Mohon tunggu...
meilanipurwanti
meilanipurwanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Efektif dalam Mengelola Hubungan Interpersonal di Tempat Kerja: Pilar Kesuksesan Tim yang Berkelanjutan

23 Desember 2024   12:02 Diperbarui: 23 Desember 2024   12:11 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

oleh Erina Nur Faridha dan Meilani Purwanti Mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Pembahasan mengenai hubungan interpersonal sudah sangat familiar dalam lingkungan kerja. Hubungan interpersonal yang efektif di tempat kerja menjadi salah satu kunci utama kesuksesan tim. Di lingkungan kerja, interaksi antar individu tidak hanya mencakup komunikasi yang efisien, tetapi juga membangun kepercayaan, mengelola perbedaan, dan meningkatkan kolaborasi. Manajer dan anggota tim yang mampu mengelola hubungan interpersonal dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, kepuasan kerja, serta menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan kreatif.

Hubungan Interpersonal

Hubungan Interpersonal adalah hubungan yang teridiri dari dua orang atau lebih yang saling tergantung satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Tentu saja, hubungan tersebut akan memberikan pengaruh terhadap satu dengan yang lainnya atau dapat dikatakan juga sebagai habungan yang bersifat timbal balik.

Menurut Howard Gardner dalam Syamsu Yusuf, kecerdasan membangun hubungan interpersonal atau interpesonal intelegensi merupakan kemampuan untuk mengamati dan merespon suasan hati, temperamen dan motivasi orang lain.

Sehingga dari berbagai definisi terkait hubungan interpersonal, maka dapat dikatakan bahwa hubungan interpersonal adalah hubungan yang dibangun di dalam interkasi sosial yang melibatkan orang sekitar, sehingga membentuk suatu hubungan yang efektif dalam lingkungannya.

Pentingnya Hubungan Interpersonal yang Sehat di Tempat Kerja

Hubungan interpersonal yang sehat menciptakan fondasi yang kuat untuk kerjasama yang lebih baik di antara anggota tim. Menurut Robbins dan Judge (2017), hubungan interpersonal yang positif dapat meningkatkan komunikasi antar individu, meminimalkan konflik, serta menciptakan iklim kerja yang lebih terbuka dan inklusif. Tim yang memiliki hubungan yang saling mendukung cenderung lebih mampu mengatasi tantangan dan mencapai tujuan bersama secara efektif.

Strategi Mengelola Hubungan Interpersonal

1. Membangun Kepercayaan

Kepercayaan adalah elemen fundamental dalam hubungan interpersonal yang sehat. Kepercayaan mendorong individu untuk berbagi informasi secara terbuka dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Membangun kepercayaan dapat dilakukan dengan menjaga integritas, memenuhi janji, dan menunjukkan kompetensi dalam pekerjaan (Mayer, Davis, & Schoorman, 1995). Sebuah studi oleh Costa dan McCrae (1992) menunjukkan bahwa tim yang saling percaya cenderung memiliki kinerja yang lebih baik.

2. Komunikasi yang Efektif

Komunikasi yang terbuka dan jelas adalah kunci untuk menghindari kesalahpahaman dan memperkuat hubungan antar anggota tim. Komunikasi efektif juga melibatkan keterampilan mendengarkan aktif dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Seringkali, masalah dalam hubungan interpersonal tim timbul karena komunikasi yang buruk atau kurangnya pemahaman terhadap perspektif orang lain (Gudykunst, 2004).

3. Pengelolaan Konflik

Konflik adalah bagian alami dari hubungan antar individu, tetapi cara kita mengelola konflik dapat membuat perbedaan besar. Dalam tim yang efektif, konflik dipandang sebagai kesempatan untuk perbaikan dan inovasi, bukan ancaman. Menggunakan pendekatan kolaboratif dalam menyelesaikan konflik, di mana semua pihak mencari solusi yang saling menguntungkan, dapat memperkuat hubungan interpersonal dan meningkatkan kerja tim (Thomas & Kilmann, 1974).

4. Empati dan Pemahaman

Memiliki empati terhadap rekan kerja membantu individu memahami perasaan dan perspektif orang lain, yang pada gilirannya dapat mengurangi ketegangan dan meningkatkan hubungan interpersonal. Menurut Goleman (2006), kecerdasan emosional, yang meliputi empati, adalah keterampilan penting dalam menciptakan hubungan yang sehat di tempat kerja. Tim yang terdiri dari individu yang saling mendukung dan memahami satu sama lain akan lebih mudah bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

5. Menghargai Keragaman

Di tempat kerja yang semakin global, menghargai keragaman budaya, latar belakang, dan kepribadian sangat penting dalam mengelola hubungan interpersonal. Sebuah tim yang beragam, jika dikelola dengan baik, dapat menghasilkan ide-ide kreatif dan inovatif. Sebaliknya, ketidakmampuan untuk menghargai perbedaan dapat mengarah pada ketegangan dan perpecahan. Oleh karena itu, pelatihan kepekaan budaya dan membangun kesadaran akan keragaman dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang positif dalam tim (Thomas, 1999).

Mengelola hubungan interpersonal di tempat kerja adalah keterampilan yang esensial bagi keberhasilan tim. Kepercayaan, komunikasi yang efektif, pengelolaan konflik yang baik, empati, dan penghargaan terhadap keragaman adalah strategi-strategi penting yang dapat memperkuat hubungan antar individu dalam tim. Dengan menerapkan strategi-strategi ini, perusahaan tidak hanya akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan kinerja tim yang berkelanjutan.

Referensi

Costa, P. T., & McCrae, R. R. (1992). Revised NEO Personality Inventory (NEO-PI-R) and NEO Five-Factor Inventory (NEO-FFI). Psychological Assessment Resources.

Goleman, D. (2006). Emotional intelligence: Why it can matter more than IQ. Bantam Books.

Gudykunst, W. B. (2004). Bridging differences: Effective intergroup communication. Sage Publications.

Mayer, R. C., Davis, J. H., & Schoorman, F. D. (1995). An integrative model of organizational trust. Academy of Management Review, 20(3), 709-734.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2017). Organizational behavior (17th ed.). Pearson Education.

Syamsu Yusuf LN, (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Rosdakarya. hlm. 109

Thomas, K. W. (1999). Conflict and negotiation processes in organizations. Handbook of industrial and organizational psychology, 3, 651-717.

Thomas, K. W., & Kilmann, R. H. (1974). Thomas-Kilmann Conflict Mode Instrument. Xicom.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun