Pagi yang indah. Pagi yang cerah.Â
Aku tahu dari sinar mentari berwarna hangat menembusi kisi-kisi tirai jendela di kamar tidurku. Aku menariknya ke atas tampak pemandangan memutih di luar.
Tanaman, rerumputan, dan atap rumah-rumah penduduk terlihat betah tertidur dengan selimut bewarna putih, bukan oleh salju, tapi oleh embun es.
Begitulah pagi itu seperti pada beberapa pagi sebelumnya di bulan Desember ini, aku memulai aktivitas pekerjaanku dengan berjalan melintasi ladang dengan pemandangan putih mempesona.
Padang rumput, daun-daun yang sudah luruh di tanah, bunga-bunga liar kering, semua tertutup embun es.Â
Sinar mentari membuat mereka terlihat lebih menakjubkan. Pancaran sinar mentari yang melewati kristal-kristal embun es itu membuat mereka berkilau dan berpendar bagaikan zamrud. Cahaya yang dipantulkan menciptakan warna-warni pelangi.
Jika diperhatikan dari dekat dan saksama, kristal-kristal es itu memiliki pola yang khas. Mereka unik karena memiliki pola yang berbeda satu sama lain.
Embun es adalah hal fenomena alam yang biasa terjadi apalagi di negara-negara yang bermusim dingin, termasuk di Jerman dimana aku tinggal.