Karena, Al Maidah 51 hanya berlaku buat elo, Hok. Spesial pake telor buat ELO. Lo harus terima kenyataan pahit ini.
Tentu saja, inkonsistensi parpol-parpol dan ormas-ormas Islam ini telah mempermalukan kami, umat Islam Indonesia secara keseluruhan di mata pemeluk agama lainnya, termasuk elo.
Bahkan, kalau mau jujur, inilah contoh penistaan Al Maidah 51 yang sesungguhnya. Ayat Al-Quran digunakan semata-mata untuk kepentingan politik dan menjatuhkan lawan politik. Sungguh mengherankan, MUI sama sekali tidak ambil pusing dengan penistaan kelas wahid ini. Yang mereka permasalahkan cuma sebaris kalimat kesrimpet elo, Hok. MUI tutup mata dengan penistaan Islam dan Quran yang dilakukan oleh kalangan internal Islam sendiri.
Fakta inkonsistensi penerapan Al Maidah ayat 51 inilah yang terekam dalam alam bawah sadar lo, hingga memicu keluarnya kalimat kontroversial dari mulut ember lo, yang memicu Aksi 4 November itu. Betul tidak?
Nah, sebagai anak bangsa, elo kan punya HAK untuk menyampaikan FAKTA. Betul tidak?
Dan tidak ada satu pun pasal UU yang bisa menghukum seseorang yang menyampaikan FAKTA.
Anyway, kesalahan elo adalah, elo menyatakan fakta itu dalam kapasitas elo sebagai pejabat publik, bukan sebagai anak bangsa biasa.
Dalam hal ini, sebenarnya kesalahan elo hanya sebatas pelanggaran etika pejabat publik. Saat elo minta maaf secara tulus kepada umat Islam, berkali-kali dalam berbagai kesempatan baik melalui media cetak dan elektronik, maka seharusnya masalah sudah selesai. Setidaknya buat gw dan banyak saudara-saudara gw sesama Muslim.
Masalahnya, saudara-saudara Muslim gw yang lain punya sifat lebay tingkat dewa. Dan sekali lagi, kelebayan sodara-sodara gw ini hanya berlaku wa bil khusus buat elo seorang. Ya, ELO. Sewaktu SBY menyebut Lebaran Kuda, mereka santai saja tuh. Padahal SBY melekatkan hari suci umat Islam dengan binatang. Coba kalau yang ngomong Lebaran Kuda tuh elo?
Bahkan, sodara-sodara gw yang lebay ini pun hanya sekedar protes, bukannya demo besar-besaran, waktu Ahmad Dhani menginjak-nginjak lafazh Allah pada siaran live konser Dewa 19 di Trans TV, tahun 2005 lalu. Aksi menginjak-injak lafazh Allah itu cuma satu dari serangkaian aksi penistaan agama Islam ala Ahmad Dhani. Dia juga pakai lafazh Allah di sampul album Dewa, dan memakai semacam tattoo dengan background lafazh Allah di dada telanjang para personel Dewa untuk keperluan promo album mereka.
Padahal, aksi semacam inilah --menginjak, merobek, membakar simbol-simbol agama—yang justru  nyata-nyata penistaan agama, kata Kapolri Tito. Gak perlu di-review pakai ahli ini itu, bisa langsung ditangkap.