Sebagai gantinya kami ke Sacre-Cour yaitu basilika yang terletak di bukit Montmartre. Pemandangan dari sana bisa memuaskan pandangan ke kota Paris. Kami berjalan menuruni bukit melewati rumah atau bangunan-bangunan tua yang meskipun sudah tua tetapi tetap cantik.
Saat tiba kembali di pusat kota, tampak para relawan olimpiade yang berseragam kaos dan celana short hijau sementara membagi-bagikan botol air minum kepada siapa saja di jalan-jalan kota dan di stasiun metro. Pemerintah kota telah menyediakan kran-kran untuk mengisi air minum di tempat-tempat umum atau di jalan-jalan utama pejalan kaki.
Bagi para pengunjung atau penonton saja sudah merasa kewalahan dengan cuaca panas extrem pada olimpiade ini apalagi bagi atlit-atlit yang sementara bertanding.Â
Cuaca sangat panas ini sendiri sudah diprediksi karena dunia yang memang lagi berjuang di berbagai belahannya dengan ke-extreman cuaca.
Dokter DOSB (Deutscher Olympischer Sportbund) atau Konfederasi Olahraga Olimpiade Jerman, Profesor Bernd Wohlfahrt menjelaskan cara mengatasi panas, para atlet olimpiade diharuskan memastikan pendinginan mereka sendiri.Â
Pra-pendinginan adalah kata "sihir" dalam kedokteran olahraga. Ada rompi pendingin yang dikenakan sebelum kompetisi, topi dan handuk dingin, juga kantong es yang dapat diselipkan ke leher atlit atau di bawah kaos mereka. (www.rnd.de)
Cuaca panas yang ekstrem ini memang kurang nyaman, tapi melihat kemeriahan dan semangat olahraga dari para atlet dan pengunjung juga mengalirkan semangat bagi kami terlebih bagi anakku misalnya "Kekuatan sejati datang dari ketekunan dan kegigihan" dan "Kalah bukan akhir dari segalanya, tetapi sebuah kesempatan untuk bangkit lagi".
Aku dan anakku menutup acara di hari yang terik ini dengan makan malam di area Montparnasse. Ternyata bukan hanya transport saja yang menjadi mahal, tapi juga makanan, hanya untuk seporsi Fish and Chips dan Caezar-Salad kami merogoh kocek €60 atau hampir sejuta rupiah (ini hanya sekedar informasi harga bagi turis bukan flexing karena jikalau ada rumah makan padang, aku memilih untuk ke sana).Â