Di minggu terakhir bulan November, salju pertama sudah turun meskipun kemudian mencair lagi karena suhu yang menaik kemudian minggu-minggu selanjutnya alam dihiasi hujan, angin, badai, embun (air), dan embun es.
Fenomena-fenomena alam ini membuatku sangat-sangat terkesima. Bayangkan dalam seminggu semua fenomena alam itu bisa datang bergantian. Suatu hari dihiasi badai, angin kencang, dan hujan tapi keesokan harinya alam akan beristirahat tenang, dan esok lusanya alam beselimutkan embun es.
Fenomena embun es ini bisa dikira seperti salju turun apalagi jika lapisan embun beku itu tebal.
Aku teringat saat aku pertama kali mengalami pesona embun es ini, sekitar 22 tahun yang lalu.Â
"Eh, ternyata salju turun semalam," kataku pada suamiku di suatu pagi.Â
"Oh, itu embun es," jelasnya sambil tersenyum. Senyum memahami bahwa istrinya belum pernah melihat fenomena alam tersebut.Â
Apa sebenarnya embun es?
Orang Jerman menyebut "Bodenfrost" untuk embun es. Secara harafiah Bodenfrost berarti "tanah beku". Kemudian hal ini dikaitkan dengan embun es yang terjadi akibat penurunan suhu di dekat tanah hingga titik beku atau lebih rendah. Lapisan udara sampai dengan 5 cm di atas permukaan tanah, mempunyai suhu nol derajat Celsius atau lebih rendah.
Bagaimana embun es terbentuk?
Embun beku atau embun es disebabkan oleh pendingin yang kuat pada lapisan udara di dekat tanah. Ini biasa terjadi pada malam-malam yang tidak berawan. Awan bisa melindungi udara dari pendinginan yang lebih besar.