Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai alam, budaya, dunia literasi, dan olahraga

Menghargai perbedaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

33 Tahun Jerman Bersatu, "Horizonte oeffnen" (Membuka Cakrawala)

3 Oktober 2023   07:44 Diperbarui: 3 Oktober 2023   19:39 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa waktu bergulir begitu cepat.  Hari ini, tanggal 3 Oktober 2023,  saya sudah melewati Hari Jerman Bersatu yang ke-21 kali-nya secara langsung di Jerman.

Saya masih bisa mengingat dengan baik, pada 33 tahun yang lalu, melalui siaran berita di televisi Indonesia yang menyiarkan tentang Hari Nasional Jerman ini.  

Bagaimana tidak, itu adalah hari yang sangat bersejarah, bukan hanya bagi Jerman karena bersatunya mereka tetapi bagi dunia. Peristiwa yang menandai berakhirnya Perang Dingin yang setahun sebelumnya juga sudah ditandai dengan runtuhnya Tembok Berlin.   

Lagu "Wind of Change“ oleh grup Band Scorpion yang ditulis oleh vokalisnya, Klaus Maine, seorang Jerman kelahiran Hannover, diputar berkali-kali sehari di radio.  Sampai saya bisa menghapal liriknya:

“Walking down the street
Distant memories
Are buried in the past, forever
I follow the Moskva
Down to Gorky Park
Listening to the wind of change”

Lagu yang berisi lirik tentang “Angin Perubahan“ yang menyapu bersih segala permusuhan dan perselisihan antara dua blok, Timur dan Barat.

Jika kita menilik ke belakang, Jerman memiliki sejarah kelam lewat pemerintahan otoriter Hitler yang memimpikan kekaisaran baru sehingga dia memulai Perang Dunia II. 

Perang yang berakar dari rasa ingin berkuasa dan akibat ketidakstabilan di Eropa dampak Perang Dunia I.  Sang “Führer”, sebutan untuknya (kata ini sudah dianggap tabu di Jerman) mengkomandokan tentara Jerman untuk menginvasi Polandia pada tanggal 1 September 1939. Kemudian disusul tahun-tahun sesudahnya invasi ke negara-negara Eropa lainnya. Selanjutnya Inggris dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman. 

Invasi Jerman ke negara-negara lain ini didukung oleh Uni Soviet tetapi kemudian Jerman melanggar Pakta Jerman-Soviet karena Jerman menginvasi Uni Soviet pada 1941.  Italia yang menjadi sekutu Jerman atau Blok Poros (Jerman, Italia, dan Jepang) turut serta dalam peperangan. 

Saat itu situasi dunia kacau-balau.  Di Asia, Jepang membom Pearl Harbour.  Hal yang menyebabkan Amerika Serikat terjun ke  dalam kancah peperangan dan bersekutu dengan Inggris dan Uni Soviet.  Kerjasama mereka dalam menempur Jerman membuat Jerman porak-poranda.  Pada tahun tahun 1945, Jerman bertekuk-lutut.

Konsekuensi perang ini, haruslah dibayar mahal oleh generasi Jerman sesudahnya.  Mereka yang sama sekali tidak terlibat, tidak tahu apa-apa, masih kecil ataupun belum lahir. 

Mereka menjadi korban, masa depan suram. Perang berakhir tapi pergolakan masih terus berlanjut, karena masalah politik dan idiologi. 

Kekalahan Jerman, membuat negara itu hancur, desa-desa dan kota-kota.  Tidak ada pemerintah saat itu.  Empat negara pemenang: AS, Inggris, Perancis, dan Uni Soviet mengambil alih kekuasaan dan membagi Jerman seperti "Kue“.  "Kue“ yang sudah hancur itu dibagi menjadi 4 potong atau 4 zona kependudukan.

Pembagian 4 Zona Jerman sesudah PD II (Foto: www.studyflix.de)
Pembagian 4 Zona Jerman sesudah PD II (Foto: www.studyflix.de)

Masing-masing negara menentukan perkembangan ekonomi dan politik berdasarkan kebijakannya sendiri.  Tapi hal ini tidak banyak membawa perubahan untuk memulihkan bagian-bagian yang terpecah itu karena kepentingan dan rasa tidak saling percaya mendominasi.   

Persatuan empat kekuatan pemenang tidak bertahan lama.  Kemudian AS dan Inggris menggabungkan dua zona kependudukannya menjadi satu wilayah ekonomi. Langkah ini kemudian diikuti oleh Perancis, yang kemudian menggabungkan diri juga.

Politik perang dingin yang merupakan persaingan ideologi yang terjadi antara Amerika Serikat dengan paham kapitalisme-nya dan Uni Soviet dengan paham sosialis-nya, menyebabkan perpecahan dua arah.  Sehingga terbentuknya dua negara, Jerman Barat dan Jerman Timur.  

Pada tahun 1952, pemerintah Jerman Timur menutup perbatasan dengan Barat.  Kemudian pada 6 Mei 1955, NATO menyambut Jerman Barat sebagai anggota.  Perjalanan cinta Jerman, putus di tengah jalan.  Satu ke kiri dan satu ke kanan.  Ideologi mereka berbeda.

Pada tahun 1961, Jerman menjadi pusat kegiatan spionase dan militer selama perang dingin. Berlin yang diduduki Soviet menjadi ibukota Jerman Timur sementara Jerman Barat memilih Bonn.  Kemudian di tahun yang sama, Deutsche Demokratische Republik (DDR) atau Republik Demokratik Jerman, mendirikan Tembok Berlin.

Pembangunannya dimulai pada saat fajar menyinsing tanggal 13 Agustus 1961, di saat hampir semua masyarakatnya sedang tertidur lelap. Pekerja membentangkan pada awalnya hanyalah kawat berduri di jalan-jalan yang memisahkan sektor barat dan sektor timur kota Berlin. 

Bukan hanya itu  mereka juga memotong kabel telepon  yang menghubungkan antara Jerman Barat dan Timur serta menutup jalur kereta api.  Semua akses ditutup. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah warganya melarikan diri ke Jerman Barat yang makmur. 

Mengapa di Jerman Barat makmur? 

Saya teringat saat pada waktu menyelesaikan kursus Bahasa Jerman dan Kursus Integrasi, saya pernah bertanya pada guru saya waktu itu, "Mengapa bangunan-bangunan di bekas Jerman Timur, misalnya di Dresden dan Leipzig terlihat lebih memancarkan khas kota tua Jerman dibandingkan kota-kota di bekas Jerman Barat, misalnya di Stuttgart dan Frankfurt?”

Guruku menjawab,"Karena Uni Soviet yang menduduki Jerman Timur kala itu, tidak menerima Program Restrukturisasi Eropa oleh Amerika Serikat yang mana mereka membantu negara yang terkena dampak perang. Seperti yang dilakukan Amerika Serikat pada Jerman Barat. 

Hal ini menyebabkan Jerman Timur sulit berkembang sehingga bangunan-bangunan di sana pun dibangun perlahan-lahan.  Mereka memungut batu-batu, diantara puing-puing kehancuran akibat perang dan menyusunnya kembali seperti sedia kala sehingga bentuk aslinya bisa terjaga.  

Tetapi, di Jerman Barat, kota-kotanya dibangun kembali dengan cepat karena bantuan dari AS tadi.  Karena cepatnya Pembangunan ini maka bangunan-bangunannya pun sudah agak berubah dari bentuk aslinya.  Begitu pula dalam segi ekonomi, mendapat peningkatan yang signifikan.  Disamping itu, Jerman Barat lebih menjunjung nilai Demokrasi sehingga rakyatnya tidak hidup dalam tekanan."

Banyak tragedi yang terjadi saat kedua negara yang bersaudara ini berpisah.  Banyak airmata dan korban.  Bisa kita bayangkan, saat Tembok Berlin itu dibangun, keesokan harinya, keluarga atau sanak-saudara yang mungkin tinggal hanya terpisah satu blok atau yang tinggal berseberangan jalan, tiba-tiba tidak bisa bertemu lagi. 

Pengamanan tentara-tentara Jerman Timur selama Tembok Berlin itu berdiri membuat lebih dari 250 orang kehilangan nyawanya, karena berusaha melintasi tembok tersebut.

Pada tanggal 9 November 1989, Tembok Berlin runtuh.  Ini adalah lambang era baru sebagai simbol kemenangan demokrasi liberal yang mengantarkan negara Jerman pada reunifikasi setahun setelahnya.

Hari ini, tanggal 3 Oktober 2023, Jerman memperingati 33 tahun mereka bersatu kembali.  Suatu rangkaian masa yang panjang jika dihitung dari saat tragedi usai Perang Dunia II, saat waktu mereka dibagi menjadi 4 bagian, kemudian terpisah menjadi dua bagian dalam dua ideologi. 

Bukanlah masalah yang mudah bagi pemerintah Jerman setelah hari reunifikasi itu.  Meskipun hari ini, sudah 33 tahun Jerman bersatu tetapi pemerintah masih tetap dalam pekerjaan rumahnya untuk  terus menyelaraskan pembangunan dan kekuatan ekonomi antara wilayah Timur dan Barat. 

"Tag der Deutschen Einheit“ atau Hari Persatuan Jerman tahun ini, berlangsung pada tanggal 2-3 Oktober di Hamburg.  Kota ini dipilih kali ini, karena Hamburg adalah kota motropolitan yang penuh kemajuan dan keberagaman. Disesuaikan dengan motto Hari Persatuan Jerman kali ini, seperti pesan yang disampaikan oleh Walikota Hamburg, Dr. Peter Tschentscher dalam pidato pembukaannya adalah “Horizonte öffnen” atau “Membuka Cakrawala“ yang berarti mewakili keragaman Jerman, modernitas, dan internasionalis Jerman dan dimaksudkan untuk memberi pandangan masa depan yang penuh keyakinan.

Elbphilharmonie, Hamburg (Foto: Dokumen pribadi)
Elbphilharmonie, Hamburg (Foto: Dokumen pribadi)

Acara di Hamburg ini,di isi dengan pesta rakyat, pertunjukan musik, tarian, budaya, kuliner, workshop, diskusi influencer, dll.  Pada tanggal 3 Oktober, acara akan dimulai dengan ibadah bersama di gereja St. Michaelis, kemudian acara di Elbphilharmonie yang akan dihadiri oleh 1.300 tamu, perwakilan politik, pebisnis, dan wakil-wakil masyarakat.

Semoga Jerman akan selalu kokoh dalam persaudaraannya.  Sejarah telah memberi pelajaran untuk hidup dalam ideologi yang menjunjung nilai-nilai demokrasi. Tidak ada lagi Jerman Barat atau Jerman Timur.  Hanya ada satu, Bundesrepublik Deutschland.  

Perayaan hari ke-1, 2 Oktober 2023.  Di Mönkebergstraße, Hamburg (Foto: www.hamburg.de)
Perayaan hari ke-1, 2 Oktober 2023.  Di Mönkebergstraße, Hamburg (Foto: www.hamburg.de)

Seperti bangsa kita pun, yang meskipun berbeda-beda, suku, bahasa daerah, agama, antar golongan tapi kita tetap satu bangsa, Bangsa Indonesia.  Berdasar satu Ideologi Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu. 

Seperti juga yang menjadi motto Hari Bersatunya Jerman tahun ini dengan membuka cakrawala, wawasan tentang keragaman untuk memberi pandangan masa depan yang penuh keyakinan di tengah kemajemukan yang ada.  Persatuan, saling menghargai, dan tanpa melupakan sejarah akan membawa suatu bangsa menjadi bangsa yang kuat.

Jika kita semua bisa menjaga dan melakukan hal ini maka apa yang tertulis dalam lirik selanjutnya dari Band Scorpion tetap bisa menjadi kenyataan.

“Take me to the magic of the moment
On a glory night
Where the children of tomorrow share their dreams”

Yang berarti, kita bisa memberi tempat dan waktu bagi anak-cucu kita supaya mereka hidup damai dan bisa mewujudkan mimpi-mimpi mereka dalam menggapai masa depan yang lebih cerah.

Kernen im Remstal (Germany), 3 Oktober 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun