Pemboikotan Pro-Israel di Dunia Digital: Aktivisme di Era Media Sosial dan Pengaruhnya Terhadap Opini Publik dan Hubungan Internasional

4 Juni 2024   19:30 Diperbarui: 4 Juni 2024   19:34 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks yang lebih luas, fenomena ini menggambarkan evolusi dari aktivisme digital dan peran yang dimainkan oleh media sosial dalam membentuk perubahan sosial dan politik. Dengan terus berkembangnya teknologi dan penggunaan media sosial yang semakin meluas, fenomena seperti pengunfollowan akun K-pop mungkin akan menjadi lebih umum dan memainkan peran yang lebih signifikan dalam aksi politik di masa depan.

Pemboikotan pro-Israel di media sosial menghasilkan dampak yang signifikan terhadap hubungan internasional. Ketika perusahaan-perusahaan besar atau tokoh-tokoh terkenal terlibat dalam konflik Israel-Palestina, mereka sering menjadi sasaran pemboikotan dan kritik yang tajam di platform tersebut. Akibatnya, reputasi mereka terancam secara global, mempengaruhi persepsi publik terhadap merek atau individu tersebut. Selain itu, pemboikotan di media sosial juga dapat memengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara jika perusahaan-perusahaan tersebut memiliki keterkaitan dengan pemerintah. 

Dalam era di mana opini publik dapat dengan cepat menjadi kekuatan politik yang signifikan, dampak pemboikotan pro-Israel di media sosial dapat menciptakan tekanan besar pada perusahaan dan pemerintah untuk menyesuaikan tindakan mereka terhadap isu-isu yang kontroversial. Sebagai akibatnya, media sosial telah menjadi arena yang penting untuk memengaruhi kebijakan dan opini internasional dalam konteks konflik geopolitik yang kompleks.

Kesimpulannya Era media sosial telah mengubah aktivisme menjadi lebih terbuka dan berpengaruh. Aktivisme digital, seperti pemboikotan pro-Israel di media sosial, menunjukkan kekuatan platform-platform seperti Twitter, Facebook, dan Instagram dalam membentuk opini publik secara global. Namun, kompleksitas aktivisme digital juga terlihat dalam fenomena seperti pengunfollowan akun Instagram K-pop, yang mencerminkan dinamika yang lebih luas di balik aktivisme tersebut. 

Dengan terus berkembangnya teknologi dan akses internet, peran media sosial dalam aktivisme sosial dan politik diperkirakan akan terus tumbuh. Namun, perlu diingat bahwa aktivisme digital juga membawa tantangan baru, seperti penyebaran misinformasi dan polarisasi. Oleh karena itu, sambil mengakui kekuatan media sosial dalam aktivisme, penting untuk mempertimbangkan dampak dan implikasi lebih lanjut dari peran tersebut dalam masyarakat modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun