Mohon tunggu...
Meilani Pardede
Meilani Pardede Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate

S1 Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karoshi: Kerja, Kerja, Meninggal

7 Oktober 2021   00:04 Diperbarui: 7 Oktober 2021   00:09 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: liputan6.com)

Perusahaan teknologi Microsoft, turut mencanangkan pola kerja empat hari dalam seminggu pada tahun 2019 lalu. Setiap hari Jumat pada bulan Agustus, kantor harus libur dengan tujuan 2.280 karyawan memperoleh waktu lebih banyak untuk istirahat. Dikutip dari detikHealth, strategi tersebut berhasil meningkatkan produktivitas hingga 40%, lebih baik daripada periode yang sama di tahun sebelumnya. 

Di samping itu, pemotongan waktu rapat dan menjawab email juga menjadi tambahan kebijakan sebelum Microsoft memulai analisis lain pada tahun yang sama. Dikutip dari CNN, mereka ingin pekerja menyalurkan ide mengenai cara meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja, efisiensi, dan bagaimana cara mengajak perusahaan lain agar ikut menerapkannya.

Pemerintah Jepang juga telah menetapkan parameter untuk penduduk meninggal karena karshi. Dikutip dari liputan6.com, untuk kasus bunuh diri, seseorang bisa mengajukan klaim kompensasi karshi bila korban bekerja minimal 160 jam lembur dalam sebulan atau lebih dari 100 jam lembur selama tiga bulan berturut-turut. 

Keluarga Mina Mori (26) mendapat kompensasi sebesar 130 juta yen pada Desember 2015 dari pengelola Watami, sebuah jaringan restoran ternama di Jepang, atas kasus bunuh diri karena bekerja lembur berlebihan. Mori bunuh diri pada Juni 2008 setelah menempuh dua bulan masa bekerja. Meski baru sebentar, ia sudah dipaksa bekerja panjang sampai memiliki sedikit sekali kesempatan untuk beristirahat.

(sumber: detikHealth.com)
(sumber: detikHealth.com)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah mengakui bahwa stres akibat kerja adalah penyakit serius. Dalam rapat di Jenewa pada Mei 2019 lalu, WHO mengakhiri perdebatan mengenai definisi burnout atau kehilangan semangat bekerja untuk mengakhiri debat panjang. 

Dilanjutkan pada International Clssification of Disease (ICD) terbaru, WHO mendefinisikan burnout sebagai 'sindrom yang dikonseptualisasi sebagai hasil dari stres kronis di tempat kerja yang tidak terkelola dengan baik'. 

Dikutip dari detikHealth, sindrom tersebut ditandai dengan tiga hal. Pertama, kehilangan energi dan kelelahan. Ke dua, makin ada jarak dengan pekerjaan seseorang atau perasaan negatif maupun sinis terkait pekerjaan seseorang. Ke tiga, berkurangnya efikasi profesional.

Referensi

satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun