Dalam buku yang layak dibaca secara lengkap, Mills menyajikan teorinya tentang kekuasaan dan dominasi untuk masyarakat AS pertengahan abad ke-20. Pasca Perang Dunia II dan di tengah era Perang Dingin, Mills mengambil pandangan kritis terhadap kebangkitan birokratisasi, rasionalitas teknologi, dan sentralisasi kekuasaan.Â
Konsepnya, "elit kekuasaan," mengacu pada kepentingan elit yang saling terkait dari tiga aspek utama masyarakat---politik, korporasi, dan militer---dan bagaimana mereka bersatu menjadi satu pusat kekuasaan yang terjalin erat yang bekerja untuk memperkuat dan menjaga politik dan kekuasaan mereka. kepentingan ekonomi.
Mills berpendapat bahwa kekuatan sosial elit kekuasaan tidak terbatas pada keputusan dan tindakan mereka dalam peran mereka sebagai politisi dan pemimpin perusahaan dan militer, tetapi kekuasaan mereka meluas dan membentuk semua institusi dalam masyarakat.Â
Dia menulis, "Keluarga dan gereja serta sekolah beradaptasi dengan kehidupan modern; pemerintah dan tentara dan perusahaan membentuknya; dan, ketika mereka melakukannya, mereka mengubah institusi yang lebih rendah ini menjadi alat untuk mencapai tujuan mereka."
Yang dimaksud Mills adalah bahwa dengan menciptakan kondisi kehidupan kita, elit kekuasaan mendikte apa yang terjadi di masyarakat, dan institusi lain, seperti keluarga, gereja, dan pendidikan, tidak punya pilihan selain mengatur diri mereka sendiri di sekitar kondisi ini, baik secara material maupun ideologis . cara.Â
Dalam pandangan masyarakat ini, media massa, yang merupakan fenomena baru ketika Mills menulis pada 1950-an---televisi tidak menjadi hal biasa sampai setelah Perang Dunia II---memainkan peran menyiarkan pandangan dunia dan nilai-nilai elit kekuasaan, dan dengan demikian, menyelubungi mereka dan kekuatan mereka dalam legitimasi palsu.Â
Mirip dengan teori kritis lainnyapada zamannya, seperti Max Horkheimer, Theodor Adorno, dan Herbert Marcuse, Mills percaya bahwa elit kekuasaan telah mengubah rakyat menjadi "masyarakat massa" yang apolitis dan pasif, sebagian besar dengan mengarahkannya ke gaya hidup konsumen yang membuatnya sibuk dengan siklus kerja-belanja.
Secara umum, dasar pemikiran Mills hampir sama dengan pemikiran Maxisme dan penganut teori elit yang melihat masyarakat terbagi tajam dan horizontal di antara yang memiliki kekuatan dan yang tidak. Pandangan Mills serupa tentang konsep alienasi yang akibat-akibat strukur sosial terhadap pribadi dan manipulasi masyarakat yang digerakan oleh media massa.
Sumbangsih pemikiran Mills lainnya dalam ilmu sosiologi adalah mengenai imajinasi sosiologi. Imajinasi sosiologi menurut Mills merupakan kemampuan untuk memahami sejarah dan biografi serta hubungan-hubungan di antaranya dengan masyarakat. Teori imajinasi sosiologi ditulis dalam karya Mills dengan maksud untuk membedakan antara personal trouble dan public Issue.Â
Dalam karyanya Power Elite dan White Collar, Mills menggabungkan minatnya akan teori klasik dengan keprihatinan terhadap isu-isu sosial. Karyanya tersebut dibangun diatas pemikirannya Marx mengenai alienasi pekerjaan. Karya Mills lainnya ialah The Power Elite yang mengetengahkan saling berhubungan kekuatan tritunggal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H