"Mungkin Bu," jawab seseorang di antara mereka untuk membalas candaanku. Kemudian kami semua tertawa.
"Ibu, Â ternyata romantis juga. Â Apakah ibu juga menulis cerpen?", tanya seorang mahasiswi yang duduk di sampingku.Â
"Ada juga beberapa cuma nda kelar-kelar"Â (Ada beberapa, tapi tidak selesai-selesai) jawabku sedikit becanda disertai senyuman.
"Jika nanti Ibu kembali ke Jerman tulis ya cerpen bahwa zaman sekarang cinta tidak harus memiliki."
"Hahaha.... Ahsiyap!" Â Jawabku sambil mengangkat tanganku di kening sebagai tanda kesiapan. Â Kemudian kami semua tertawa.
Kini gerimis sudah mulai reda. Â Aku menyimpan mapku yang berisi sertifikat tertanggal 6 September 2022 di tas sebagai salah satu Narasumber yang diberikan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sam Ratulangi, Manado.Â
Aku berdiri dan pamit, "Terimakasih sudah membuat soreku ini menjadi lebih menyenangkan."
"Sama-sama Ibu", jawab mereka bersamaan. Â
Memang benar bahwa masa sudah berubah dan aku sebagai generasi Gen-X harus menyesuaikan dengan perubahan itu. Â Satu hal yang membahagiakanku bahwa generasi Millennials dan sesudahnya masih cinta membaca meskipun itu lewat online. Â
Begitulah, zaman telah berubah, masa sudah berganti dan ada hal-hal yang mau tidak mau harus kuterima bahwa "Cinta Tidak Harus Memiliki"Â meskipun hati kecilku berkata, "Tidak!".
Walaupun semua, toh akan berakhir sama, memiliki atau tidak, cinta tetap adalah cinta.Â