Perempuan tidak hanya terbatas dalam mengharapkan kesetaraan saja tetapi lebih dari itu, menjadi inspirasi inklusi dalam keberagaman yang bisa membawa perubahan besar bagi dunia ke arah yang lebih baik.
Perjalanan peradaban manusia melewati waktu dan proses yang sangat panjang. Begitu juga dengan keberadaan perempuan dalam lingkungan sosial dan masyarakat
Dahulu kala peran perempuan hanyalah sebatas pada lingkup "tradisional". Akses mereka sangat terbatas terhadap pendidikan dan pekerjaan. Lewat transformasi berabad-abad, akhirnya perjalanan perempuan untuk mendapat kesetaraan gender "come true".
Di masa awal tahun 1900-an sudah mulai banyak perempuan yang keluar rumah dan bekerja, tetapi meskipun demikian hak-hak mereka masihlah sangat terbatas.
Sejarah Hari Perempuan Sedunia
Pada tahun 1908, sebanyak 15.000 perempuan di New York City berani turun ke jalan. Mereka berdemonstrasi untuk menuntut jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik, dan hak memilih. Ini adalah awal dari proses "International Women's Day" atau Hari Perempuan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 8 Maret.
Sebelum hari itu diperingati atau dirayakan, dibutuhkan proses yang panjang. Proses itu dimulai sejak awal tahun 1900-an yang mana pada masa itu mulai terjadi ekspansi besar-besaran di negara-negara industri yang ditandai dengan pertumbuhan populasi dan pemikiran-pemikiran radikal.
Perdebatan-perdebatan kritis pun mulai muncul di kalangan perempuan. Penindasan dan kesenjangan yang dialami perempuan memacu perempuan untuk lebih vokal dan aktif mengampanyekan perubahan.
Pada tahun 1910, dalam Konferensi Internasional Perempuan Pekerja ke-2 yang dilaksanakan di Kopenhagen, seorang wanita bernama Clara Zetkin yang adalah Pimpinan Kantor Perempuan Partai Sosial Demokrat di Jerman mengemukakan gagasan tentang Hari Perempuan Internasional.Â
Pada masa tahun 1913-1914, menjelang Perang Dunai I, perempuan Rusia memperingati Hari Perempuan Internasional pertama mereka yaitu pada tanggal 23 Februari.Â
Kemudian lewat diskusi Hari Perempuan Internasional disepakati untuk diperingati setiap tahun pada tanggal 8 Maret. Pada tahun 1914, lebih banyak perempuan di seluruh Eropa yang mengadakan demonstrasi untuk menentang perang dan mengekspresikan solidaritas perempuan.