Mohon tunggu...
Meilani Esti Mulya Putri
Meilani Esti Mulya Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kelompok 95

Mahasiswa KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sambut Perayaan Maulid, Warga Kaliwungu Gelar Festival " Ketuwin "

12 November 2021   14:33 Diperbarui: 12 November 2021   14:42 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak kecil berkeliling membawa makanan  mengunjungi rumah-rumah tetangga satu gang/dokpri

Kaliwungu -- Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi salah satu perayaan besar yang diperingati oleh umat Islam tiap tahunnya pada 12 Rabiulawal dan di tahun ini jatuh pada Selasa 19 Oktober 2021.

Dikutip dari nationalday.com, Maulid nabi sendiri dimaknai dari kata "Mawlid" yang artinya "melahirkan", artinya sebagai perayaan hari lahirnya Rasulullah SAW yang bersejarah bagi seluruh umat muslim.

Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW telah memberi pesan kepada kita, tentang pentingnya meneladani Rasulullah, dalam sikap dan perilaku hidup. Rasulullah dikenal sebagai sosok teladan dalam iman, Islam, ihsan, dan akhlak mulia.

Dalam sejarah kehidupan, Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin besar yang sangat luar biasa dalam memberikan teladan agung bagi umatnya.

Untuk menyemarakannya, peringatan tersebut dilakukan tiap tahun dengan berbagai macam tradisi yang berbeda di setiap daerah. Salah satunya seperti warga Kota Kaliwungu, tepatnya di Desa Nolokerto Kaliwungu, yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan menggelar tradisi unik Weh-wehan. (18/10/21)

Tradisi weh-wehan atau yang biasa disebut ketuwin merupakan kegiatan masyarakat dengan saling bertukar makanan dan berbagi kepada sesama baik saudara, teman ataupun tetangga. Biasanya warga yang masih muda berkeliling berkunjung ke yang lebih tua, membawa makanan dan dibagikan.

" Tradisi ini sangat berarti untuk meningkatkan kerukunan antar warga dan membuat anak-anak selalu teringat dengan Nabi nya." ucap Abdul Wahab selaku ketua RT 07 RW 05 Desa Nolokerto.

Tradisi yang diadakan setahun sekali ini sudah ada sejak zaman para wali. Saat itu ada Kyai Guru yang merupakan seorang ulama utusan dari kerajaan Mataram Islam. Lalu Kyai Guru tiba di Kaliwungu sekitar tahun 1850. Dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW, Kyai Guru meminta masyarakat sekitar untuk membawa makanan semampunya dan dibagi-bagikan kepada sesama. Hal itu dilakukan Kyai Guru untuk mempererat tali persaudaraan. Dan hingga kini tradisi tersebut dikenal dengan sebutan weh-wehan atau ketuwin.

Ketuwin dilaksanakan pada sore hari hingga malam. Warga Kaliwungu menganggap perayaan Maulid Nabi SAW sama seperti perayaan Idul Fitri ataupun Idul Adha. Anak-anak kecil berkeliling membawa makanan dengan memakai baju barunya dan mengunjungi rumah-rumah tetangga satu gang. Tidak lupa juga banyak lampu hias ataupun lilin yang menghiasi jalan, serta aneka jajanan/makanan yang diletakkan di atas meja berjejeran di depan rumah.

Mahasiswa KKN RDR 77 UIN Walisongo Kelompok 95 ikut meyemarakkan perayaan Maulid Nabi/dokpri
Mahasiswa KKN RDR 77 UIN Walisongo Kelompok 95 ikut meyemarakkan perayaan Maulid Nabi/dokpri
Salah satu makanan yang wajib hadir dalam perayaan weh-wehan yakni Sumpil. Sumpil merupakan beras yang dicampur dengan kelapa lalu dibungkus dengan daun bambu yang berbentuk segitiga setelah itu direbus seperti membuat lontong. Sumpil disantap dengan parutan kelapa dan bumbu sambal. Sumpil menjadi hidangan wajib karena memiliki makna filosofi tersendiri, yaitu sebagai lambang keseimbangan hidup manusia antara sesama manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun