"Dalam setiap perjalanan dengan alam, seseorang menerima jauh lebih banyak daripada yang ia cari." - John Muir.
Aku tidak perlu laju memacu motorku untuk meninggalkan hiruk-pikuk kota Manado. Â Ini adalah perjalanan nostalgia sehingga tidak perlu terburu-buru. Â Aku ingin merasakan kembali apa yang pernah aku alami, bertahun-tahun yang lalu.Â
Perjalananku pagi ini menanjak ke kawasan puncak, tepatnya ke arah kota Tomohon.Â
Tomohon adalah kota kecil di Sulawesi Utara yang terletak di wilayah pegunungan dengan ketinggian 700-800 meter dari permukaan laut. Â Ini adalah salah satu kota tercantik yang pernah aku kunjungi. Â
Kota yang diapit oleh dua gunung berapi aktif yaitu Gunung Lokon dan Gunung Mahawu. Pemandangan atas kesuburan, keelokan, keasrian tanah yang ditawarinya, tiada tara. Begitu juga hembusan angin sejuk dan segar yang menghanyutkan.
Berjarak sekitar 30 km dari kota Manado dengan jalannya yang berkelok-kelok bisa ditempuh sekitar 1 jam lebih. Â Aku sedikit melambatkan laju motorku saat melewati desa Kinilow dengan warung-warung di pinggiran jalan yang menjual kerajinan tangan yang berasal dari bambu, kelapa, dan tanah liat. Â Ada topi caping, kap lampu, tampah atau sosiru dalam bahasa lokal, dan masih banyak kerajinan lainnya.Â
Ada juga warung-warung yang menjual buah-buahan: alpukat, sirsak, mangga, dan masih banyak lagi. Penganan-penganan kecil juga tersedia di sana. Â Aku singgah sebentar untuk membeli buah nenas, pisang mas, dan dodol yang dibungkus dalam daong woka, sebutan warga lokal untuk daun janur.
Laju motorku berlari tanpa hambatan karena saat ini bukan musim pancaroba. Sehingga jalan bebas tanpa melewati longsoran tanah, batu, atau kayu yang patah dari dahan-dahan pohon.Â
Ditemani, pemandangan yang indah, perkebunan cengkeh dan bunga-bunga di sepanjang jalan juga panorama Gunung Lokon yang berbentuk segitiga membuatku tak terasa telah melewati pusat kota Tomohon dan masuk ke desa Lahendong, kawasan dimana Danau Linow yang menjadi tujuanku berada.
Bau menyengat seperti telur busuk menyapaku di desa ini. Â Bau itu berasal dari sulfur atau belerang yang terkandung di dalam danau. Belerang yang merupakan sisa letusan gunung Mahawu yang terjadi sekitar 0,5 juta tahun yang lalu.Â
Danau Linow atau Linouw berasal dari kata "Lilinowan". Â Kata yang berasal dari bahasa Tombulu, salah satu etnis di Minahasa. Â Arti kata ini adalah tempat berkumpulnya air.
Danau Linow mempunyai luas sekitar 34 hektar dan memiliki keunikan geologis yang menawan. Â Air di danau terlihat bisa berubah warna secara berkala, mulai dari hijau zamrud, biru muda, atau kuning keemasan. Â Degradasi warna ini disebabkan karena kandungan belerang yang mempengaruhi pembiasan cahaya matahari di atas air.Â
Belerang ini juga menghasilkan gelembung-gelembung kecil yang terlihat di atas permukaan air. Â Beberapa bagian di tepian danau terlihat retakan-retakan tanah dengan asap berbau belerang keluar dari situ.
Aku berjalan menyusuri sekeliling danau. Tempat ini bagaikan sekeping surga yang diturunkan Tuhan ke muka bumi. Â Rasa tenteram menyelimuti hatiku.
Pemandangan bukit hijau disekeliling danau dilengkapi dengan kicauan burung-burung yang bersahut-sahutan, kepakan sayap bangau, sekumpulan keluarga belibis yang sedang berenang, dan siluet serangga yang berterbangan. Â
Serangga-serangga ini bernama Sayok dan Komo. Â Mereka adalah jenis serangga yang merupakan satwa endemik di wilayah ini. Terlihat awalnya berenang di permukaan air, lalu berubah menjadi serangga bersayap seperti capung yang dapat terbang ke daratan.
Keindahan danau ini begitu mempesona tapi di larang untuk berenang di dalamnya, Â "Dilihat boleh dipegang jangan" karena tingginya kadar belerang dan suhu air bisa sangat panas mencapai 85 derajat celcius di beberapa tempat akibat manifestasi panas bumi. Â
Danau Linow ini adalah danau yang mengandung belerang.Â
Belerang atau sulfur adalah unsur non-logam yang bentuk aslinya adalah zat padat kristalin kuning. Â Secara alami, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau mineral pada gunung berapi. Â
Belerang bermanfaat pada tubuh terutama bagi kulit. Â Hal ini karena belerang terkenal dengan sifat anti bakteri dan anti inflamasi yang bekerja menyerap minyak berlebihan yang menjadi penyebab jerawat dengan mengeringkan permukaan kulit dan membuka pori-pori tersumbat. Â (www.gramedia.com/literasi)
Berjalan-jalan di tepian danau mengembalikan ingatanku ke masa-masa yang telah lewat, di saat aku masih menjadi pemandu wisata di sela-sela waktu berkuliah dan bekerja. Â Di masa itu, terdapat gubuk-gubuk permandian air panas, bilik-bilik bambu dan beratap rumbia. Tempatnya berada di sisi kiri sebelum jalan menuruni bukit untuk masuk ke lokasi danau ini. Â Gubuk-gubuk itu adalah salah satu atraksi yang sangat menarik bagi wisatawan. Â
Aku selalu memperkirakan waktu untuk sampai di tempat itu sekitar jam 10 pagi karena di waktu itu, air yang berasal dari sumber mata air panas alam yang dialiri lewat batang-batang bambu masih banyak. Â Jika sudah tengah hari maka volume air yang mengalir itu akan berkurang. Â Hal lainnya adalah pada jam 10 pagi, ibu-ibu dari desa sudah selesai mandi di situ dan sementara sibuk di ladang. Ini membuat gubuk-gubuk itu sunyi sehingga wisatawan punya kesempatan untuk mandi dengan cara tradisional seperti penduduk setempat.
Bahagia sekali rasa hati ini mengingat masa-masa itu. Â Sekarang ini, gubuk-gubuk itu tidak lagi aku jumpai di sana, tapi ada tempat rehat untuk menikmati kopi, teh, atau makan siang yang terletak tidak jauh dari situ.
Danau Linow merupakan salah satu jenis danau yang berasal dari kejadian vulkan.  Hal ini yang ditandai dengan adanya sulfatar-sulfatar (perairan kawah) yang banyak ditemukan di sekitar danau sebagai indikator bahwa danau ini memiliki tingkat keasamannya sangat tinggi.
Belerang juga bisa menghasilkan senyawa kimia yang disebut Asam sulfat (H2SO4) ketika dipanaskan dan bereaksi dengan oksigen. Melalui beberapa proses yaitu belerang trioksida yang bereaksi dengan air memunculkan sifat asam sulfat.  Asam sulfat adalah satu jenis asam yang berbahaya.  Dikatakan demikian karena memiliki sifat korosif.  Meskipun  berbahaya, namun digunakan sebagai bahan baku dalam dunia industri atau kehidupan sehari-hari.  Misalnya: untuk membuat pupuk, pewarnaan tekstil, pembersih karat pada baja dan besi, bahan pembuat deterjen, baterai, lem, dan masih banyak kegunaan lainnya lagi. (www.detik.com)
Seberapa besar kadar belerang yang ada di danau ini berpengaruh pada besar konsentrasi asam sulfat yang terlarut dalam perairannya?Â
Salah satu satu jurnal yang menulis tentang ini dimuat di Majalah INFO Sains, 2022 dengan judul  "Uji Toksisitas Asam Sulfat Alam Terhadap Ketahanan Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Dalam Media Tertutup" oleh Hariyadi.
Dalam tulisan ilmiah lewat penelitian di danau ini, disebutkan bahwa senyawa kimia yang terdapat di alam akan mempengaruhi kehidupan organisme hidup. Salah satunya adalah asam sulfat (H2SO4).Â
Data dari tim AMDAL Universitas Sam Ratulangi yang mengadakan penelitian bekerjasama dengan Pertamina dan Pengembangan Proyek Panas Bumi Lahendong tahun 1991, menyatakan bahwa derajat keasaman Danau Linow adalah tinggi antara 2-4. Hal ini dipastikan karena adanya aktifitas alam (sulfatar) yang banyak ditemukan di sekitar danau dan kadar ion SO4 dapat mencapai 200 mg/l.
Asam sulfat bersifat toksik apabila dalam penggunaanya melebihi standar yang telah ditentukan, gejala atau respon yang terjadi adalah gejala korosif. Â Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam sulfat terlarut dalam perairan Danau Linow serta daya toksisitas terhadap respon biologi dua hewan uji yaitu Ikan Mas dan Ikan Mujair disamping pengaruh oksidasi buatan terhadap kadar asam sulfat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa asam sulfat yang berasal dari perairan Danau Linow sangat beracun dan memiliki daya toksisitas yang tinggi.
Selain Danau Linow, Kawah Ijen adalah danau kawah dengan kandungan asam paling tinggi di dunia. Â Begitu pekatnya kandungan asam di sana hingga bisa membuat segala benda yang diceburkan ke sana lenyap tak bersisa. (www.merdeka.com)
Negeri kita memang benar-benar kaya akan sumber daya alam. Â Pesonanya yang tampak di mata ataupun yang tersimpan di dalam perut bumi membuat negeri kita beruntung. Semua itu bisa mengubah hidup kita menjadi lebih baik apabila dikelola secara baik.
Menjaga kelestarian alam dan menelusuri lebih dalam karena ada banyak essensi dari alam itu yang dapat kita pelajari agar kita menjadi bijaksana dalam bertindak. Â Alam akan memberikan kesejahteraan jika kita bisa memanfatkan kekayaannya secara arif, efektif, efisien dan tepat guna.
Hembusan angin yang mengalun di antara gemerisik dedaunan pohon pinus membuat tak terasa sudah lebih dari sejam aku habiskan di sisi danau ini yang airnya sementara memancarkan warna hijau zamrud. Â Ingin aku berlama-lama, tapi karena masih ingin ke kaki Gunung Mahawu maka aku harus mengucapkan selamat tinggal Danau Linow. Â
Semoga suatu saat aku bisa balik lagi ke sini.
Kenangan di bulan Agustus 2022
Meike Juliana Matthes
***
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H