Implikasi Kurikulum Merdeka bagi Sekolah
Dikutip dari Badan Standar Kurikulum dan Assesment Pendidikan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi Implementasi bahwa perubahan kebijakan pendidikan termasuk kurikulum adalah suatu proses pembelajaran yang panjang sehingga Pemerintah memberikan kesempatan kepada pendidik dan satuan pendidikan untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai dengan kesiapan masing-masing. Seperti halnya peserta didik belajar sesuai dengan tahap kesiapan belajar mereka, pendidik dan satuan pendidikan juga perlu belajar mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai dengan kesiapan masing-masing dan berangsur-angsur semakin mahir dalam menggunakannya.
Tahapan implementasi kurikulum bukanlah suatu peraturan atau standar yang ditetapkan Pemerintah. Tahapan ini dirancang untuk membantu pendidik dan satuan pendidikan dalam menetapkan target implementasi Kurikulum Merdeka. Kesiapan pendidik dan satuan pendidikan tentu berbeda-beda, oleh karena itu tahapan implementasi ini dirancang agar setiap pendidik dapat dengan percaya diri mencoba mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Kepercayaan diri yang dimaksud merupakan keyakinan bahwa pendidik dapat terus belajar dan mengembangkan kemampuan dirinya untuk melakukan yang terbaik dalam mengimplementasikan kurikulum dan yang lebih penting lagi dalam mendidik. Kemampuan untuk terus belajar merupakan modal penting bagi pendidik.
Guna mendukung implementasi Kurikulum Merdeka, Kemendikbudristek memberikan dukungan pembelajaran implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri dan dukungan pendataan implementasi Kurikulum Merdeka jalur mandiri. Dari pendataan tersebut didapatkan calon satuan Pendidikan yang berminat dan mereka akan memperoleh pendampingan pembelajaran untuk implementasi Kurikulum Merdeka jalur Mandiri.Setelah pendataan. Kemendikbudristek akan memberikan angket kesiapan implementasi Kurikulum Merdeka kepada Satuan Pendidikan.Isi angket tersebut tidak ada salah atau benar, angket kesiapan ini guna mengetahui pilihan implementasi yang cocok dengan kesiapan dan keadaan satuan pendidikan.Ada tiga pilihan implementasi Kurikulum Merdeka jalur mandiri yang bisa diaplikasikan yakni Mandiri Belajar, Mandiri Berubah dan Mandiri Berbagi.
Drs. Zulfikri Anas M.Ed., Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek mengungkapkan jika saat ini terdapat 258,000 satuan pendidikan yang sangat antusias mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Implementasi Kurikulum Merdeka dilakukan secara bertahap untuk meminimalkan disrupsi, mengumpulkan umpan balik guna memperbaiki kebijakan, dan memberi waktu bagi pendidik untuk belajar melakukan perbaikan pembelajaran.
Pada tahun ajaran 2023/2024, satuan pendidikan dapat memilih opsi untuk mengimplementasikan struktur Kurikulum Merdeka. Diantaranya mandiri belajar yaitu satuan pendidikan menggunakan struktur Kurikulum 2013 dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikannya dan menerapkan beberapa prinsip Kurikulum Merdeka dalam melaksanakan pembelajaran dan asesmen.
Lalu kemudian mandiri berubah yaitu satuan pendidikan menggunakan struktur Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikannya dan menerapkan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka dalam melaksanakan pembelajaran dan asesmen.
Ketiga adalah mandiri berbagi dimana satuan pendidikan menggunakan struktur Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikan dan menerapkan prinsip- prinsip Kurikulum Merdeka. Melaksanakan pembelajaran dan asesmen, serta berkomitmen untuk membagikan praktik-praktik baik yang telah diimplementasikan kepada satuan pendidikan lain.
Kemendikbudristek memberikan enam dukungan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dan diharapkan dapat digunakan sebaik-baiknya. Enam dukungan tersebut antara lain platform merdeka mengajar (PMM), Seri webinar dari pusat dan daerah, pusat layanan bantuan (Helpdesk), Menghadirkan narasumber berbagi praktik baik rekomendasi dari pusat, menjalin kolaborasi dengan Mitra Pembangunan, dan komunitas belajar.
Kurikulum Merdeka Belajar telah diterapkan sejak tahun 2019, dan telah mendapatkan banyak perhatian dalam penerapan dan pengembangannya. Beberapa permasalahan masih ditemukan beberapa kendala dalam penerapannya. Rawis et al., (2023) menemukan bahwa minimnya interpretasi guru dan orang tua terkait Kurikulum Merdeka dan kurangnya sarana dan prasarana, menjadi faktor penghambat guru dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Selanjutnya studi Zulaiha et al., (2022) menemukan bahwa guru menghadapi kesulitan dalam menata rencana pembelajaran. Adapun Rizki & Fakhrunisa (2022) menemukan kendala guru yang masih kesulitan menemukan metode yang tepat untuk mendorong siswa belajar mandiri dalam Kurikulum Merdeka. Sejalan dengan temuan Sumarsih et al., (2022) bahwa tantangan utama dalam penerapan Kurikulum Merdeka adalah kesiapan guru dan staf sekolah. Pada awal pelaksanaannya, guru dan staf sekolah mengalami kesulitan dalam menerapkan proses belajar mengajar dengan paradigma baru dan menyusun administrasi sekolah berdasarkan pedoman Kurikulum Merdeka.