"Begini ya...menurut kalian apakah cinta itu berarti memiliki atau tidak?" tanyaku sambil menyorongkan kakiku sedikit yang kena tempias hujan tadi. Â Â
Sekelompok mahasiswa itu melihat ke arahku dengan pandangan tak mengerti, menduga-duga kemana arah pembicaraanku yang tiba-tiba berubah dan kini berbicara tentang cinta.
Aku melanjutkan, "Bagiku, cinta berarti memiliki. Â Memiliki dengan sepenuh hati, jiwa dan raga. Â Bagiku, buku adalah cinta. Jika aku mencintai suatu termasuk itu buku atau bacaan sekalipun maka aku akan berusaha untuk memilikinya dan tidak ingin membaginya dengan orang lain. Â Dia adalah milikku yang ada di dekatku yang bisa kubelai dan akan kujaga dia baik-baik. Â Pada saat tidur akan kutaruh dia di bawah bantal atau ada dalam dekapan dan saat aku bangun pagi, dia ada di sisiku atau dalam pelukan. Akan kubawa dia kemana aku pergi. Â Saat aku di kereta akan kubaca dia atau saat aku duduk di bawah pohon beralaskan rumput hijau dia ada dalam genggaman. Dia akan berada di sisiku dalam melewati hari-hariku. Â Itu adalah cinta. Â
Bagiku, buku adalah salah satu dimana aku mendapatkan cinta dan begitulah dia akan kuperlakukan.  Aku tidak akan masuk online membaca dia disana berbagi dengan seantero manusia sejagat karena dia milikku.  Memiliki sesuatu dengan seutuhnya.  Itu adalah kesempurnaan cinta." Aku menerawang.Â
Anak-anak mahasiswa itu terdiam...lama... sambil melihat ke arahku.
Langit tetap kelabu dan hujan sudah berubah menjadi gerimis. Â Mataku terpaku pada awan yang masih menggantung.Â
Sekelumit peristiwa hadir di anganku.
"Mami, semua sudah beres. Â Lantai sudah disapu dan piring-piring juga sudah dicuci". Â Itulah adalah tugasku dulu sehari-hari dan jika punya buku baru maka aku akan menyelesaikan semua pekerjaan rumah dulu kemudian aku akan mengunci diriku di kamar dan membaca. Membaca bagiku bak upacara, bak ritual.
Ada jeda beberapa menit dalam pembicaraan di antara sekelompok mahasiswa itu dan aku. Â Kemudian seorang mahasiswi dengan tampilan ala Korea berkata dengan hati-hati, "Tapi Bu, zaman sudah berubah. Â Kami melakukan hampir segala sesuatu lewat Handphone dan Tablet."
Aku menarik napas panjang kembali, "Jadi zaman sekarang itu, cinta tidak harus memiliki?" tanyaku dengan senyum pahit, tapi dengan nada bercanda.Â