Pentingnya membaca telah dianalisa selama berabad-abad, yaitu tentang pengaruhnya bagi otak dan pengetahuan manusia.
"Ketika Anda membaca, Anda memiliki lebih banyak waktu untuk berpikir. Membaca memberikan Anda tombol jeda yang unik untuk pemahaman dan wawasan. Pada umumnya, dengan bahasa lisan, saat Anda menonton film atau mendengarkan kaset, Anda tidak 'menekan tombol jeda',"Â kata Maryanne Wolf, EdD, direktur UCLA Center for Dyslexia, Diverse Learners, and Social Justice. (https://newsroom.ucla.edu/in-the-news/ucla-in-the-news-february-21-2019)
Membaca yang memberi banyak waktu untuk berpikir, ini adalah dasar yang membuat Bapak-bapak Bangsa Kita yang mempunyai kecintaan terhadap membaca, sebut saja, Sukarno, Mohammad Hatta, HOS Cokroaminoto, Moh. Yamin, Ki Hajar Dewantara, Babe Palar, dan masih banyak lagi, bisa melahirkan pikiran dan gagasan dalam merumuskan pijakan sebagai landasan bangsa kita dan kemana arah tujuan dalam bernegara. Kematangan mereka dalam ber-literasi jugalah yang bisa mewakili aspirasi bangsa kita di dunia internasional.Â
Kebiasaan membaca memberi manfaat bagi kesehatan fisik dan mental seseorang dan hal ini bisa bertahan sepanjang hayat di kandung badan.Â
Sumber Pengetahuan
Membaca membuat seseorang mendapat banyak pengetahuan. Memungkinkan menjadi lebih jeli, belajar berpikir kritis, dan menganalisa informasi secara obyektif, serta menumbuhkan rasa haus dalam belajar.
Semakin banyak membaca, semakin baik memahami dunia yang kita tinggali dengan segala kelemahan dan kelebihannya, dan yang paling penting menumbuhkan semangat untuk menimba ilmu lebih banyak meski itu secara otodidak.
Membaca juga memberi keterampilan percakapan lewat dialog-dialog, misalnya dalam cerpen atau novel. Hal ini bisa meningkatkan kecerdasan emosional lewat rasa yang disampaikan oleh bacaan tersebut.
Membaca tidak hanya membawa dampak positif bagi pengetahuan tapi juga meningkatkan cara berpikir dan pandangan kita terhadap dunia.
Lewat membaca, sejarah bisa dituliskan. Perkembangan dunia tidaklah serta-merta menjadi seperti era modern ini. Semuanya dimulai dari Era Baca-Tulis. Bisakah kita bayangkan apabila filsuf-filsuf atau penemu-penemu dahulu kala tidak menulis apa pemikiran dan penemuan mereka saat itu?!
Sumber Hiburan
Jika kita membaca fiksi, biasanya bisa cepat selesai. Ini menunjukkan bahwa itu adalah sarana hiburan. Saat kita menikmati petualangan karakter favorit kita, otak kita dilatih memahami pembentukan karakter tokoh tersebut.Â
Lewat membaca kita juga bisa merelaksasi tubuh dan pikiran. Faktanya, membaca adalah salah satu aktivitas untuk menghilangkan stres yang paling efisien dan memberi manfaat bagi kesehatan fisik dan mental lainnya, misalnya rasa bahagia saat membaca tokoh di dalam novel menemukan cintanya kembali.Â
Pernahkah kita berada dalam situasi menanti-nanti munculnya novel terbitan berikut dan merasa bahagia saat mengetahui bahwa novel itu telah terbit.Â
Aku ingat saat novel Harry Potter mendemami dunia bertahun-tahun yang lalu. Di London, orang-orang rela sampai bermalam-malam mengantri-mengular di depan toko buku sebelum Hari-H novel tersebut diluncurkan.
Membaca juga sebagai kegiatan rekreasi, bukan hanya untuk belajar sesuatu yang dianggap sangat serius. Membaca juga seperti bersantai atau tamasya sehingga ini bisa dikatakan seperti belajar sambil bermain.
Kegiatan tamasya ini memberi pengetahuan baru tanpa kita menyadarinya. Misalnya ada seseorang membaca novel hanya untuk senang-senang saja, bukan untuk belajar, tapi di dalam novel itu, orang tersebut mendapati kata-kata baru, istilah baru, mengenal budaya baru, dan seterusnya. Dengan membaca seseorang bisa belajar meskipun dia tidak berniat melakukannya.
Membaca menghubungkan kita dengan perasaan batin
Membaca bisa menjadi sangat menyenangkan bahkan membuat kita menangis. Salah satu yang bisa didapatkan adalah kita bisa merasakan berbagai emosi tanpa harus bersusah payah.Â
Saat membaca kita bisa mengalami beberapa emosi batin yang cukup kuat, yang bisa memberi keuntungan. Jika seorang pembaca mempunyai pengalaman yang mirip dengan yang cerita dalam novel yang dia baca, memungkinkan dia untuk melepaskan diri dari pengalaman tersebut dan menutup cerita bak dengan mudah seperti menutup buku. Di saat itu, orang itu bisa memasuki fase baru dalam kehidupannya.
Istimewa bukan?! Pengaruh "hanya" dengan membaca sebuah novel, tapi berdampak bisa seperti mengunjungi psikolog.
Hal ini bisa menunjukkan bahwa lewat membaca bisa memberi efek kematangan emosional.
Dampak kematangan emosional memberi perbedaan dalam Masyarakat. Masyarakat yang biasa membaca akan bisa menyaring informasi-informasi dengan lebih baik sehingga bisa membuat perbedaan tentang mana yang patut dikomentari dan mana yang tidak atau bisa memberikan penerimaan secara damai.
Mendapat ide dan konsep baru
Membaca dapat membiasakan kita menerima ide dan konsep baru. Membaca bisa membuka pikiran kita. Dengan terlibat dengan berbagai ide, cara berpikir, dilema filosofis, dan konsep-konsep lainnya, kita bisa memahami perbedaan pandangan dan cara berpikir orang lain, menimbangnya dan menerima bentuk perbedaan secara bijak dan terbuka.
Berdasar atas manfaat-manfaat yang didapat dari membaca seperti yang diulas di atas maka bukanlah suatu kebetulan bahwa negara-negara dengan tingkat melek huruf yang tinggi, masyarakatnya didorong untuk membaca sebanyak mungkin karena sadar bahwa kekuatan membaca sangatlah besar dan hal itu tidak diragukan lagi.
Jerman adalah salah satu negara dari sekian banyak negara di dunia yang mempunyai keinginan yang besar akan pengetahuan yang bersumber dari literasi.Â
Membaca bisa dilakukan dengan berbagai cara apalagi di era digital seperti masa kini. Hampir semua orang bisa mengakses bahan-bahan bacaan mereka lewat ponsel dan tidak perlu jauh-jauh ke perpustakaan seperti cara yang yang dilakukan oleh generasi dulu. Meskipun, budaya membaca buku fisik masih terus dilestarikan di negara yang terkenal akan industri teknologinya ini.Â
Salah satu cara adalah dengan memberi akses terhadap buku kepada siapa saja, tanpa memberi kartu anggota, iuran, dan sebagainya. Hanya tingkat kepercayaan dan rasa memiliki itu yang diperlukan.
Öffentliches Bücherregal di tepi jalan di Jerman
Öffentliches Bücherregal adalah Rak Buku Umum. Rak buku ini terletak di jalan-jalan atau alun-alun kota. Buku-buku yang ditawarkan untuk ditukar atau dipinjamkan secara gratis tanpa formalitas.
Tidak ada penjaga di rak buku ini. Seorang yang bertugas sebagai relawan kota datang misalnya seminggu sekali untuk mengecek dan merapikan buku-buku di rak tersebut.
Rak buku ini berlaku bagi semua orang, disediakan kepada siapa saja masyarakat desa/kota yang suka baca buku tapi tidak ingin atau tidak mampu beli buku, mau menukar buku yang sudah dibaca dengan buku baru atau jika sudah terlalu banyak buku di rumah maka bisa disumbangkan ke rak buku ini dengan cara datang dan letakkan. Ini adalah solusi untuk pembaca buku atau menumbuhkan budaya membaca kepada semua orang juga untuk generasi muda.
Membaca sangat banyak manfaatnya bagi kehidupan pribadi, masyarakat, dan dunia. Mari kita semua menjadikan membaca atau melek literasi sebagai bagian budaya dunia yang harus dijaga dan wariskan itu kepada anak-cucu.
Tidak ada kata terlambat untuk mulai membaca. Jagalah api di tungku "Nyala Api Membaca"untuk tetap berkobar, jangan biarkan dia padam.Â
***
Salam literasi,
Meike Juliana Matthes
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H