Mohon tunggu...
Meilinda Frasasti
Meilinda Frasasti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Kelam Indonesia, G30SPKI

9 Oktober 2022   23:35 Diperbarui: 10 Oktober 2022   00:12 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hay guys, kali ini kita akan membahas salah satu sejarah Indonesia, dimana ada dan berdirinya sebuah negara tentu saja mempunyai sejarah yang sangat panjang, dari sejarah yang penuh inspirasi sampai sejarah yang penuh duka, termasuk juga negara kita, Indonesia. Bahkan, setelah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 pun, perlu perjuangan untuk bangsa Indonesia dalam melakukan kedaulatan yang utuh dan persatuan yang kokoh. Negara kita bahkan harus menghdapi berbagai pergolakan setelah memperoleh kemerdekaan. Salah satu sejarahnya yakni, tentang Gwrakan sekelompok pemberontak yang dikenal dengan G30SPKI.

G30SPKI adalah  salah satu sejarah Indonesia yang tidak bisa dilupakan, dan sejarah kelam yang dimiliki bangsa Indonesia. Dimana para Pahlawan kita disiksa dan dibunuh dengan keji oleh orang-orang komunis yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno dan menggantikannnya dengan pemerintahan komunis. Peristiwa ini tentu memiliki sejarah, latar belakang, dan tujuan yang sebenarnya yang harus diketahui oleh masyarakat Indonesia terutama generasi milenial sekarang.

Dilansir dari berbagai sumber, saya akan menuliskan sejarah, latar belakang, tujuan, serta kronologi dari peristiwa G30SPKI. Yuk guys,simak yaa.

 Gerakan 30 september oleh PKI, pada tahun 1965 adalah suatu pengkhianatan yang paling besar yang terjadi di Indonesia. Peristiwa ini terjadi di malam hari, tepatnya pada pergantian dari tanggal 30 september atau masuk tanggal 1 oktober. Hal ini menyebabkan Gerakan ini disebut G30SPKI. Tragedi ini melibatkan pasukan Cakrabirawa dan juga Partai Komunis Indonesia atau PKI.

Peristiwa ini didalangi oleh pemimpin terakhir dari PKI yakni Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit. D.N.Aidit sebagai tokoh sentral dari Gerakan PKI,menurut pakar sejarah yang ada dimasa rezim Presiden Soeharto, adalah dalang utama dibalik gerakan 30 seotember 1965/PKI. Dalam melakukan misinya agar lancer dan berhasil, gerakan ini dilaksanakan atas satu komando yang sipimpin langsung oleh Komandan Batalyon 1 Cakrabirawa, yaitu Letnan Kolonel Untung Syamsuri.

Gerakan ini mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Ketua Gerakan ini sangat gencar memberikan hasutan kepada seluruh warga Indonesia agar mendukung PKI. Banyak sekali usaha mereka untuk berhasil mengubah Negara Indonesia, diantaranya, mereka mencari banyak dukungan dari masyarakat Indonesia dengan memberikan iming-iming bahwa Indonesia akan lebih maju dan Sentosa dibawah kekuasaan PKI, dan agar gerakan ini menjadi kuat.

Gerakan ini  dimulai dari  kota Jakarta dan Yogyakarta. Pada awalnya mereka mengincar Perwira Tinggi dan Dewan Jenderal. Mulanya, Gerakan ini hanya bertujuan menculik dan membawa paksa para Jenderal  dan juga Perwira ke Lubang Buaya. Akan tetapi  terdapat prajurit dari Cakrabirawa yang memutuskan untuk membunuh Perwira Tinggi dan juga Jenderal yang akan dibawa ke Lubang Buaya.

Adapun tiga dari enam orang yang menjadi target langsung dibunuh di kediamannya. Sementara itu, yang lain diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya, Jakarta Timur. Keena m Perwira Tinggi yang menjadi korban G30SPKI antara lain Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto,dan Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono.

Ada juga Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan, dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.

Pada peristiwa ini, Jenderal AH Nasution (Manhankam) menjadi satu-satunya yang berhasil lolos dari penculikan PKI. Namun, putrinya yang Bernama Ade Irma Suryani yang baru berusia 5 tahun erta ajudannya yang bernama Lettu Andreas Tandean meninggal dunia dalam peristiwa tersebut.

Adapun sisa dari Jenderal dan juga Perwira Tiinggi yang tidak dibunuh akhirnya meninggal secara perlahan karena banyaknya luka bekas disiksa dengan penyiksaan yang kejam dan tidak berperikemanusiaan di Lubang Buaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun