Mohon tunggu...
Meike Lusye Karolus
Meike Lusye Karolus Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP di Universtitas Hasanuddin Makassar. Tulisan yang lain dapat dilihat di www.meikemanalagi.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mana Lebih Kejam, Fitnah atau Pembunuhan ?

4 September 2010   11:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:27 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ekstrim sekali judulnya ya...hehehe.... Ada sebuah pameo dalam masyarakat kita : " fitnah lebih kejam daripada pembunuhan". Kalau dipikir-pikir memakai logika, pembunuhan memang tidak sama dengan fitnah tapi artinya hampir sama. Pembunuhan adalah menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja. Sedangkan fitnah adalah membuat sebuah pemberitaan tidak benar mengenai seseorang untuk membunuh karakternya. Misalnya, bikin gosip yang tidak baik atau mengarang cerita yang tidak benar tentang seseorang demi kepentingan sendiri padahal cerita atau gosip yang dibuat itu bisa merugikan orang yang difitnah. Efek dari fitnah itu diantaranya : orang-orang menjauhi individu yang menjadi korban fitnah, korban fitnah jadi susah untuk dipercaya lagi, atau parahnya didiskualifikasikan dari pergaulan. Intinya antara membunuh dan memfitnah itu sama. Sama-sama "membunuh" orang. Pembunuhan adalah membunuh secara fisik sedangkan fitnah adalah membunuh citra seseorang. Dua-duanya tidak mengenakkan. Dua-duanya kejam. Dua-duanya sama tidak baiknya. [caption id="attachment_249276" align="alignleft" width="202" caption="tiang batu di benteng Fort Rotterdam, picture by : Meike"][/caption] Lalu bagaimana jika yang melakukan fitnah adalah orang yang kita kenal dengan baik? Bahkan mungkin dikatakan seorang teman. Seorang sahabat. hmmmm rasanya pasti menyakitkan. Sungguh tega ! Bahkan apabila dia tahu kondisi batin subjek yang difitnah itu. Sepertinya orang-orang itu lebih cocok jadi binatang daripada jadi manusia. Sekarang saya mengerti bagaimana kondisi batin para janda kembang. Janda kembang yang selalu diidentikkan sebagai pengganggu suami orang atau perusak rumah tangga nomor satu. Atau mungkin para single ladies yang sering dicemburui oleh para pacar teman-teman laki-lakinya. Orang-orang yang selalu dijadikan kambing hitam untuk menutupi diri dari rasa cemburu berlebihan. Kenapa harus janda atau single ladies ? Ya iyalah, karena peremuan-perempuan ini tidak punya suami atau pacar yang bisa membela dan melindungi mereka. Jadi, bisa saja dijadikan kambing hitam. Diperlakukan seenaknya. Coba seandainya mereka tidak sendiri. Ingat film Bridget Jones Diary's 2 ? Bagaimana Mark Darcy berusaha mati-matian membebaskan Bridget yang ditahan polisi Thailand gara-gara tas-nya dimasukkan narkoba. Para janda dan single ladies tidak memiliki Mark Darcy yang akan membela dan melindungi mereka mati-matian. Tapi Kami punya Kekasih Agung yang mencintai kami apa adanya. Pelindung nomor satu yang tidak pernah tidur. Kami mempunyai Tuhan yang tidak buta. Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Tahu. Kami punya Tuhan yang bisa melihat iblis yang menyamar menjadi malaikat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun