Mohon tunggu...
meilisa novariana
meilisa novariana Mohon Tunggu... Guru - Just write to be free

Meilisa Novariana, S.Pd. Saat ini mengajar bidang studi matematika di SMP Negeri 20 Malang. Beberapa karya yang sudah ditulis antara lain: Kitab Tertutup (antologi puisi), Bisa Soal (Cerita) Matematika Jadi Suka Matematika (buku pengayaan), Penerapan Media Math Shopping untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Materi Aritmatika Sosial (jurnal ilmiah), Interaksi Edukatif “ge-je” sebagai strategi alternatif meningkatkanmotivasi belajar dalam pelaksanaan PJJ masa pandemi Covid-19 (jurnal ilmiah). Mozaik Kota Malang (antologi cerpen bersama beberapa penulis), Rasa Ini (antologi puisi bersama penulis nusantara),dll

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Revolusioner Itu adalah Guru (Luar) Biasa

16 Maret 2021   03:25 Diperbarui: 16 Maret 2021   06:30 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mengutip kalimat Socrates, "Janganlah kalian memaksa anak-anak mengikuti cara kalian, karena mereka diciptakan di zaman yang bukan zaman kalian". Artinya, seorang pendidik, yang notabene juga merupakan "orang tua" siswa, mempunyai kewajiban melakukan penyesuaian dalam hal cara mendidik anak-anak. Cara yang dimaksudkan disini, tidak saja strategi tepat yang harus diterapkan oleh seorang guru, tetapi juga meyakinkan siswa bahwa langkah yang yang mereka lakukan untuk mengembangkan kompetensi sudah sesuai dengan ahlak yang diharapkan.

            Jaman terus berubah. Jika pada era sebelumnya, tehnologi informasi dan elektronika dimanfaatkan untuk otomasi produksi, maka memasuki abad 21 ini, yakni era revolusi industri 4.0, terjadi pergeseran pemanfaatan tehnologi, dari yang semula tehnologi digunakan untuk otomasi produksi menjadi peningkatan efisiensi proses industri. Kondisi yang mudah kita lihat adalah ditandai adanya integrasi online.

            Berbicara tentang perubahan jaman era revolusi industri 4.0 saat ini telah mengubah konsep kehidupan, struktrur pekerjaan, dan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia pekerjaan. Era yang terjadi bukan hanya berdampak pada bidang industri, melainkan juga berdampak pada seluruh aspek kehidupan, termasuk dunia pendidIkan. Akibatnya, secara tidak langsung era revolusi indutri 4.0 ini telah mengubah cara pandang tentang konsep pendidikan.

            Era pendidikan yang dipengaruhi terjadinya revolusi industri 4.0 disebut Pendidikan 4.0. Ciri utama Pendidikan 4.0 adalah dalam proses pembelajaran berlaku pemanfaatan tehnologi digital (cyber system) dan berlangsung secara terus menerus tanpa batas ruang dan waktu (borderless). Oleh karena itu, tantangan besar yang dihadapi seorang guru di era revolusi industri 4.0 adalah menyiapkan skill dan mental untuk memiliki keunggulan dalam memasuki persaingan global (global competitive advantage).  

Guru Revolusioner

            Pendidikan merupakan proses penting yang harus ada dalam suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak generasi masa depan yang juga berkualitas. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari peran guru. Bahkan Bapak Anies Baswedan, Ph.D menyatakan, bahwa kualitas guru adalah kunci utama kemajuan bangsa. Artinya, jika dunia pendidikan mampu mencetak guru berkualitas, maka ini adalah jalan menuju munculnya generasi masa depan berkualitas.

            Di era revolusi industri 4.0 ini, seorang guru tidak cukup hanya bermodalkan ilmu kepengajaran (pedagogi), keilmuan sesuai bidang (profesional), dan kepemimpinan saja. Hal lain yang harus dimiliki seorang guru adalah mental menjadi seorang Revolusioner.

            Adapun ciri guru revolusioner adalah, pertama,  guru yang selalu belajar untuk meningkatkan kualitas dirinya. Di era digital seperti saat ini, dunia pendidikan terhubung demikian mudahnya. Berbagai bentuk situs yang memuat tulisan pendidikan dapat diakses dengan mudah. Berbagai bentuk pelatihan keguruan juga tersedia luas. Dalam bidang tehnologi informasi, seorang guru harus selalu mengasah untuk mengimbangi kemampuan generasi milineal. Rasa "malu jika tidak bisa" harus ada dalam benak seorang guru ketika melihat anak didiknya mahir berselancar menggunakan internet. Dan jangan malu bertanya pada mereka tentunya.

            Ciri kedua, guru mau melakukan pembaharuan dalam melaksanakan proses pembelajaran, baik melalui pendekatan, strategi, metode, maupun dalam hal tehnik mengajar. Dalam hal ini kapabilitas yang harus dimiliki seorang guru antara lain: 1)kemampuan literasi dasar; 2)ketrampilan riset; 3)mendalami berbagai bentuk masalah kontekstual untuk melatih berpikir tingkat tinggi (HOTS) peserta didik; dan 4)memahami konsep belajar berbasis STEM (Sains, Tehnologi, Engenering, dan Matematika).

            Kemampuan berliterasi dalam konteks ini bukan hanya masalah bisa baca tulis, melainkan adanya kompetensi literasi informasi, bahasa, dan numerasi. Bermodal kemampuan tersebut, seorang guru akan mengetahui berbagai masalah kontekstual yang harus dipecahkan menggunakan penalaran logis serta mampu melakukan riset untuk meningkatkan hasil belajar peserta didiknya. Kemudian, jika selama ini masih ada yang menganggap fungsi matematika hanya untuk berhitung, maka tugas guru adalah meluruskan, bahwa fungsi utama matematika adalah pembentukan sikap dan pola pikir yang logis. 

            Ciri ketiga, guru harus senantiasa memanusiakan peserta didiknya. Dalam hal ini seorang guru harus memiliki sense of democration. Yang dimaksudkan adalah, seorang guru harus mempunyai "rasa", misalnya "sense of belonging", rasa memiliki sesuatu dan tanggung jawab terhadap sesuatu dari rasa tersebut. Lebih mudahnya jika kita mengatakan, bahwa rasa yang harus dimiliki guru adalah mampu menghadapi perbedaan pendapat dan menghargai setiap perbedaan itu sebagai bagian dari proses belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun