Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai budaya, dunia literasi, dan olahraga

Menghargai perbedaan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Pemilu Serentak 2024 di TPS Frankfurt, Jerman

11 Februari 2024   19:29 Diperbarui: 12 Februari 2024   10:38 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Selamat Memilih, Pilihlah sesuai hati nurani Anda; Pilihan Anda menentukan masa depan bangsa!!!"

Sabtu, 10 Februari 2024, meskipun masih dalam musim dingin, tapi suhu di pagi itu saat aku meninggalkan rumah tidaklah terlalu dingin, 5°C.

Kuncup-kuncup bunga Schneegloeckchen yang berwarna putih di halaman rumah, bunga yang berkuncup paling awal sebagai pertanda musim dingin tidak akan lama lagi berlalu, mungkin bertanya-tanya kenapa aku pergi keluar sepagi itu di akhir pekan? 

Tak tahukah mereka bahwa hari itu adalah hari dimana seluruh Warga Negara Indonesia yang berada di di wilayah PPLN Frankfurt akan berpesta-demokrasi?!

ICE 772 (Inter city express) dari Stuttgart Hauptbahnhof atau stasiun utama kereta Stuttgart membawaku ke Frankfurt Hauptbahnhof. Perjalanan tidaklah memakan waktu lama sekitar 1,5 jam. 

Dari Frankfurt Hauptbahnhof dengan Strassssenbahn 11 ke arah Schiesshuetenstrasse ke lokasi TPSLN. Sangat mudah untuk sampai kesana karena sudah disosialisakan di akun resmi Instagram PPLN Frankfurt.

Aku tiba di lokasi TPSLN tepatnya di Klassikstadt, Oberstr.4a pada pukul 9 lebih sedikit.  Masih cukup pagi, tapi sudah banyak antrian di luar.

Dokumen pribadi 
Dokumen pribadi 

Sebelum masuk dalam barisan antrian, semua harus dicek dulu oleh petugas pelaksana dengan menunjukan undangan bagi pemilih TPS.  Aku sendiri datang ke situ tanpa surat undangan karena memilih Metode Pos saat melakukan pendaftaran pemilih tahun lalu.

Untuk pemilih di wilayah PPLN Frankfurt bisa memilih dengan 2 metode: TPS atau Pos karena wilayah yang luas dan tempat tinggal pemilih yang sporadis terletak di kota-kota yang cukup berjauhan.

Petugas TPS mengatakan bahwa meskipun aku memilih Metode Pos, tapi aku tetap boleh memberi hak suara di TPS. 

Aku pun sedikit menceritakan kepadanya saat sosialisasi Pemilu bulan November lalu di Stuttgart yang saat itu diinfokan bahwa jika tidak punya paku di rumah maka bisa datang ke TPS atau dalam kata lain semua warga negara yang sudah mendaftar sesuai mekanisme, jangan sampai hilang hak suaranya.  

Bukan hanya aku saja pemilih Metode Pos yang datang ke TPS hari itu.  Kami yang datang dengan alasan ingin berpesta-demokrasi bareng sahabat, menyertai orang tua, kebetulan ada di dekat situ.

Aku sendiri datang dengan keputusan di hari-hari terakhir karena aku ingin mengikuti pesta demokrasi ini bersama-sama warga Indonesia yang lain di satu lokasi. 

Ini membuat pesta terasa lebih seru juga kerena sudah lama aku tidak datang ke TPS.   Hak suaraku dalam empat kali Pemilu terakhir diberikan lewat pos: pada Pemilu 2004, 2009, 2014, 2019.  

Aku ingat Pemilu terakhir yang kuikuti lewat datang langsung ke TPS adalah pada tahun 1999.  Waktu itu selain memilih aku pun bertugas sebagai Pemantau Pemilu wakil dari kalangan mahasiswa (Universitas Sam Ratulangi, Manado). 

Waktu itu aku bertugas di salah satu TPS di kelurahan Wanea, Manado (saat ini Wanea sudah menjadi kecamatan).  Pada Pemilu tahun 1999, mahasiswa mendapat tempat istimewa karena itu adalah Pemilu pertama sejak masa reformasi yang diawali oleh pergerakan mahasiswa tahun 1998.  Pada Pemilu kali ini, diriku rindu akan suasana TPS.

Kembali ke TPSLN Frankfurt.  Ada 2 pintu masuk yang disediakan: yang kanan untuk pemilih Metode TPS dan yang kiri untuk Metode Pos dan Prioritas (Lansia, Ibu hamil, disabilitas, DPTb- baru).

Hampir setengah jam aku mengantri sampai saatnya masuk ke ruangan.  Kami di sambut dengan spanduk dari PPLN Frankfurt yang bertuliskan: 

"Selamat Memilih, Pilihlah sesuai hati nurani Anda; Pilihan Anda menentukan masa depan bangsa!!!"

Dokumen pribadi 
Dokumen pribadi 

Di meja registrasi, aku menunjukkan kartu identitas berupa Paspor beserta Visa di Jerman dan Amplop Pemilu yang sudah dikirimkan kepadaku lewat Pos: Surat Suara, Formulir Pemberitahuan/Tanda Terima.

Meja registrasi untuk Metode Pos/Prioritas (Dokumen pribadi)
Meja registrasi untuk Metode Pos/Prioritas (Dokumen pribadi)

Di ruang itu disediakan ruang tunggu. Banyak pemilih yang sedang duduk di sana menunggu giliran mereka masuk ke TPS.  Ada 5 TPS yang tersedia untuk pemilih Metode TPS dan 1 TPS untuk Metode Pos/Prioritas, sehingga totalnya ada 6 TPS.

Di ruangan tunggu itu saya melihat Ketua Panitia Penyelenggara PPLN Frankfurt 2024 Bapak Wahyu Wijaya Hadiwikarta yang sedang duduk di salah satu meja registrasi.   Selain itu di ruangan itu terlihat juga Ketua Panwaslu LN Frankfurt Ibu Etty Prihantini Theresia dan Mbak Rina Agustina anggotanya.

Aku tidak perlu menunggu lama.  Tiba giliranku untuk menuju ruangan sebelah yang dipisahkan oleh dinding.  Aku masuk ke ruangan yang lebih lapang lagi dimana terdapat 6 TPS.  Setiap pemilih menuju TPS mereka masing-masing.

Di meja registrasi TPS Pos/Prioritas, aku punya waktu sedikit berbincang-bincang dengan Ketua Tim Sosialisasi PPLN Frankfurt Bapak M. Sofyan yang juga saat itu lagi ada di situ. 

Beliau mengatakan bahwa persiapan ruangan sudah dilakukan sehari sebelumnya, pengaturan meja-kursi dan hal-hal teknis lainnya dan di hari Pemilu Serentak 10 Februari 2024 di pagi itu, sejak sekitar pukul 6 pagi petugas KPPS sudah ada di TPS.  

Pada pukul 8 pagi TPS dibuka dan kegiatan pemungutan suara diperkirakan berakhir sekitar jam 6 - 7 malam dengan memperhitungkan faktor-faktor teknis.

Dokumen pribadi 
Dokumen pribadi 

Kini tiba giliranku untuk memberi hak suara.  Aku menunjukkan kembali kepada petugas kartu identitas dan mengeluarkan 2 Amplop Surat Suara yang belum saya coblos: 

Amplop 1: Surat Suara untuk Presiden/Wakil Presiden 

Amplop 2: Surat Suara untuk DPR RI (untuk wilayah PPLN Frankfurt mendapat DAPIL DKI Jakarta II) 

Sesudah itu aku masuk ke salah satu bilik suara untuk melakukan pencoblosan kemudian keluar.  Dengan dipandu oleh salah satu petugas KPPSLN aku memasukkan kedua jenis surat suara itu ke kotak masing-masing yang telah ditentukan untuk menghindari terjadinya kesalahan.  

Aku pun dengan hati-hati disertai doa memasukkan surat suara itu yang telah dicoblos dengan mendengar suara hati nurani yang paling dalam. Bagi seluruh masyarakat Indonesia dan juga bagi kami meskipun sudah sekian lama tinggal di luar negeri tapi punya kecintaan yang sangat dalam kepada bangsa Indonesia, tanah leluhur dan tumpah darah.  

Bagiku sendiri, jauh-jauh datang dari Stuttgart ke Frankfurt demi hak suara ini.  Aku tidak ingin terjadi kesalahan di pos karena bisa saja amplop yang berisi surat suara ini tercecer dimana (meskipun ini sangat minim terjadi). 

Satu suara akan banyak berarti bagi bangsa kita.  Bangsa Indonesia yang kita cintai bersama.

Mencelupkan jari ke dalam tinta hanya bagi mereka yang memilih Metode TPS sehingga aku keluar tanpa tanda tinta di jariku. 

Aku pikir, logikanya seperti mereka juga yang ada di rumah dengan Metode Pos, tidak kebagian mencelupkan jari di tinta.  Benar sekali, ini azas keadilan.

Dokumen pribadi 
Dokumen pribadi 

Sesudah memberi hak pilih, aku keluar meninggalkan TPS.  Biasanya di acara kumpul-kumpul warga Indonesia ada Bazar makanan, tapi kali ini kegiatan itu ditiadakan untuk menunjang ketertiban.

Untuk memastikan soal penghitungan suara, lewat sambungan Whatsapp dengan salah satu anggota Panwaslu Frankfurt Mbak Rina Agustina pagi ini, beliau mengatakan bahwa penghitungan suara akan dilakukan bersamaan dengan Pemilu Serentak di Indonesia yaitu pada tanggal 14 Februari 2024.

Terimakasih PPLN Frankfurt yang sudah melaksanakan hari-H Pemilu 2024 yang berlangsung tertib dan aman.  Semoga bangsa kita akan mendapat pemimpin-pemimpin terbaik.

Salam Bhinneka Tunggal Ika,

Penulis: Meike Juliana Matthes

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun