Mohon tunggu...
Meila Siti Maulidiyah
Meila Siti Maulidiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Seorang mahasiswa semester 7 jurusan Ilmu Komunikasi. Memiliki ketertarikan yang besar terhadap dunia kepenulisan. Senang membaca novel dan menulis cerita fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Membaca Cerita Fiksi, Bisa Menambah Empati?

9 Januari 2023   16:40 Diperbarui: 9 Januari 2023   16:49 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali ada di antara kita yang gemar membaca sebuah cerita, baik cerita fiksi maupun nonfiksi. Namun, tak sedikit juga orang yang bertanya, "Untuk apa, sih, membaca cerita fiksi?" atau "Memang apa gunanya membaca cerita fiksi?"

Seringkali di antara kita juga tanpa sadar mendiskriminasikan orang-orang yang gemar membaca cerita fiksi, terutama fiksi remaja. Mereka menganggap bahwa orang-orang tersebut terlalu berlebihan dalam menyikapi cerita yang dibacanya, bahkan sampai berandai-andai ingin menjadi sang tokoh utama dalam cerita tersebut.

Banyak dari kita yang mengira bahwa cerita fiksi adalah cerita khayalan yang tidak berdasarkan fakta dan tak memiliki nilai di dalamnya. Akan tetapi, cerita fiksi bukanlah sekadar cerita khayalan yang tak bernilai. Lebih dari itu, cerita fiksi mampu memberikan pembelajaran mengenai kehidupan sosial bagi para pembacanya.

Berpusat pada imajinasi penulis dalam membuat alur, konflik, serta karakter tokoh yang kuat, cerita fiksi diharapkan mampu membuat pembaca senantiasa larut dan ingin masuk ke dalam cerita tersebut.

Para penulis tidak mungkin hanya membuat cerita tanpa menyelipkan nilai di dalamnya, pasti mereka memikirkan tentang hal apa yang nantinya bisa dipetik oleh pembaca setelah membaca ceritanya. Biasanya penulis melakukan riset terlebih dahulu sebelum menulis demi kebutuhan cerita tersebut, entah untuk alur, karakter tokoh, konflik, latar waktu atau tempat, pesan dan nilai moral yang akan disampaikan kepada pembaca.

Nyatanya, menulis cerita fiksi tidak semudah yang dibayangkan. Maka dari itu, penulis akan senang jika ceritanya dibaca dan diapresiasi, akan senang pula jika diberi kritik yang membangun. Namun, akan merasa sedih ketika orang lain mengatakan bahwa menulis dan membaca cerita fiksi itu tidak ada gunanya.

Sebagian besar penulis pasti ingin ceritanya diterima dengan baik oleh pembaca. Maka dari itu, mereka pasti memikirkan secara matang cerita yang akan ditulisnya. Bagaimanapun, sebuah cerita pasti akan selalu membekas baik bagi penulis maupun pembaca.

Di dalam sebuah cerita fiksi, penulis biasanya membuat karakter sang tokoh utama memiliki kisah yang nantinya dapat menyentuh pembaca, seperti kisah masa lalu yang kelam, kehidupan yang tidak diinginkan, ataupun lainnya sebagai konflik cerita. Kemudian seiring berjalannya cerita, sang tokoh utama mendapatkan cara atau solusi untuk menghadapi konflik tersebut. Entah karena kedatangan orang baru yang mengerti dirinya, usaha yang selalu dilakukannya, doa-doa yang dipanjatkannya, atau hal lain yang membuat sang tokoh utama tersebut merasa lebih baik. Meskipun demikian, penulis harus pintar dalam mengemas ceritanya agar menarik untuk dibaca.

Kisah atau konflik yang dialami oleh sang tokoh dalam cerita fiksi tentu dapat menyentuh bagi siapa pun yang membacanya. Tak sedikit juga yang mendalami peran-peran dari beberapa cerita yang dibacanya, ia seperti masuk ke dalam cerita tersebut dan membayangkan jika seandainya dirinyalah yang menjadi tokoh yang memiliki kisah dengan konflik yang berat dalam kehidupan nyata.

Meskipun alur cerita yang dikemas tidak melulu soal kisah kelam atau konflik dari sang tokoh, biasanya diselipkan kisah humor dan lainnya agar pembaca tidak merasa bosan. Dengan begitu, pembaca akan terus membacanya hingga akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun