Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai alam, budaya, dunia literasi, dan olahraga

Menghargai perbedaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

PERKI-Indonesia Stuttgart dalam Hari Gereja Sedunia di Jerman

21 Mei 2024   23:02 Diperbarui: 22 Mei 2024   01:59 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vocal grup PERKI dalam Hari Gereja Sedunia di Stifkirche. (Dokumentasi Pribadi)

Ada juga hal menarik lainnya,yaitu pada hari ini, berlangsung wawancara yang disiarkan oleh Radio Provinsi Baden-Wuerttemberg SWR 2 pukul 9 pagi bersama Pendeta Gereja Botnang, Herr Stephan Muelich dan Ibu Achnesia Manganang sebagai anggota paroki di Stuttgart Botnang yaitu gereja yang bekerjasama dengan PERKI Stuttgart. 

Ibu Achnesia menjelaskan arti Pentakosta dalam tugas kepelayanannya. Beliau membagikan pengalamannya sebagai pelayan dalam "dua rumah" bagi Paroki Botnang dan bagi PERKI Stuttgart bahwa hal penting adalah terjalin saling pengertian yang dibangun sebagai jembatan dalam bekerja sama dengan komunitas yang berbeda budaya. 

"Jembatan" seperti yang dimaksudkan dalam tema perayaan Pentakosta kali ini, sudah dibangun oleh PERKI Stuttgart dengan turut berperan serta dalam banyak kegiatan dan ibadah di gereja-gereja Jerman. 

Seperti kalender di bulan Juni tahun ini untuk mengisi puji-pujian dalam Ibadah di Gereja Laurentiuskirche Rohr yaitu ibadah khusus untuk Jemaat Pulau Halmahera di Indonesia dan penampilan vocal grup di Gereja unter der Linde Gaisburg.

PERKI Stuttgart dengan pimpinan Ibu Pendeta Maureen Marquardt-Tubalawony sebagai Komunitas Kristen Indonesia yang terintegrasi dengan Evangelische Landeskirche in Baden-Wuerttemberg diharapkan menjadi wakil bangsa Indonesia untuk tetap dengan semangat "keluar" menjadi berkat bagi banyak orang, bagi berbagai komunitas, dan banyak bangsa termasuk berbagai latar kepercayaan. 

Kegiatan-kegiatan kebersamaan ini seperti ini adalah salah satu yang dimaksudkan oleh Pendeta Gohl dalam khotbahnya bahwa meskipun ada perbedaan misalnya dalam budaya, tetapi yang terpenting adalah memberikan kesaksian akan kekayaan arti keberagaman itu. 

Seperti dalam Pentakosta bisa dilihat betapa kayanya kekayaan yang bersatu! Misalnya dalam bahasa dan lagu. Tidak ada tembok atau pagar yang menghalangi. Tidak ada tembok yang terlalu tinggi bagi anak-anak Tuhan.

Selamat melanjutkan semangat Pentakosta!

Penulis: Meike Juliana Matthes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun