Mohon tunggu...
Meiliandy Mahalana
Meiliandy Mahalana Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa Biologi Universitas Indonesia

Mahasiswa Biologi Universitas Inodonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kehidupan Cumi-Cumi Raksasa (Architeuthis) di Laut Dalam

26 Desember 2021   01:35 Diperbarui: 26 Desember 2021   01:49 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ekosistem laut dalam memiliki banyak sekali biota hidup didalamnya. Biota yang hidup di ekosistem laut dalam pada umumnya telah melakukan adaptasi morfologi dan fisiologi untuk menyesuaikan tubuhnya dengan kondisi lingkungan yang minum cahaya (cenderung sangat gelap) dan dengan kondisi tekanan yang sangat tinggi. Adaptasi ini menyebabkan bentuk dan ukuran dari hewan yang hidup di perairan laut dalam cukup berbeda dengan hewan pelagis yang hidup di perairan yang masih disinari cahaya matahari. 

Salah satu contoh biota yang hidup pada perairan laut dalam adalah cumi-cumi raksasa dari genus Architeuthis. Cumi-cumi dari genus Architeuthis dapat dikatakan sebagai cumi-cumi raksasa akibat ukuran tubuhnya yang sangat besar jika dibandingkan dengan cumi-cumi yang umum ditemui dan dikonsumsi masyarakat. Berikut adalah contoh gambar dari cumi-cumi dari genus Architeuthis:

Ukuran cumi-cumi yang biasa ditemukan adalah 5-12 cm, sedangkan ukuran dari cumi-cumi Architeuthis dapat mencapai 4-10 meter. Cumi-cumi dari genus ini tergolong dalam kelompok predator yang hidup di perairan laut dalam. Cumi-cumi Architeuthis hidup di perairan yang minim cahaya sehingga memiliki bola mata yang seukuran dengan bola basket. Mata yang besar itu memiliki kepekaan  terhadap cahaya yang sangat tinggi dan memudahkan cumi-cumi Architeuthis untuk berburu mangsanya. Cumi-cumi ini biasanya akan menangkap mangsanya dengan menggunakan 10 tentakel yang dilengkapi dengan penghisap dan akan meremas tubuh mangsanya hingga tak bisa bergerak. Kemudian akan mulai memasukkan tubuh mangsanya ke dalam mulutnya yang dilengkapi dengan sepasang gigi yang cukup keras dan tajam untuk menghancurkan badan mangsanya.

Sumber : eol.org
Sumber : eol.org

Dengan gigi seperti itu bukan hal yang sulit bagi cumi-cumi raksasa Architeuthis untuk memangsa buruannya. Walaupun ukurannya yang besar, cumi-cumi Architeuthis juga tetap memiliki mekanisme pertahanan berupa kemampuan untuk menyemburkan tinta hitam ketika merasa terancam. Selain itu juga cumi-cumi Architeithis juga memiliki bentuk tubuh yang stream line sehingga memudahkan cumi-cumi raksasa ini untuk melakukan manuver di laut dalam. Berikut ini adalah daftar lokasi dimana tercatatnya ditemukan individu cumi-cumi raksasa Architeuthis dapat dilihat pada tabel berikut: 

Sumber : Artikel The giant squid Architeuthis : An emblematic invertebrate that can represent concern for the conservation of marine biodiversity
Sumber : Artikel The giant squid Architeuthis : An emblematic invertebrate that can represent concern for the conservation of marine biodiversity

Sampai saat ini sudah tercatat sebanyak 677 spesimen dari cumi-cumi Architeuthis yang sudah ditemukan. Terdapat banyak peneliti yang meyakini bahwa cumi-cumi dari genus Architeuthis dapat menjadi bioindikator dari perubahan iklim yang terjadi pada lautan baik itu dari perubahan suhu, arus, dan efek gas rumah kaca. Hal ini dikarenakan sudah banyak penelitian yang menunjukkan keterkaitan dari kemunculan cumi-cumi Architeuthis dengan fenomena perubahan iklim yang terjadi. Dibalik fakta-fakta yang sudah disebutkan di atas masih banyak misteri yang dapat diungkap dari cumi-cumi raksasa Architeuthis. Oleh karena itu masih diperlukan penelitan tambahan yang berkelanjutan untuk mengetahui lebih banyak hal tentang sang cumi-cumi raksasa Architeuthis.

Refrensi:

Guerra, A., Gonzalez, A.F., Pascual, S., dan Dawe, E.G. 2011. "The giant squid Architeuthis : An emblematic invertebrate that can represent concern for the conservation of marine biodiversity". Biological Conservation Vol. 144. Hal. 1989-1997.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun