Mentari yang terbit di ufuk timur tampak kecil dan malu untuk menampakkan diri.
Sinar mentari yang belum sempurna namun telah  memberikan banyak makna.
Para makhluk tuhan yang bangun merasa gembira atas tugasnya.
Mereka berpadu tanpa celah dan sunguh berkharisma.
Sesuatu hal kecil yang tak pernah terbayang sebelumnya.
Ya, aku menjadi pengaggum terbit walau bangun pagi masih terbirit-birit.
Setidaknya ada perubahan walau cuman sedikit.Â
Mencari keindahan, ketenangan, dan kedamaian tidak perlu melangkah jauh.
Semuanya itu dekat dan cukup menanti sehabis subuh.
Sengaja menanti untuk membakar semangat agar tidak keluh.
Pemberian Tuhan  terlukiskan dalam kata 'nikmat'.
Nikmat yang terasa walau tak abadiat.
Nikmat yang menciptakan rasa syukur tak terukur.
Menggubah jiwa diri menjadi akur yang berjalan sesuai alur.
Sebelumnya..
Jiwa yang selalu bertanya "kenapa..." terjawab dengan "karena...".
Jiwa yang selalu menyalahkan tanpa mengindahkan.
Jiwa yang selalu sedih ditiap keadaan.
Saatnya untuk berdamai.
Berdiam diri  menatap langit dan merasakan angin yang berderai-derai.
Lalu memejam mata dan penuh menjiwai.
Mengadukan kepada tuhan segala perkara yang kalut.
Bagian hidup yang selalu kalang kabut.
Akhirnya...
Perubahan hidup datang saat itu juga.
Semua hilang menjadi terang tidak lagi gelap gulita.
Diri berubah percaya dan tak lagi berduka.
Terasa satu jengkal lebih dekat dengan sang pencipta.
5/1/19. Meibrielyan.
Sang Pencipta tidak akan menguji dengan masalah, tapi juga menghadirkan jalan keluar sebagai hadiah. Maka, Nikmatilah dengan sederhana. Kamu akan baik-baik saja karena semua yang rumit pasti akan lurus dan segala yang berat akan membuatmu hebat. Bagi jiwa yang butuh penyembuhan, hampirilah. Alam menantimu disana.Â
