Mohon tunggu...
Meilinda Ayu Tisdiyana
Meilinda Ayu Tisdiyana Mohon Tunggu... Guru - あゆ 先生 -> Physics Education

Religion and knowledge are half of my life

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

"Tong Mantra" Tongkat Pemandu Tunanetra Berbasis Arduino dengan Output Berupa Getaran dan Bunyi

23 Juni 2019   11:05 Diperbarui: 26 Juni 2019   10:25 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1 : Alat Tong Mantra Berbasis ArduinoPortrait picture

Kehilangan kemampuan untuk melihat menjadi keterbatasan yang di alami penyandang tunanetra. Tunanetra adalah hilangnya kemampuan seseorang untuk melihat. Di Indonesia sendiri jumlah penyandang tuna netra mencapai 1,5 persen atau sekitar 3,5 juta orang, jumlah tersebut berdasarkan data tahun 2016 dari Yayasan Mitra Netra, yang di ketuai oleh Anita Chairul Tanjung. 

Keterbatasan yang dimiliki, membuat para penyandang tunanetra mengalami beberapa masalah yang di hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, kesulitan dalam hal pendidikan, masalah dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, sulitnya untuk mendapat lapangan pekerjaan, masalah emosional, dan lain sebagainya.

Namun bukan berarti hal itu menjadikan mereka kehilangan semangat untuk tetap melanjutkan kehidupan. Bahkan tidak jarang dari mereka justru menginspirasi, karna mampu melakukan hal lebih dari apa yang dilakukan oleh orang normal pada umumnya.

Banyak dari mereka yang berhasil mendobrak benteng keterbatasan yang ada dengan kelebihan yang di miliki. Mereka mampu memaksimalkan fungsi indera lain yang dimilikinya, dengan indera pendengaran mereka dapat mengerti dunia, menggunakan anggota tubuh lainnya sebagai peraba serta dengan jemarinya mereka mampu berkarya.

Meski seperti itu, tidak dapat di pungkiri penyandang tunanetra memiliki kekurangan pada penglihatan sehingga sulit untuk berpergian tanpa bantuan orang lain. Untuk menunjang aktifitasnya, penyandang tunanetra menggunakan tongkat yang berfungsi sebagai pemberi isyarat ketika ada benda yang menghalangi di sekitarnya. 

Namun tongkat konvensional yang bayak di gunakan saat ini tidak cukup untuk mempermudah aktifitasnya. Diperlukan adanya pengembangan teknologi yang dapat membantu penyandang tunanetra untuk lebih mudah dalam beraktifitas.

Kemajuan teknologi kini terjadi sangat pesat terutama di era milenial dan revousi industri 4.0, dimana kegiatan manufaktur terintegrasi melalui penggunaan teknologi wireless dan big data secara masif. "di era revolusi industri 4.0 Komputer tersambung satu sama lain melalui internet" ujar ketua tim pelaksana wantiknas Dr. Ing Ilham Akbar Habibie, MBA. Dalam acara seminar pemanfaatan aplikasi teknologi pendidikan di era revolusi industri 4.0, 15 Februari 2019.

Saat ini pergeseran perilaku turut berubah seiring dengan kemajuan teknologi, hampir semua teknologi kini sudah serba digital. Pengembangan teknologi digital merupakan salah satu bentuk pengaplikasian ilmu fisika di era mienial saat ini. Hal tersebut mendorong semangat generasi muda tidak terkecuali saya dan teman-teman,utuk bersama berkarya serta mengembangkan teknologi yang ada.

Salah satunya adalah dengan meakukan pengembangan teknologi terhadap tongkat penyandang tunanetra. Tongkat penyandang tunanetra konvensional yang di modifikasi sedemikian rupa agar lebih mempermudah penyandang tunanetra dalam aktivitasnya. Salah satu teknologi yang dapat digunakan adalah menggunakan Arduino yang di hubungkan dengan sensor ultrasonik sebagai input lalu buzzer dan micro vibration motor sebagai output-nya.

Teknologi tersebut merupakan bentuk pengembangan digital dari tongkat tuna netra konvensional yang banyak di gunakan saat ini. Tongkat tersebut kami beri nama "Tong Mantra" yaitu tongkat pemandu tunanetra berbasis arduino.

Tongkat ini memiliki keunggulan dari pada tongkat konvensional pada umumnya. Alat ini mampu memberitahukan rintangan yang ada di depannya sehingga pengguna dapat menghindarinya. Dimana jika tongkat konvensional baru akan memberikan informasi kepada penyandang tuna netra, ketika tongkat membentur benda dihadapannya. 

Namun lain halnya dengan Tong Mantra, tongkat ini akan memberikan notifikasi atau pemberitahuan berupa suara dan getaran kepada penggunanya ketika mendeteksi adanya halangan benda di hadapannya. 

Pembuatan Tong Mantra, dilakukan dengan penyusunan rangkaian arduino yang di hubungkan dengan sensor ultrasonik sebagai input-nya dan buzzer serta micro vibration motor sebagai output-nya. Yang selanjutnya rangkaian tersebut akan di program dengan cara pengkodingan menggunakan bahasa pemograman, agar alat dapat bekerja sesuai perintah yang kita inginkan. 

Untuk mengoprasikan rangkaian arduino hanya dibutuhkan sumber listrik dengan voltase atau tegangan dan daya yang rendah. Sumber energi listrik dapat di peroleh dari baterai atau powerbank yang di hubungkan ke rangkaian, hal ini lebih menghemat biaya namun tetap efisien.

 Alat ini bekerja dengan cara, sensor akan mengeluarkan gelombang ultrasonik dan mendeteksi benda sejauh 100 cm yang ada di depannya, maka output yang di keluarkan berupa alarm buzzer (beeepp....beeeepp....) dan getaran yang akan di rasakan oleh pengguna. 

Semakin dekat tongkat tersebut dengan benda yang mengahalangi di depannya, maka frekuensi dari gelombang suara buzzer yang keluarkan dan getaran yang di rasakan pun akan semakin meningkat. Alarm dan getaran tersebut akan bekerja secara terus menerus sampai sensor tidak terhalang oleh benda di depannya.

Gambar 2 : Alat Tong Mantra Berbasis Arduinolandscape picture
Gambar 2 : Alat Tong Mantra Berbasis Arduinolandscape picture
Tong Mantra, hanyalah satu dari banyaknya bentuk pengembangan teknologi yang ada, guna membantu penyandang tunanetra agar bisa melakukan aktifitasnya tanpa bergantung kepada orang lain, dapat mendeteksi adanya halangan benda di hadapannya, serta sebagai penunjang peningkatan kemampuan penyandang tunanetra di era milenial dan kemajuan teknologi. Di era selanjutnya dapat di temukan bentuk pengembangan lain dengan tujuan dan manfaat lebih banyak lagi, seiring dengan perkembangan zaman.

Upaya pengembangan teknologi bukanlah tentang mana yang terbaik dan mana yang lebih unggul, tapi tentang bagaimana kita harus terus berinovasi di tengah pesatnya kemajuan teknologi saat ini. Dengan berusaha memberikan inovasi teknologi terbarukan yang dapat bermanfaat dan sesuai dengan kemajuan zaman yang ada serta fungsi yang sesuai dan di perlukan.

Inovasi teknologi yang ada ini di harapkan dapat memberikan pandangan bahwa tunanetra bukanlah sebuah kekurangan atau kecacatan, tapi keberagaman. Terganggunya salah satu atau lebih dari fungsi tubuh untuk mencapai suatu tujuan, bukan berarti penyandang tunanetra tidak mampu menjalani hidup selayaknya manusia normal. Dengan perlakuan yang sesuai, mereka dapat mencapai tujuan itu meski cara yang ditempuh berbeda. Mereka akan mampu membuktikan kepada dunia bahwa dengan telinga mereka akan mengerti dunia dan dengan jari mereka akan berkarya.

Tidak ada yang sempurna di dunia ini, semua memiliki keterbatasan dan keunggulannya masing-masing. Kesempurnaan yang hakiki hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Perbedaan yang ada merupakan bentuk keberagaman sebagai sarana untuk saling melengkapi. Serta sebagai sarana untuk saling bahu membahu saling tolong menolong sesuai hakekat manusia sebagai makhluk sosial, di era pesatnya kemajuan teknologi saat ini untuk dapat terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun