Pada tahun 1917, di minggu terakhir bulan Februari, perempuan Rusia memulai pemogokan untuk "Roti dan Perdamaian" sebagai tanggapan atas kematian lebih dari 2 juta tentara Rusia dalam Perang Dunia I.
Hal ini ditentang oleh para pemimpin politik, tapi perempuan terus melakukan pemogokan yang dimulai pada hari Minggu tanggal 23 Februari (menurut Kalender Julian yang digunakan di Rusia) atau tanggal 8 Maret seturut Kalender Gregorian (Kalender Julian dan Gregorian memilik selisih 13 hari).
Pada tahun 1975, Hari Perempuan Internasional diperingati untuk pertama kalinya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.Â
Pada bulan Desember 1977, Majelis Umum mengeluarkan resolusi yang menyatakan Hari PBB untuk perempuan dan Perdamaian Internasional yang akan diperingati setiap hari sepanjang tahun oleh negara-negara anggota sesuai sejarah dan tradisi nasional masing-masing.
Hari Perempuan Internasional yang sudah dilaksanakan di masa awal 1900-an telah menjadi momen penting bagi perempuan di seluruh dunia. Di beberapa dekade terakhir, kita bisa melihat status dan peranan perempuan sudah banyak berkembang.Â
Valentina Tereshkova, seorang perempuan kelahiran Yaroslavl, Rusia. Mengutip laman NASA, dia adalah seorang kosmonaut perempuan pertama yang pergi ke luar angkasa. Dia meluncur ke sana dengan menggunakan Vostok 6 pada tanggal 16 Juni 1963. Dia adalah satu-satunya perempuan yang pernah ambil bagian dalam misi solo ke luar angkasa.
Benazir Bhutto, seorang perempuan Pakistan pertama yang memimpin negara Muslim pada masa pasca kolonial yang terpilih pada tahun 1988 sebagai perdana menteri Pakistan ke-12. Posisi ini dia dapatkan dalam pemilihan umum terbuka pertama. Partai Benazir memenangi jumlah kursi terbanyak di Dewan Nasional.Â
Malala Yousafzai gadis belia, namun keberaniannya untuk mendapat pendidikan menginspirasi banyak perempuan.Â
"Senapan-senapan kegelapan! Mengapa aku tidak mengutuk kalian? Kalian mengubah rumah penuh cinta menjadi puing-puing," tulis Malala dalam bukunya I am Malala.
Dia tak gentar berjuang demi pendidikan perempuan sekalipun dia harus dikucilkan. Tak berhenti sampai di situ, dia juga harus menghadapi desingan peluru di kepalanya dan nyaris menghadapi kematian.
Peristiwa ini terjadi ketika dia masih berusia 15 tahun. Namun ini tak membuatnya gentar dan dia pun sekarang memimpin sebuah gerakan untuk pendidikan perempuan secara global, Malala Fund.
Kisah inspiratifnya ini dituangkan dalam buku berjudul I am Malala (2013) dan juga sebuah film dokumenter berjudul He Named Me Malala karya dari pemenang Academy Award, Davis Guggenheim.