Angin hangat musim panas bertiup tak mencekam membawa wewangian rerumputan dan gandum kering.
Wangi jerami menyapa saat kakiku melangkah memasuki ladang gandum, mengingatkanku akan kampung halaman dimana aku menghabiskan masa kanak-kanak, rumah dengan area persawahan di belakangnya.Â
Hafer dan Weizen, nama dua jenis gandum yang tumbuh di ladang ini sudah menguning, ada juga yang sudah dipanen. Buah-buah apel dan pir menggantung berat di pohon-pohonnya menandakan bahwa mereka telah cukup ranum tinggal menunggu waktu untuk dipetik.Â
Aku berjalan melintasi jalan setapak ditemani belalang-belalang yang berukuran kecil jika dibandingkan dengan belalang di Indonesia. Mereka melompat kesana-kemari turut bersuka akan mentari yang begitu gagah menampakkan sinarnya.
Beberapa petakan besar di ladang ini ditumbuhi bunga matahari. Bunga yang ditanam bukan hanya sebagai penghias tetapi juga diambil bijinya sebagai bahan untuk minyak nabati. Tak hanya itu bunga matahari juga digunakan untuk memproduksi biodiesel dan untuk tujuan farmasi. Tak heran, jika bunga ini banyak dijumpai di ladang termasuk di ladang di desa tempatku tinggal.
Tujuan perjalananku melintasi area perkebunan kali ini adalah untuk melihat traktor-traktor antik yang sedang diparkir di Weingut Zimmer.
Weingut dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai "Kilang Anggur". Ini adalah pabrik anggur dengan pertanian yang mengkhususkan dalam penanaman anggur, mengolahnya sendiri, lewat budidaya, perawatan, memanen, kemudian memproduksi menjadi minuman anggur, anggur bersoda, dan jus anggur. Hasil-hasil produksi ini kemudian dijual juga sendiri oleh mereka.
Kilang anggur biasanya merupakan bisnis keluarga yang diwariskan oleh generasi mereka sebelumnya. Kebanyakan kilang anggur membawa nama keluarga masing-masing, misalnya Weingut Zimmer, milik keluarga Zimmer.
Meskipun kilang-kilang anggur juga sudah hidup di dunia digital dengan sistem pemasaran online, tapi budaya pemasaran secara langsung tetap dilaksanakan, misalnya dengan membuka hari-hari tertentu bagi pengunjung. Ini biasanya berlangsung di musim panas. Pada hari itu mereka akan memamerkan produk-produk minuman anggur mereka.
Seperti di hari musim panas ini, Weingut Zimmer mengadakan acara di kilang mereka dengan mengundang siapa saja yang mau datang dan undangan khusus untuk penggemar traktor Oldtimer.
Di provinsi Baden-Wuerttemberg sendiri pertemuan penggemar traktor ini telah dilakukan sejak tahun 1990.Â
Sekilas tentang traktor di Jerman
Traktor diproduksi pertama kali pada tahun 1921 oleh pabrikan Lanz dikenal sebagai Bulldog legendaris dan pada tahun 1927 perusahaan Hanomag merilis Hanomag RD 28. Selain Hanomag dan Lanz, Deutz-Werke adalah pemimpin dalam konstruksi traktor di Jerman.
Pada tahun 1950 terjadi booming penggunaan traktor untuk pertanian di Jerman. Traktor modern berteknologi tinggi berkembang pada tahun 1990-an dengan rata-rata 20 hingga 30 tenaga kuda. Tapi kemudian muncul pula traktor dengan mesin berteknologi tinggi dengan tenaga rata-rata 100 PS bahkan 300 PS. Ruang kemudi yang sangat nyaman ber-AC, kedap suara, kursi nyaman yang ergonomis, senyaman kursi di ruang tamu, bahkan ada dengan sistem navigasi yang membuat kemudi tidak diperlukan. (www.planet-wissen.de)
Tak terasa, sepuluh menit telah berlalu sejak aku memasuki area ladang, kini sampailah aku di halaman Weingut Zimmer yang terletak di bawah bukit.
Di halaman kilang anggur ini, mataku dimanjakan dengan model-model traktor antik-legendaris yang terlihat sangat menarik seperti rumah-rumah tua di bukit Montmartre, Paris yang beberapa minggu lalu aku kunjungi, meski sudah tua tapi sangat cantik. Hanya saja karena ini traktor jadi aku melihat mereka sangat tampan dan menawan.Â
Tampilan Lanz, Eicher, Fendt, Kramer, dan masih banyak lagi begitu gagah. Mereka tidak hanya terparkir diam, tapi juga dijalankan oleh pemiliknya. Deru mesinnya pun masih terdengar perkasa.Â
Beberapa contoh traktor Oldtimer, seperti di bawah ini:
Acara di kilang anggur dan pertemuan penggemar traktor ini berlangsung hingga pukul 7 malam, saat sang surya belum tenggelam, tapi masih asyik memancarkan sinarnya menimpa perkebunan disekitarnya.
Aku berjalan pulang mengambil jalan setapak lain melewati perkebunan jagung dan tanaman labu dengan buahnya yang masih perlu waktu beberapa minggu untuk dipanen.
Salam hangat, dari Kernen-Stetten, desa kecil di kaki perbukitan anggur.Â
Meike Juliana Matthes
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H