Mengutip kalimat Socrates, "Janganlah kalian memaksa anak-anak mengikuti cara kalian, karena mereka diciptakan di zaman yang bukan zaman kalian". Artinya, seorang pendidik, yang notabene juga merupakan "orang tua" siswa, mempunyai kewajiban melakukan penyesuaian dalam hal cara mendidik anak-anak. Cara yang dimaksudkan disini, tidak saja strategi tepat yang harus diterapkan oleh seorang guru, tetapi juga meyakinkan siswa bahwa langkah yang yang mereka lakukan untuk mengembangkan kompetensi sudah sesuai dengan ahlak yang diharapkan.
Jaman terus berubah. Jika pada era sebelumnya, tehnologi informasi dan elektronika dimanfaatkan untuk otomasi produksi, maka memasuki abad 21 ini, yakni era revolusi industri 4.0, terjadi pergeseran pemanfaatan tehnologi, dari yang semula tehnologi digunakan untuk otomasi produksi menjadi peningkatan efisiensi proses industri. Kondisi yang mudah kita lihat adalah ditandai adanya integrasi online.
Berbicara tentang perubahan jaman era revolusi industri 4.0 saat ini telah mengubah konsep kehidupan, struktrur pekerjaan, dan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia pekerjaan. Era yang terjadi bukan hanya berdampak pada bidang industri, melainkan juga berdampak pada seluruh aspek kehidupan, termasuk dunia pendidIkan. Akibatnya, secara tidak langsung era revolusi indutri 4.0 ini telah mengubah cara pandang tentang konsep pendidikan.
Era pendidikan yang dipengaruhi terjadinya revolusi industri 4.0 disebut Pendidikan 4.0. Ciri utama Pendidikan 4.0 adalah dalam proses pembelajaran berlaku pemanfaatan tehnologi digital (cyber system) dan berlangsung secara terus menerus tanpa batas ruang dan waktu (borderless). Oleh karena itu, tantangan besar yang dihadapi seorang guru di era revolusi industri 4.0 adalah menyiapkan skill dan mental untuk memiliki keunggulan dalam memasuki persaingan global (global competitive advantage).
Guru Revolusioner
Pendidikan merupakan proses penting yang harus ada dalam suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak generasi masa depan yang juga berkualitas. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari peran guru. Bahkan Bapak Anies Baswedan, Ph.D menyatakan, bahwa kualitas guru adalah kunci utama kemajuan bangsa. Artinya, jika dunia pendidikan mampu mencetak guru berkualitas, maka ini adalah jalan menuju munculnya generasi masa depan berkualitas.
Di era revolusi industri 4.0 ini, seorang guru tidak cukup hanya bermodalkan ilmu kepengajaran (pedagogi), keilmuan sesuai bidang (profesional), dan kepemimpinan saja. Hal lain yang harus dimiliki seorang guru adalah mental menjadi seorang Revolusioner.
Adapun ciri guru revolusioner adalah, pertama, guru yang selalu belajar untuk meningkatkan kualitas dirinya. Di era digital seperti saat ini, dunia pendidikan terhubung demikian mudahnya. Berbagai bentuk situs yang memuat tulisan pendidikan dapat diakses dengan mudah. Berbagai bentuk pelatihan keguruan juga tersedia luas. Dalam bidang tehnologi informasi, seorang guru harus selalu mengasah untuk mengimbangi kemampuan generasi milineal. Rasa "malu jika tidak bisa" harus ada dalam benak seorang guru ketika melihat anak didiknya mahir berselancar menggunakan internet. Dan jangan malu bertanya pada mereka tentunya.
Ciri kedua, guru mau melakukan pembaharuan dalam melaksanakan proses pembelajaran, baik melalui pendekatan, strategi, metode, maupun dalam hal tehnik mengajar. Dalam hal ini kapabilitas yang harus dimiliki seorang guru antara lain: 1)kemampuan literasi dasar; 2)ketrampilan riset; 3)mendalami berbagai bentuk masalah kontekstual untuk melatih berpikir tingkat tinggi (HOTS) peserta didik; dan 4)memahami konsep belajar berbasis STEM (Sains, Tehnologi, Engenering, dan Matematika).
Kemampuan berliterasi dalam konteks ini bukan hanya masalah bisa baca tulis, melainkan adanya kompetensi literasi informasi, bahasa, dan numerasi. Bermodal kemampuan tersebut, seorang guru akan mengetahui berbagai masalah kontekstual yang harus dipecahkan menggunakan penalaran logis serta mampu melakukan riset untuk meningkatkan hasil belajar peserta didiknya. Kemudian, jika selama ini masih ada yang menganggap fungsi matematika hanya untuk berhitung, maka tugas guru adalah meluruskan, bahwa fungsi utama matematika adalah pembentukan sikap dan pola pikir yang logis.
Ciri ketiga, guru harus senantiasa memanusiakan peserta didiknya. Dalam hal ini seorang guru harus memiliki sense of democration. Yang dimaksudkan adalah, seorang guru harus mempunyai "rasa", misalnya "sense of belonging", rasa memiliki sesuatu dan tanggung jawab terhadap sesuatu dari rasa tersebut. Lebih mudahnya jika kita mengatakan, bahwa rasa yang harus dimiliki guru adalah mampu menghadapi perbedaan pendapat dan menghargai setiap perbedaan itu sebagai bagian dari proses belajar.
Masih termasuk dalam memanusiakan peserta didik adalah, guru mampu memandang siswa sebagai manusia yang memiliki kebaikan dan mampu berkembang. Tak elok jika guru mendidik hanya bertujuan agar mereka pintar, tapi senantiasa dampingi perkembangannya.
Guru Siaga
Pembelajaran abad 21 menuntut siswa untuk memiliki ketrampilan, pengetahuan, dan kemampuan di bidang tehnologi, media dan informasi, ketrampilan pembelajaran dan inovasi, serta kecakapan hidup. Berbagai kecakapan tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai model kegiatan berbasis aktifitas sesuai denga karakteristik kompetensi dan materi pembelajaraan.
Melalui pembelajarn yang menerapkan 4C (critical thingking, communication, creativity, colaboration) diharapkan generasi milineal mampu menghadapi setiap permasalahan mengggunakan pola berpikir yang logis dan sistematis. Dalam hal ini guru harus mampu berperan untuk mengarahkan anak didiknya agar bersikap bijak dalam mengolah dan menyingkapi setiap informasi yang diterima. Selain itu seorang guru harus siap mendampingi, agar mereka dapat memanfaatkan tehnologi sesuai etika ketimuran.
Ketrampilan abad 21 yang harus dimiliki siswa, menuntut guru untuk melek IT. Memang, kemajuan siswa dan guru dalam bidang tehnologi itu berbeda. Siswa cenderung mengalami kemajuan lebih cepat di bidang tehnologi dibandingkan gurunya. Namun, guru memiliki kearifan dalam memberikan arahan pemahaman terhadap ilmu dan tehnologi tersebut. Guru harus siaga mendampingi siswanya agar mereka mampu menggunakan hati dan nalar mereka dengan bijak dalam memanfaatkan tehnologi dan informasi. Terakhir, guru luar biasa itu harus tetap semangat belajar, tetap mau berinovasi dan selalu menginspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H