"Bruecken statt Mauern" yang bisa diterjemahkan "membangun jembatan pengganti tembok" adalah tema Hari Gereja Sedunia di negara bagian Baden-Wuerttemberg, Jerman.
Stuttgart, 20 Mei 2024. Ada yang istimewa terlihat di Johannes-Brenz-Platz dan Stifstrasse yaitu jalan dimana Stifkirche terletak.Â
Stifkirche adalah gereja yang dianggap sebagai Gereja Pusat Protestan di negara bagian Baden-Wuerttemberg. Gereja ini berasal dari abad ke-10 atau 11M. Tidak diketahui tanggal pasti pembangunannya, namun baru pada tahun 1240 diubah menjadi gereja megah.
Banyak tenda atau paviliun yang terletak di halaman gereja. Semuanya berdekorasi ber-ragam budaya dari berbagai bangsa. Orang-orang pun berbicara dalam banyak bahasa. Ini menjadi suatu pemandangan akan kekayaan dunia yang begitu mengagumkan.
Hari ini adalah Pfingstmontag atau Senin Pentakosta yang di Jerman diperingati sebagai Tag der weltweiten Kirche atau Hari Gereja Sedunia. Ini adalah hari bagi seluruh solidaritas Kristen di seluruh dunia.
Hari Pentakosta dipercaya oleh umat Kristiani sebagai Hari Ketuangan Roh Kudus. Hari yang disebut sebagai hari lahir gereja mula-mula. Di Jerman Hari Pentakosta dirayakan 2 hari: Minggu (Pfingstsonntag) dan Senin (Pfingstmontag).
Pada Hari Pentakosta, umat Kristiani bersyukur karena Roh Kudus atau Roh Kebenaran yaitu Roh yang berasal dari Tuhan diberikan kepada semua orang, tidak peduli bahasa apa yang mereka gunakan atau dari mana mereka berasal.
Di Jerman untuk negara bagian Baden-Wuerttemberg, Konvensi Internasional Komunitas Kristen di Baden-Wuerttemberg telah menyelenggarakan Hari Gereja Sedunia di dalam dan sekitar kolegiat Stuttgart sejak tahun 2006.
Ini dirayakan dengan kebaktian gereja internasional. Komunitas-komunitas Kristen dari berbagai negara turut memeriahkan perayaan ini dengan memperkenalkan diri dan dari mana mereka berasal lewat stand-stand yang menyediakan aneka kuliner, musik, dan pakaian tradisional. Ada sekitar 24 komunitas Kristen dari bebagai latar bangsa turut ambil bagian dalam perayaan kali ini.
Pada perayaan ini, PERKI Stuttgart mendapat kehormatan berupa undangan istimewa untuk membawakan puji-pujian atau persembahan lagu dalam ibadah internasional.Â
PERKI Stuttgart atau singkatan dari Persekutuan Keluarga Kristen Indonesia di Stuttgart adalah komunitas Kristen Indonesia yang beranggotakan masyarakat Kristen Indonesia dari berbagai latar suku dan denominasi.Â
Bukan hanya keluarga yang sudah tinggal lama di sini atau karena pernikahan berbeda kewarganegraan, tetapi juga banyak dari anggota yang masih berstatus pelajar dan mahasiswa atau yang sementara menempuh pendidikan profesi.
PERKI Stuttgart untuk tahun ini dikoordinatori oleh Ivo Kurniadi dan Fendy Kumala sebagai wakilnya adalah Komunitas Kristen yang terintegrasi dengan Evangelische Landeskirche in Baden-Wuerttemberg atau Persekutaun Gereja se-negara bagian Baden-Wuerttemberg yang berada di bawah SINODE Jerman.
Dalam ibadah Internasional ini, Vocal grup PERKI memberikan puji-pujian lewat 2 lagu: Yesus Tuhan, Allah Yang perkasa (Jesus der Herr, der allmaechtige Gott) yang dibawakan secara medley.
Puji-pujian juga dibawakan oleh dua komunitas yang terintegrasi lainnya: Vietnamesischen Gemeinde Stuttgart (Komunitas Kristen Vietnam Stuttgart) dan Eritreisch Christiliche Gemeinde Stuttgart (Komunitas Kristen Eritrea Stuttgart).
Sesuai dengan tema ibadah "Bruecken statt Mauern" atau "Jembatan menggantikan Tembok" maka khotbah yang diambil diambil dari Efesus 2: 14.
Nats Alkitab ini dibacakan dalam 13 bahasa, seperti bahasa Urdu, bahasa Aram, bahasa Arab, bahasa Armenia, dll. Bahasa Indonesia dibacakan oleh wakil PERKI, Tomas Darmasaputra.
"Karena Dialah damai Sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan" . (Efesus 2:14)
Khotbah ibadah internasional ini dibawakan oleh Landesbischof Ernst-Wilhelm Gohl. Beliau menyerukan bahwa umat Kristen mempunyai tugas untuk membangun jembatan bukan tembok. Jemaat diminta untuk menyatukan orang-orang, mengatasi kesenjangan sosial dan menghargai keberagaman.Â
Gereja-gereja dan komunitas diminta untuk secara aktif berkontribusi terhadap rekonsiliasi dan pemahaman bahwa gereja adalah komunitas yang bisa membuka ruang-ruang untuk membangun jembatan percakapan bagi orang-orang yang tidak saling mengenal satu sama lain. Menunjukan bahwa perbedaan tidak membuat kita berpaling satu sama lain.Â
Seperti makna dari Hari Pentakosta bahwa Kristus adalah rekonsiliasi. Pendeta Gohl menjelaskan bahwa ruang-ruang yang dimaksud adalah kesempatan untuk "menerjemahkan, mengkritik, dan saling belajar".Â
Selanjutnya beliau meminta seluruh komunitas gereja global untuk memenuhi mandat Pentakosta! Membangun jembatan dan menyatukan orang-orang. Kasih Kristus adalah kunci dari hal yang menyatukan ke arah upaya perdamaian.
Jembatan yang dibangun juga untuk menjembatani kesenjangan sosial. Jembatan yang memungkinkan orang untuk saling mendekat.
Penampilan Vocal grup PERKI dengan berbusana batik dalam ibadah internasional itu sangat mengesankan dan memukau dengan pembawaan lagu dengan perpaduan musik yang harmonis yang dipersembahkan dengan penuh penghayatan.Â
Hal ini disampaikan oleh pendeta-pendeta dari berbagai negara yang turut hadir sesudah ibadah berlangsung kepada Ibu Achnesia Manganang, Relasi Publik PERKI.Â
Persembahan lagu bukan hanya dibawakan saat ibadah saja, tetapi juga di atas panggung yang dibangun di halaman gereja untuk memeriahkan acara tahunan ini. Setiap komunitas yang ambil bagian menampilkan ciri budaya mereka masing-masing dalam tarian dan lagu untuk memuji Tuhan.
Setelah penampilan Komunitas Kristen Ghana dan Etiophia, PERKI Stuttgart mempersembahkan satu lagu kembali "Biarlah Roh-Mu menyala-nyala".
Ada juga hal menarik lainnya,yaitu pada hari ini, berlangsung wawancara yang disiarkan oleh Radio Provinsi Baden-Wuerttemberg SWR 2 pukul 9 pagi bersama Pendeta Gereja Botnang, Herr Stephan Muelich dan Ibu Achnesia Manganang sebagai anggota paroki di Stuttgart Botnang yaitu gereja yang bekerjasama dengan PERKI Stuttgart.Â
Ibu Achnesia menjelaskan arti Pentakosta dalam tugas kepelayanannya. Beliau membagikan pengalamannya sebagai pelayan dalam "dua rumah" bagi Paroki Botnang dan bagi PERKI Stuttgart bahwa hal penting adalah terjalin saling pengertian yang dibangun sebagai jembatan dalam bekerja sama dengan komunitas yang berbeda budaya.Â
"Jembatan" seperti yang dimaksudkan dalam tema perayaan Pentakosta kali ini, sudah dibangun oleh PERKI Stuttgart dengan turut berperan serta dalam banyak kegiatan dan ibadah di gereja-gereja Jerman.Â
Seperti kalender di bulan Juni tahun ini untuk mengisi puji-pujian dalam Ibadah di Gereja Laurentiuskirche Rohr yaitu ibadah khusus untuk Jemaat Pulau Halmahera di Indonesia dan penampilan vocal grup di Gereja unter der Linde Gaisburg.
PERKI Stuttgart dengan pimpinan Ibu Pendeta Maureen Marquardt-Tubalawony sebagai Komunitas Kristen Indonesia yang terintegrasi dengan Evangelische Landeskirche in Baden-Wuerttemberg diharapkan menjadi wakil bangsa Indonesia untuk tetap dengan semangat "keluar" menjadi berkat bagi banyak orang, bagi berbagai komunitas, dan banyak bangsa termasuk berbagai latar kepercayaan.Â
Kegiatan-kegiatan kebersamaan ini seperti ini adalah salah satu yang dimaksudkan oleh Pendeta Gohl dalam khotbahnya bahwa meskipun ada perbedaan misalnya dalam budaya, tetapi yang terpenting adalah memberikan kesaksian akan kekayaan arti keberagaman itu.Â
Seperti dalam Pentakosta bisa dilihat betapa kayanya kekayaan yang bersatu! Misalnya dalam bahasa dan lagu. Tidak ada tembok atau pagar yang menghalangi. Tidak ada tembok yang terlalu tinggi bagi anak-anak Tuhan.
Selamat melanjutkan semangat Pentakosta!
Penulis: Meike Juliana Matthes
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H