Mohon tunggu...
Meila Antariksani
Meila Antariksani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif semester 5 Program Studi S1 Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya Angkatan tahun 2021.

Memiliki kemampuan dalam hal komunikasi, bekerjasama dengan tim, dan mampu beradaptasi dengan hal baru. Memiliki hobi membaca terutama genre horor dan mitologi. Menyukai berbagai genre musik yang beragam.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Generational Comparison and Its Implications for Instructional Design (Perbandingan Generasi dan Implikasi Terhadap Desain Pembelajaran)

19 Desember 2023   12:36 Diperbarui: 19 Desember 2023   12:45 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

INTRODUCTION

Indonesia merupakan Negara yang memiliki populasi sebesar 278,69 Juta pada pertengahan tahun 2023, sehingga menempati posisi ke 4 sebagai negara yang memiliki jumlah populasi terbanyak di dunia. Populasi penduduk yang banyak mengakibatkan tumbuhnya generasi yang beragam pada suatu negara. Badan Pusat Statistik mengelompokkan populasi Indonesia dalam enam generasi, yaitu Post Generasi Z, Generasi Z, Milenial, Generasi X, Baby Boomer, dan Pre-Boomer. 6 Generasi ini digolongkan berdasarkan tahun kelahiran mereka. Tentunya setiap generasi memiliki karakteristik yang beragam, mengingat masing-masing generasi lahir dan tumbuh di tahun yang berbeda. Lingkungan, kemajuan teknologi, dan fenomena yang terjadi di tahun pertumbuhan mereka adalah salah banyak dari faktor yang mempengaruhi karakteristik yang beragam di masing-masing generasi. Di tahun 2023 adalah masa Generasi Milenial dan Generasi Z mendominasi.

Mata kuliah "Metode dan Model Pembelajaran" adalah mata kuliah yang mempelajari berbagai metode, pendekatan, dan model yang digunakan dalam proses pembelajaran. Fokus utamanya adalah pada bagaimana merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi strategi pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mata kuliah ini bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan pemahaman mendalam tentang berbagai metode dan model pembelajaran sehingga mereka dapat memilih dan menerapkan strategi pengajaran yang tepat untuk konteks pembelajaran yang berbeda. Selain itu, mata kuliah ini juga mendorong pemikiran kritis dan inovatif dalam merancang pengalaman pembelajaran yang bermakna.

Maka dengan konteks adanya kesenjangan antar Generasi dapat dilakukan analisis terhadap Metode dan Model Pembelajaran yang tepat untuk setiap generasi. Maka pada mata kuliah Metode dan Model Pembelajaran, kami diberi tugas untuk menganalisis mengenai 3 generasi. 

Part 1 - Generational Analysis 

  1. Generasi Pre Boomers

Generasi Pre Boomers adalah sekelompok manusia yang lahir pada tahun 1945 atau pada saat zaman The Greatest Depression (kekacauan ekonomi global). Generasi ini hidup dalam kekurangan yang disebabkan karena adanya krisis ekonomi. Sehingga memiliki karakteristik seperti berikut:

  • Memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dan bertanggung jawab 

  • Taat hukum dan kewajiban

  • Kurang berani berpendapat karena mereka dibatasi untuk menyampaikan pendapatnya

Maka dengankarakteristik tersebut, kebanyakan gaya belajar Generasi Pre Boomers:

  • Mempercayai logika, Generasi Pre Boomers lebih mudah memahami sesuatu dengan berpikir secara logis dan tidak pandai dalam berimajinasi.
  • Berorientasi pada masa lalu, Jika ada sesuatu hal yang terbukti benar di masa lalu, maka generasi Pre Boomers akan mempercayainya.
  • Menyukai konsistensi dan keseragaman, Jika ada penemuan cara yang lebih singkat dan mudah, mereka tetap menggunakan cara yang lama sehingga mereka tetap menolak terhadap suatu perubahan. 

  1. Generasi Y atau Milenial

Generasi Y atau Milenial adalah sekelompok manusia yang lahir pada tahun 1981-1996. Disebut generasi milenial karena generasi tersebut telah melewati masa milenium kedua. Sehingga memiliki karakteristik seperti berikut:

  • Memiliki tingkat pendidikan yang tinggi

  • Berani, inovatif, kreatif, dan modern

  • Lebih terbuka terhadap perubahan

Maka dengan karakteristik tersebut, kebanyakan gaya belajar Generasi Y:

  • Suka belajar secara berkelompok, Menyukai aktivitas pemecahan masalah dalam kelompok kecil dibandingkan dengan belajar secara individu. 

  • Memanfaatkan teknologi dalam kegiatan belajar, Sudah mengenal teknologi meskipun belum terlalu canggih. Mereka menggunakan teknologi saat belajar contohnya seperti browsing di internet saat mengerjakan tugas.

  • Menyukai Experiential Learning, Experiential learning merupakan metode ajar di mana siswa belajar dari pengalaman. Jadi, guru tidak lagi hanya mengajar teori, tetapi juga mengajak siswa untuk praktek.

  1. Generasi Alpha

Generasi Alpha adalah sekelompok manusia yang lahir pada abad ke-21 atau kelahiran tahun 2010-2025. Generasi alpha menjadi generasi yang dekat dengan internet. Sehingga memiliki karakteristik seperti berikut:

  • Menguasai teknologi

  • Bermain dengan permainan yang berbasis teknologi (aplikasi atau web)

  • Lebih banyak berinteraksi melalui sosial media

Maka dengan karakteristik tersebut, kebanyakan gaya belajar Generasi Alpha:

  • Menyukai pembelajaran berbasis teknologi digital dan virtual.

  • Lebih fokus pada keterampilan dibandingkan konten pembelajaran.

  • Menyukai sistem belajar yang fleksibel dan tidak terikat banyak aturan.

Part 2 - Digital Immigrant V.S Digital Native

Dalam perkembangan antar generasi, tentunya akan memunculkan istilah baru di kalangan masyarakat. Istilah baru yang dikenalkan ini bisa menjadi ciri khas dari masing-masing generasi, contohnya istilah digital imigrasi dan digital native. Istilah imigrasi digital dan digital native diciptakan oleh seorang konsultan pendidikan ternama Marc Prensky pada tahun 2001.

  • Digital Imigrasi

Digital imigrasi merujuk pada kelompok/individu yang lahir dan tumbuh dalam era sebelum digital dan internet belum seluas ini perkembangannya, maka saat ini mereka dituntut untuk mampu melakukan penyesuaian terhadap generasi yang serba digital. Dibandingkan dengan digital native, para digital imigrasi memang mempunyai kelemahan. Karena, mereka lebih senang menjalin komunikasi secara langsung. Generasi yang tergolong pada digital imigrasi adalah Generasi Pre-Boomer, Baby Boomer, dan Generasi X. Dengan karakteristik seperti berikut:

  1. Imigran digital adalah individu yang harus beradaptasi dengan teknologi di kemudian hari

  2. Tingkat literasi imigrasi digital tergolong kurang dibandingkan digital native

  3. Imigrasi digital mungkin kesulitan dengan teknologi dan membutuhkan lebih banyak panduan praktis dan langkah demi langkah.

  • Digital Native 

Digital native adalah istilah yang merujuk pada kelompok/individu yang lahir dan besar di era dimana teknologi digital, internet, dan perangkat elektronik telah menjadi bagian alami dari kehidupan sehari-hari. Mereka terbiasa dan akrab dengan penggunaan teknologi sejak usia dini, dan memiliki kemampuan alami dalam memahami, menggunakan, dan berinteraksi dengan perangkat digital dan platform online. Karakteristik utama dari generasi digital native adalah pemahaman yang mendalam tentang teknologi, kemampuan multitasking, akses cepat terhadap informasi melalui internet, keterampilan berkomunikasi online yang kuat, dan partisipasi aktif dalam media sosial. 

Mereka cenderung lebih terbuka terhadap inovasi teknologi dan memiliki kecenderungan untuk mencari solusi digital dalam berbagai aspek kehidupan. Generasi yang tergolong pada digital native adalah Generasi Milenial, Generasi Z, dan Generasi Alpha. 

Dengan karakteristik seperti berikut:

  1. Digital native adalah individu yang tumbuh di era internet dan secara alami merasa nyaman dengan penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari

  2. Digital native memiliki tingkat literasi digital yang lebih tinggi dibandingkan imigrasi digital

  3. Digital native terbiasa memiliki akses cepat terhadap informasi dan berkomunikasi melalui platform digital, dan mereka merespons dengan baik pembelajaran multimedia yang interaktif

Tidak semua orang dari generasi tertentu adalah digital native, dan tidak semua orang dari generasi sebelumnya adalah digital immigrant. Beberapa orang mungkin memiliki tingkat keterampilan dan pengalaman yang berbeda tergantung pada penggunaan teknologi sepanjang hidup mereka. Pemahaman ini membantu merancang pendidikan dan strategi pembelajaran yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan dan karakteristik khusus dari kedua kelompok ini.

Part 3 - Implications for Instructional Design

Perbedaan dan karakteristik antar generasi akan mempengaruhi Desain Pembelajaran yang akan diterapkan. Sebab itu pemilihan Desain Pembelajaran yang tepat seharusnya mempertimbangkan karakteristik, kekurangan dan kelebihan dari masing-masing generasi, dan membuat tujuan pembelajaran yang sesuai. Sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang terstruktur dan berhasil dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Implikasi tiap generasi dengan desain pembelajaran tentunya berbeda.

  1. Pengenalan Konteks Digital Native dan Imigran Digital

Digital Native: Lebih akrab dengan teknologi sejak awal, cenderung memiliki keterampilan multitasking, dan mudah beradaptasi dengan perangkat baru.

Digital Immigrant: Memerlukan panduan lebih lanjut dalam menggunakan teknologi dan perlu pembelajaran intensif untuk memahami dalam menggunakan alat digital.

  1. Penggunaan Teknologi Secara Terintegrasi

Integrasikan teknologi secara menyeluruh dalam strategi pembelajaran dan digital native mungkin membutuhkan lebih sedikit panduan, sementara imigran digital memerlukan pendekatan yang lebih terstruktur.

  1. Penggunaan Aplikasi dan Alat yang Relevan

Pilih aplikasi dan alat yang sesuai dengan kecakapan teknologi dan sesuaikan kompleksitas alat sesuai dengan tingkat pemahaman digital masing-masing.

  1. Kustomisasi Pembelajaran

Sesuaikan materi dan aktivitas dengan preferensi dan kemampuan, native digital cenderung lebih terbiasa dengan pembelajaran mandiri dan eksploratif, sementara imigran digital mungkin membutuhkan lebih banyak panduan.

  1. Pengembangan Keterampilan Kritis

Fokus pada pengembangan keterampilan kritis, seperti evaluasi informasi, literasi digital, dan berpikir kreatif dan dorong refleksi kritis dan diskusi tentang dampak teknologi pada kehidupan sehari-hari.

  1. Pendekatan Kolaboratif dan Sosial

Gunakan teknologi untuk mendukung kerja kelompok dan kolaborasi, memanfaatkan kecenderungan digital native untuk berinteraksi dalam jaringan sosial dan bantu imigran digital merasa nyaman dalam pengaturan kolaboratif dengan bimbingan dan bantuan yang sesuai.

  1. Evaluasi Berbasis Teknologi

Gunakan alat evaluasi berbasis teknologi yang dapat memberikan umpan balik segera dan terukur dan sesuaikan metode evaluasi dengan tingkat kenyamanan dan kemampuan teknologi tiap kelompok.

  1. Pendidikan Kontinu tentang Teknologi

Sediakan pelatihan tambahan atau sumber belajar untuk imigran digital guna membantu mereka meningkatkan keterampilan teknologi dan dorong digital native untuk terus memperdalam pengetahuan dan keterampilan teknologi melalui pelatihan lanjutan dan eksplorasi mandiri.


Part 4 - Proposed Instructional Strategies

Setiap generasi memiliki strategi pembelajaran yang berbeda sesuai dengan perkembangan zamannya. 

A. Generasi Pre Boomers

Strategi pembelajaran pada generasi Pre-Boomers melibatkan beberapa pendekatan dan metode yang berbeda dari generasi yang mengikuti. Beberapa strategi penting yang dapat diterapkan pada generasi Pre-Boomers meliputi:

  1. Penggunaan media dan teknologi, lebih familiar dengan media dan teknologi yang tradisional, seperti buku, jurnal, dan radio. Mereka mungkin tidak sepenuhnya nyaman dengan teknologi informasi yang canggih.

  2. Pengajaran berbasis kesadaran, lebih memilih belajar melalui pengajaran berbasis kesadaran, dimana guru memberikan informasi dan konsep secara langsung dan dengan tujuan yang jelas.

  3. Motivasi berbasis emosi, pendidikan pada generasi Pre-Boomers mungkin lebih efektif jika fokus pada emosi dan sentimen. Mereka dapat menghadapi tantangan dan mengambil tanggung jawab dengan lebih baik.

  4. Pengembangan keterampilan praktis, lebih memilih belajar keterampilan praktis melalui pengalaman praktek. Pendidikan praktis memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan dan menghadapi tantangan secara langsung.

  5. Pengajaran berkelanjutan, pendidikan pada generasi Pre-Boomers mungkin juga melibatkan pengajaran berkelanjutan, di mana mereka dapat belajar dan berkembang secara mandiri dan menyesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Meskipun strategi pembelajaran yang berbeda, penting untuk menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan dan karakteristik generasi Pre-Boomers agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

B. Generasi Y atau Milenial

Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran di kelas untuk generasi milenial, antara lain:

  1. Model Pembelajaran Terbimbing, generasi milenial lebih tertarik terhadap pengamatan dan pembelajaran secara praktek. 

  2. Pembelajaran Berbasis Visual dan Menyenangkan, lebih mengedepankan perkembangan pada aspek visual, sehingga pembelajaran harus disajikan dalam bentuk visual. 

  3. Mengoptimalkan Pembelajaran dengan Aplikasi dan Media Sosial, generasi milenial adalah generasi yang tidak dapat lepas dari media sosial. Dengan tingginya interaksi generasi milenial terhadap media sosial.

  4. Pembelajaran Berorientasi pada Entrepreneurship dan Kreatifitas, generasi milenial bersifat entrepreneur, dapat dipercaya, generasi yang realistis dalam menyikapi permasalahan, dan generasi yang optimis untuk menatap masa depan.

  5. Mengoptimalkan Pembelajaran dalam Kelompok, generasi milenial cenderung suka untuk bekerjasama dengan teman sebayanya dan suka kerja kelompok dengan sistem kolaborasi.

  6. Menerapkan Sistem Blended Learning, pembelajaran dapat direncanakan dengan dua jenis pertemuan, yakni secara konvensional atau online pada satu semester. Dengan penggabungan pembelajaran tersebut diharapkan dapat mengenai sasaran pembelajaran untuk generasi milenial. 

C. Generasi Alpha

Beberapa strategi pembelajaran yang sering digunakan untuk generasi Alpha, yang lahir setelah tahun 2010, antara lain:

  1. Integrasi Teknologi dalam Pembelajaran: Memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu pembelajaran, seperti aplikasi pendidikan interaktif, video pembelajaran, dan platform belajar daring.

  2. Pembelajaran Berbasis Proyek: Memberikan tugas proyek untuk mengembangkan keterampilan kritis seperti berpikir kreatif, problem-solving, dan kemampuan berkolaborasi.

  3. Fleksibilitas dalam Pembelajaran: Memberikan fleksibilitas dalam metode pengajaran sehingga setiap anak dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan gayanya sendiri.

  4. Pembelajaran Berbasis Masalah Global: Mendidik generasi Alpha tentang isu global seperti perubahan iklim, ketimpangan sosial, atau krisis kemanusiaan untuk meningkatkan rasa empati dan pemahaman tentang dunia di sekitar mereka.

  5. Pendekatan Personalisasi: Menggunakan pendekatan personalisasi untuk memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang.

  6. Pendekatan Individu: Memberikan pendekatan individu dalam pembelajaran.

  7. Pendekatan Berbasis Masalah: Menggunakan pendekatan berbasis masalah untuk mempertajam apersepsi siswa.

  8. Pendekatan Berbasis Kisah: Menghadirkan kisah menarik secara langsung dalam pembelajaran.

Strategi pembelajaran ini bertujuan untuk memastikan generasi Alpha dapat belajar dengan lebih efektif sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan mereka.


CONCLUSION

Generasi pre-boomers lebih mudah menemukan sesuatu dengan berpikir secara logis sehingga mereka kurang pandai dalam berimajinasi atau membayangkan sesuatu, sehingga akan mempercayai sesuatu yang terbukti benar pada masa lalu. Sedangkan generasi milenial lebih suka memecahkan permasalahan dengan cara berkelompok dibandingkan secara individu, dan sudah mulai mengenal teknologi. Sedangkan generasi alpha lebih suka pembelajaran dengan menggunakan teknologi digital dan virtual, lebih fokus terhadap skill dibandingkan dengan konten pembelajaran dan menyukai sistem pembelajaran yang fleksibel. 

Dalam perkembangan antar generasi, tentunya akan memunculkan istilah-istilah baru dalam masyarakat. Digital imigrasi merujuk pada kelompok/individu yang lahir dan tumbuh era sebelum digital, maka untuk saat ini mereka dituntut untuk mampu melakukan penyesuaian terhadap generasi sekarang. Tapi, bukan berarti mereka dikatakan buta teknologi. Digital native adalah istilah yang merujuk pada kelompok/individu yang lahir dan besar di era dimana teknologi digital, internet, dan perangkat elektronik telah menjadi bagian alami dari kehidupan. Mereka telah terbiasa dan akrab dengan penggunaan teknologi sejak usia dini, dan memiliki kemampuan alami dalam memahami, menggunakan, dan berinteraksi dengan perangkat digital. Digital native memiliki tingkat literasi digital yang lebih tinggi dibandingkan imigrasi digital. Maka dengan adanya karakteristik tiap generasi ditambah dengan adanya istilah imigrasi digital dan digital native, tentunya diperlukan strategi pembelajaran yang berbeda di masing-masing generasi.

Maka setiap generasi tentunya memiliki strategi pembelajaran yang berbeda, karena memiliki karakteristik, budaya, teknologi, dan pemahaman akan proses belajar-mengajar yang berbeda antar generasi. Setiap generasi memiliki pengalaman unik dan tumbuh dalam lingkungan yang berubah, sehingga pendekatan pembelajaran perlu disesuaikan agar relevan dan efektif. Misalnya, generasi alpha yang lebih mudah dan terbiasa dengan teknologi, sehingga pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi cenderung lebih berhasil bagi mereka.

Writer: Desty Suntari A. (014) dan Meila Antariksani (028)

DAFTAR PUSTAKA

Asyarotin, E. N. K., Maulidya, N. I., & Dewanti, Y. A. (2018). Literasi Digital: Perilaku digital native dalam memanfaatkan cloud library.

Daud, A. (2020). Strategi Guru Mengajar Di Era Milenial. Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian Dan Kajian Sosial Keagamaan, 17(1), 29--42. https://doi.org/10.46781/al-mutharahah.v17i1.72 

Hardika, H., Nur Aisyah, E., & Gunawan, I. (2019). Buku Transformasi Belajar Generasi Milenial. In Education Inquiry. 

Hidayat, A. (2021). Pendidikan Generasi Alpha-Jejak Pustaka (Vol. 1). Jejak Pustaka.

Maathoba, A., & Rijanto, T. (2022). The Comparative Analysis of Motivation and Student's Learning Outcomes by Using The Learning Media of Web E-Learning and Schoology in VHS. Jurnal Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 28(1), 109--120. https://doi.org/10.21831/jptk.v28i1.44902

Novianti, R., Hukmi, & Maria, I. (2019). Generasi Alpha-Tumbuh Dengan Gadget Dalam Genggaman. Jurnal Educhild: Pendidikan & Sosial, 8(2), 65--70. 

Rastati, R. (2018). Media literasi bagi digital natives: perspektif generasi Z di Jakarta. Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan, 6(1), 60-73.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun