Waktu merupakan prioritas utama dalam mengelola hidup, karena waktu akan menciptakan perubahan yang berarti dalam kehidupan. Masa lalu adalah masa yang tidak dapat kita atur kembali, tetapi masa depan yang baik bisa kita dapatkan dengan cara kita yang terbaik. Manajemen waktu yang baik akan membawa dampak yang baik untuk kita.
Alfiatu Rohmah, seorang sarjana Tadris Bahasa Inggris IAIN Salatiga, seorang santri dan mahasiswa yang aktif sebagai pegiat lintas iman dan sukses berwirausaha. Penghasilan dan prestasinya berjalan beriringan. Hal itu tentu karena manajemen waktu yang baik.
 "Mengatur waktu itu sangat penting dan aku sudah merasakan hasilnya," ujar Alfi(25), Kamis (2/4/2020). Berhasil atau tidaknya seseorang bisa dilihat dari bagaimana dirinya mengatur dan mengelola waktunya, dengan baik atau berantakan. Karena keberhasilan seseorang bisa tercapai apabila ia pandai mengatur waktu. Hal ini juga diungkapkan dalam sebuah peribahasa "Waktu Bagaikan Pedang," jika engkau tidak menebasnya maka ialah yang akan menebasmu.
Karena pentingnya waktu, Allah berfirman dalam surat Al 'Asr, yang artinya : Demi Waktu. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi kecuali yang beriman dan beramal shalih serta saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. (Q. S Al 'Ashr: 1-3). Imam Asy Syafi'i Rahimahullah berkata, "Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka."
Mengatur dan mengelola waktu juga erat kaitannya dengan bagaimana cara kita membagi waktu antara beberapa hal yang kita kerjakan. Mengatur waktu yang baik akan membuat kita menjadi seorang yang produktif di samping segala tuntutan yang sudah ada. Pada permasalahan ini, aku berkesempatan untuk mengetahui rahasia bagaimana Alfi sangat pandai membagi waktunya, antara pendidikan, bisnis, dan organisasi.
"Aku anak pertama, itu yang membuat aku ingin mandiri dan meringankan beban finansial keluarga," jelasnya. Berawal dari alasan ekonomi, Alfi memutuskan untuk merambah dunia usaha ketika ia mulai menginjak kuliah semester 3, karena banyak jam kuliah yang fleksible, ia menggunakan waktunya untuk mengajar di salah satu Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota Salatiga dan mengajar les private. Namun, ia menyadari, ternyata mengajar tidak bisa fleksibel karena terikat dengan instansi, di situlah ia mulai berpikir untuk mulai usaha menggunakan uang tabungan yang ia dapatkan selama ia mengajar.
Tidak lepas dari segala kesibukan yang menyita waktunya, Alfi juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan, khususnya kegiatan di pesantren. Wanita yang sempat menjadi ketua organisasi santri ini mengatakan "Bagiku, hidup tanpa target atau proposal hidup bagai berlayar tanpa tahu arah, hanya terombang-ambing tanpa kejelasan 'Hidup ini untuk apa?'," ungkap wanita kelahiran Grobogan itu. Untuk masa depan yang baik, kita memang tidak punya pilihan lain selain mengaturnya dengan baik.
Alfi juga mengungkapkan pengalaman yang ia dapat selama menimba ilmu di Pondok Pesantren Edi Mancoro. "Pengalaman mendapat saudara baru, bisa bertemu saudara beda agama yang sangat tabu bagi pesantren lain. Tapi tidak di Edi Mancoro." Sebagaimana kita ketahui, Almaghfurlah K.H Mahfud Ridwan mendidik santrinya untuk menghargai dan mempelajari perbedaan yang ada, beliau sangat terbuka dengan orang yang berbeda dengan kita sebagai umat muslim, tidak hanya dalam lingkup domestik tapi hubungan dengan orang luar negeri entah itu kulit hitam ataupun putih. Pesantren ini pun kerap menerima tamu dan mengadakan diskusi lintas iman. Â
"Beberapa kali ke luar kota mengisi acara training kepesantrenan, menyerukan pesan perdamaian, naik pesawat beberapa maskapai, dan bertemu tokoh besar sudah saya rasakan semua karena Edi Mancoro," terangnya. Kemahsyuran dan kharisma K.H Mahfud Ridwan yang membuat banyak tokoh besar dekat dengan beliau.
Satu hal yang juga berkesan baginya adalah pesantren ini tanpa pagar dan sangat dekat dengan masyarakat. "Apalagi tentang pengalaman ber-muasyaroh dengan masyarakat sekitar. Dimana pesantren tanpa pagar itu sangat membentuk karakterku. Bahkan akhirnya beberapa masyarakat sekitar menjadi keluarga baru bagiku," tambah demisioner Ketua Organisasi Santri Edi Mancoro (OSEM) tahun 2017 ini.
Di dunia enterpreneur memanfaatkan teknologi adalah salah satu yang juga Alfi lakukan untuk mengembangkan usahanya. Ia menggunakan Instagram sebagai media berdagang, karena menurutnya Instagram mempunyai pasar yang lebih luas daripada media sosial lainnya. Bahkan dari promosi jualannya di Instagram dapat menarik customer dari luar negeri.
Berbagai akun bisnisnya di berbagai platform jual beli online pun tak membuatnya kewalahan. Justru ia sangat bersyukur. "Aku lebih fokus ke brand muslim Rabbani, Zoya, dan Elzatta. Ada juga produk middle class tapi belum kepikiran menjual produk bottom class. Karena menurutku apa yang kita jual merepresentasikan diri kita," jelasnya. Selain itu ia juga menjual tas rotan dan batik sebagai salah satu bentuk kepedulian untuk melestarikan budaya.
Satu persatu mimpi dan targetnya telah terwujud. Selain bisa membantu perekonomian keluarga. Ia juga berhasil beribadah ke Tanah Suci dengan uangnya sendiri. Tahun 2018 ia umroh, 2019 mengumrohkan ibunya, lalu 2020 giliran ayahnya. Tahun ini jugalah, ia dan suami juga sudah mendaftar ibadah Haji.
Selain sukses berwirausaha, wanita yang gemar membaca itu juga lolos program Student Mobility Program (SM Pro)  yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) di Australia tahun 2016. Segala pencapaian itu tentu tak lepas dari suka dan duka. Tapi, menurutnya berpositif thinking adalah kunci agar tidak mudah menyerah. "Jika tidak terwujud hari ini, mungkin Allah berkehendak besok," ungkapnya. Memperinci setiap kegiatan yang akan dilakukan adalah salah satu cara agar terbiasa mengatur waktu dengan baik.
Sejak masih menjadi santri di Edi Mancoro, Alfi juga memberikan ruang belajar bagi para santri di sebuah grub WhatsApp bernama Training Online Seller. Belakangan ia baru saja mengunggah video tentang dunia online shop di akun Youtube-nya, Alfi Mokko Suru. "Next InsyaAllah sharing tentang modal Rp500.000 menjadi Rp500.000.000," jelasnya di grub.
Motto hidupnya adalah "Ana 'Inda Dzonni 'Abdi Bi" (Aku-Allah- sebagaimana prasangka hamba-Ku tentang-Ku). Ia pun berpesan, "Jangan pernah menyerah dengan apa yang ingin kamu wujudkan. Kata-kata ini mungkin sepele tapi jika kamu yakin tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, maka suatu saat akan terwujud apa yang kamu citakan."
Waktu adalah sesuatu yang tidak dapat diulang, se-menyesalnya kita pada waktu lampau tetap saja kita tidak bisa mengulang waktu yang sudah Allah berikan. Waktu tidak bisa di tarik ulang, di-rewind, di-pause, apalagi di-stop.Â
Artikel ini sebelumnya telah terbit di majalah Al Misbah Pondok Pesantren Edi Mancoro edisi 1 Mei 2020.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H