Mohon tunggu...
Meilien Mocharom
Meilien Mocharom Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

///

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Personal Branding di Sosial Media sebagai Panggung Drama dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Mental pada Remaja

24 Oktober 2022   03:32 Diperbarui: 24 Oktober 2022   05:38 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

ABSTRAK
Media sosial sebagai salah satu platform digital yang berhasil menghubungkan hampir setiap orang yang memiliki akses internet. Kini media sosial tak hanya digunakan sebagai alat komunikasi saja, tetapi juga sebagai alat yang digunakan untuk membangun citra diri secara online. Citra diri yang dimaksud adalah citra diri positif agar orang lain dapat mempercayai individu tersebut. Konsep personal branding ini erat kaitannya dengan teori dramaturgi oleh Erving Goffman. Dimana individu bermain peran pada panggung depan, yaitu media sosial. Dan tentunya personal branding ini juga berpengaruh pula pada kesehatan mental remaja.

 

Kata kunci: Media Sosial, Personal Branding, Dramaturgi, Kesehatan Mental

 

PENDAHULUAN

Media sosial merupakan suatu label yang merujuk pada teknologi digital yang berpotensi membuat semua orang untuk saling terhubung dan melakukan interaksi, produksi dan berbagi pesan (Lewis, 2010). Kepesatan perkembangan teknologi utamanya di bidang platform digital menjadikan media sosial sebagai alat untuk membangun citra diri secara online. Personal branding adalah cara seseorang mengambil kendali penilaian orang lain atas diri individu tersebut (Raharjo, 2019). Singkatnya, personal branding adalah proses memasarkan diri sebagai 'brand' yang lebih baik (TribunPalu.com).

Erving Goffman dalam teorinya Dramaturgi menjelaskan fenomena ini. Yaitu situasi dimana seseorang bermain peran pada panggung depan. Panggung depan yang dimaksud disini adalah online personal branding melalui media sosial. Untuk mencapai tujuannya, individu di sosial media membangun impresi dirinya dengan citra positif yang kuat. Namun disisi lain, personal branding atau citra diri tersebut juga justru menimbulkan masalah lain, yaitu terkait kesehatan mental pengguna sosial media itu sendiri yang mayoritas adalah pada remaja.

Penelitian dalam jurnal JAMA Psychiatry menemukan bahwa remaja yang bermedia sosial lebih dari tiga jam per hari berpotensi tinggi memiliki masalah kesehatan mental terutama masalah internalisasi alias citra diri. Hal ini disebabkan oleh tingginya citra diri positif yang di tunjukan dalam personal branding di media sosial. Sehingga memicu remaja untuk melakukan pembandingan diri.

BAGIAN TEMUAN DAN ANALISIS

Dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini, proses komunikasi antar individu dimudahkan berkat hadirnya media sosial. Media sosial menciptakan sebuah dunia baru yang berada pada realitas masyarakat yang disebut dengan "Dunia Maya". Mudahnya berkomunikasi melalui media sosial menjadikan sosial media sebagai bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Namun, dengan segala dampak positif yang diberikan oleh media sosial, hal ini tak memungkiri fakta bahwa media sosial itu sendiri juga membawa dampak negatif bagi peradaban manusia.

Selain sebagai media berkomunikasi, sosial media juga dimanfaatkan oleh individu untuk membangun citra diri. Citra diri atau personal brand merupakan sebuah bentuk persepsi yang dimiliki masyarakat terhadap aspek seorang persona, yaitu kepribadian, kemampuan, atau nilai-nilai, dan mampu menimbulkan persepsi positif yang dapat digunakan sebagai alat pemasaran serta media untuk memecahkan masalah (Haroen, 2014).

Yang mana hal ini disebut Erving Goffman dalam teorinya Dramaturgi sebagai Impression Management atau pengelolaan kesan. Yaitu Teknik yang digunakan individu dalam memupuk kesan tertentu dalam suatu kondisi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Singkatnya, personal branding merupakan cara seseorang menampilkan sisi terbaiknya dalam media sosial demi mencapai suatu tujuan tertentu.

Pendekatan dramaturgi Goffman yaitu bahwa ketika individu berinteraksi, ia ingin individu lain mengelola pesan yang ia harapkan. Disini manusia diibaratkan sebagai aktor yang bermain peran dalam panggung. Dalam hal ini, yang dimaksud oleh Goffman sebagai mengelola suatu pesan yang diharapkan adalah tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang melakukan personal branding. 

Dramaturgi adalah teori yang menjelaskan bahwa interaksi social dimaknai sama dengan pertunjukan teater atau drama di atas panggung (Widodo, 2010). Terdapat front stage dan backstage dalam teori dramaturgi. Back stage merupakan persiapan yang dilakukan individu ketika memerankan peran. Dan front stage merupakan tempat dimana individu tersebut memainkan perannya. Dalam kehidupan bermasyarakat di dunia nyata, individu cenderung tidak mempersiapkan peran terlebih dahulu. Oleh sebab itulah konsep dramaturgi mengatakan bahwa dalam bermain peran, individu tersebut bukan berarti menjadi orang lain melainkan tetap menjadi diri sendiri tetapi dengan caranya sendiri. Hal ini berbeda dengan kehidupan di dunia maya, ketika individu bermain peran menggunakan sosial media maka ia mempersiapkan perannya terlebih dahulu. Sehingga peran yang dimainkannya cenderung tidak realistik apabila direkayasa terlalu berlebihan. Ketidaksesuaian realita antara kehidupan dunia maya dengan dunia nyata inilah yang apabila dikonsumsi secara terus menerus oleh remaja dapat memicu munculnya masalah kesehatan mental.

Penggunaan teknologi informasi melalui jaringan internet di kalangan remaja menjadi hal yang sangat krusial dan perlu perhatian lebih saat ini. Menurut data dari kominfo sebesar 30 juta atau sekitar 80% responden baik anak-anak maupun remaja adalah pengguna internet, dan saluran komunikasi melalui media digital menjadi pilihan utama bagi mereka (Kominfo, 2020). Penelitian dalam jurnal JAMA Psychiatry menemukan bahwa remaja yang bermedia sosial lebih dari tiga jam per hari berpotensi tinggi memiliki masalah kesehatan mental terutama masalah internalisasi alias citra diri. National Institute of Mental Health juga melaporkan bahwa penggunaan media sosial dapat meningkatkan risiko gangguan mental pada remaja usia 18--25 tahun. Hal ini disebabkan oleh terlalu tingginya citra diri positif yang di tunjukan dalam personal branding di media sosial. Sehingga memicu remaja untuk melakukan pembandingan diri yang menyebabkan rendahnya self-esteem pada remaja serta gangguan kesehatan mental lainnya.

KESIMPULAN

Dengan demikian, maka erat kaitannya antara konsep dramaturgi dengan Personal Branding di media sosial dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental remaja. Personal branding merupakan cara seseorang menampilkan sisi terbaiknya dalam media sosial demi mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam teori dramaturgi, konsep ini mengaitkan bagaimana proses individu tersebut membangun perannya di media sosial.

Di kehidupan dunia nyata, individu yang bermain peran tidak kehilangan menjadi orang lain. Tetapi individu yang bermain peran di dunia maya melalui media sosial, individu cenderung membangun citra diri yang sangat positif demi mencapai tujuannya.

Dengan segala kelebihan media sosial sebagai media bermain peran individu, hal ini tentunya juga membawa dampak negatif di sisi lain. Yaitu besarnya pengaruh personal branding dalam kesehatan mental remaja. Tingginya tekanan psikologis remaja apabila menggunakan sosial media secara berlebihan menyebabkan remaja cenderung akan memiliki self-esteem yang rendah, bahkan masalah kesehatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Fadli, Rizal. Pengaruh Media Sosial pada Kesehatan Mental Remaja. 12 Oktober 2021. Diakses pada 23 Oktober 2022. https://www.halodoc.com/artikel/pengaruh-media-sosial-pada-kesehatan-mental-remaja

Haroen, Dewi. (2014). Personal Branding. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Kominfo. 2020. Kementerian Komunikasi dan Informatika. Diakses pada 23 Oktober 2022. https://kominfo.go.id/content/detail/3834/siaran-pers-no17pihkominfo22014-tentang-riset-kominfo-dan-unicef-mengenai-perilaku-anak-danremaja-dalam-menggunakan-internet/0/siaran_pers

Lewis, B.K. 2010. Social Media and Strategic Communication: Attitudes and Perceptions among College Students.

Raharjo, Farco Siswiyanto. 2019. The Master Book of Personal Branding. Yogyakarta: Quadrant

Rahman Hakim. Apa Arti dari Kata Personal Branding? Istilah Populer yang Sering Diucapkan di Media Sosial. 27 April 2022. Diakses pada 23 Oktober 2022. https://palu.tribunnews.com/2022/04/27/apa-arti-dari-kata-personal-branding-istilah-populer-yang-sering-diucapkan-di-media-sosial

Widodo, Suko. 2010. Anatomi dan Perkembangan Teori Sosial. Malang: Aditya Media Publishing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun