Gambaran perilaku konsumsi yang terjadi pada masyarakat di Kecamatan Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe menjelang Natal. Hal ini dilatarbelakangi oleh masalah konflik yang terjadi dalam masyarakat menjelang natal dan timbulnya perdagangan yang menciptakan masalah social ekonomi. Perilaku konsumtif menjelang natal yang terjadi di Tahuna selang waktu November s.d Januari. Lonjakan perilaku konsumtif ini Kerap kali terjadi di kehidupan rumah tanggga seperti fenomena gunung es. Takaliuang dalam manado.tribunnews.com mengemukakan, faktor ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya perdagangan keperluan natal di pusat kota tahuna, sehingga kebanyakan inisiasi untuk melakukan pola hidup konsumtif tercipta (manado.tribunnews.com, 7 Desember 2017).
Jika dilihat dari fenomena meningkatnya perdagangan menjelang Natal menunjukkan bahwa faktor kebutuhan menjelang natal meningkat baik kebutuhan Pokok maupun kebutuhan tambahan. Sedangkan yang kedua karena alasan budaya hidup dikabupaten sangihe yang berpola pada kekeluargaan dan keakraban menjadi salah satu pemicu naiknya tingkat kebutuhan menjelang Natal. Faktor-faktor tersebut terjadi sehingga berujung pada tingkat konsumerisme bahkan sampai ketingkat hedonisme. Sebab kebutuhan masyarakat pada nulan November sampai dengan januari diatas dari rata rata kebutuhan Pokok periode bulan lainnya. Â Apabila kualitas pemenuhan kebutuhan meningkat bahkan meningkat menuju kepada konsumtif, akan sangat rentan muncul masalah yang berujung konflik. Bila hal ini terus menerus terjadi, maka fokus utama bukan pada pemenuhan kebutuhan pokok tetapi berpindah ke fokus kehidupan . Disinilah muncul potensi konflik sosial ekonomi maupun iman kristen. Menurut teori Kebutuhan dari Abraham Marslow, setiap individu yang telah memenuhi kebutuhan awalnya maka seiring waktu timbul keinginan baru pada level selanjutnya. Pola Kehidupan yang dibiaskan dari Marslow ini yang terjadi di kehidupan masyarakat super modern. Perpindahan Fokus dari Kebutuhan Primer ke kebutuahan Sekunder sampai ke tersier hingga sampai ke aktualisasi diri inilah yang menjadi pemicu konflik sosial ekonomi. Artinya konflik sosial ekonomi tercipta ketika masyarakat satu dengan lainnya berlomba memenuhi kebutuhan pemuasan diri menjelang natal sehingga sudah tidak fokus pada kebutuhan pokok. Jadi, menurut collin campbell, konsumerisme tercipta akibat seseorang mengikuti trend yang berlebihan yang bukan untuk memenuhi fokus kebutuhan utama tetapi berpindah pada pemenuhan nafsu konsumtif. Jean Baudrillard berpendapat bahwa konsumerisme merupakan keturunan langsung dari kapitalisme telah masuk dan berkembang sampai ke jantung masyarakat. Perilaku konsumsi dipandang sebagai sebuah pola homogenisasi maupun heterogenisasi kebiasaan budaya pada umumnya. Jadi, kualitas perayaan menjelang Natal di Kecamatan Tahuna Kabupaten Kepulauan Tahuna sedikit berpindah fokus. Memang ada faktor-faktor lain, yang disebut sebagai faktor gabungan yaitu keterlibatan para pedagang dan pengusaha, adanya pola hidup modern, berkembangnya era digital dan pergaulan masyarakat.
      Jadi, pola terjadinnya hidup konsumtif tercipta dalam periode menjelang hari raya natal. Hal itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor namun yang paling dominan, antara lain: Kebutuhan akan Makanan dan Pakaian Baru, menghias rumah, menghias rumah ibadah, memperlengkapi kebutuhan organisasi agar tampil sama dan menarik bahkan euforia akan hausnya untuk membuat suatu kegiatan acara dan bisa menimbulkan masalah ekonomi. Beberapa tulisan studi kasus perilaku konsumtif yang terjadi di wilayah Kabupaten Sangihe, seperti Sari V (2020)dalam tulisan jurnalnya berjudul Fenomena Gaya Hidup Masyarakat Kontemporer, jurnalnya cholilawati (2021) berjudul Perubahan perilaku Konsumen selama Pandemi covid 19, Kedua buku tersebut menjelaskan bahwa faktor terjadinya Konsumerisme adalah faktor perubahan perilaku dan cara hidup masyarakat dalam menggunakan barang/jasa dan dipengaruhi oleh faktor kebutuhan dan lingkungan.
Natal dan Tahun baru sangat identik dengan kemewahan, keramaian, keunikan, keceriaan bahkan bertumpuknya kegiatan acara.Namun, disisi lain Fenomena Gunung es yang tercipta menjelang perayaan Natal ini dapat membawa masyarakat kearah konsumerisme bahkan mengancam konflik sosial ekonomi. Fenomena ini terjadi bukan saja Pada Organisasi atau gereja besar tetapi dimulai dari rumpun keluarga aktivitas membersihkan rumah dan lingkungan sampai menuju persiapan acara kemeriahan menjelang Natal itu sendiri.
      Runturambi M (2019) dalam jurnalnya dijelaskan kondisi kondisi bagaimana umat kristen tentang makna natal,Paus Benediktus VI sangat mengecam konsumerisme disaat perayaan Natal .
      Berbagai pernak pernik dan hiasan Natal seperti pohon Natal dan boneka hiasan tempat ibadah,kue , makanan dan minuman sangat mudah dijumpai di pusat perbelanjaan. Berbagai pusat aktivitas perbelanjaan ini tidak hanya memeriahkan acara menjelang perayaan Natal dengan berbagai pernak pernik Natal, banyaknya berbagai macam penawaran produk barang maupun jasa terbaru, diskon produk besar-besaran merupakan salah satu strategi pangsa pasar untuk meraih berbagai keuntungan menjelang dibukanya perayaan kerohanian seperti Hari Raya Natal itu sendiri. Di era pembangunan kompetitif ekonomi saat ini, masyarakat dipertemukan dengan situasi yang bersifat konsumtif kompetitif pada segala bidang kehidupan masyarakat. Bahkan pada waktu ini pesona dunia telah memasuki era ekonomi perdagangan dan pergaulan digital. Era ekonomi dan komunikasi digital mengubah pola kehidupan masyarakat dari taraf dasar hingga meningkatnya perilaku konsumtif pada masyarakat dalam mengaktualisasi persoalnya.
Perkembangan ilmu teknologi dan informasi juga berperan aktif  dalam meningkatkan pola perilaku konsumtif pada masyarakat tahuna. Berbagai promosi iklan marketing produk yang ditawarkan mendorong siapa pun masyarakat yang melihatnya dan dalam waktu singkat mendorong keinginan membeli produk yang diiklankan. Bahkan saat ini, kegiatan perbelanjaan juga semakin dipermudah dengan banyaknya e-commerce online yang menawarkan produk terbaru dengan harga yang beragam bahkan kompetitif.
Pola Perilaku konsumtif masyarakat ini sangat dapat dirasakan ketika menjelang hari-hari raya pada umumnya, seperti perayaan hari raya Natal. Menjelang kegiatan hari raya Natal, banyak ditemukan pada pusat perbelanjaan yang menawarkan bahkan menarik pesona batin beraneka ragam barang, seperti pakaian ,makanan peralatan rumah tangga dengan beragam model terbaru. Berbagai took pusat perbelanjaan menjadikan fenomena  umat Kristen bahkan masyarakat umum lainnya yang akan merayakan hari raya Natal sebagai target pasar mereka.
Pada fenomena ini umat Kristen yang akan merayakan perayaan menjelang Natal seperti berlomba-lomba dan melakukan aktivitas untuk memenuhi keinginannya tanpa mementingkan dan ingat akan focus perayaan bahkan melupakan nilai kegunaan dari barang yang akan dibeli. Melakukan pembelian pakaian dengan model dan trend terbaru atau pakaian yang sedang dalam diskon, pola perilaku seperti ini dapat membuat hilang esensi  dan makna dari perayaan Natal itu sendiri.
Perayaan menjelang hari Natal saat ini sepertinya tidak hanya berfokus sebagai hari untuk menemu kenangkan akan kelahiran Yesus Kristus, Natal juga sudah menjadi hari bagi sebagian besar masyarakat umat Kristen untuk melakukan aktivitas berbelanja. Pada mulanya mereka mungkin hanya berbelanja kebutuhan Natal untuk aktivitas dirumah, namun saat ini bayak orang yang berbelanja tidak lagi atas dasar kebutuhan primer , melainkan untuk mencari kepuasan diri dan ego agar mendapatkan penghargaan belaka ketika bisa membeli barang yang diinginkan.
Pada momen ini, orang sudah terjangkit sifat konsumerisme. Seolah-olah mereka membutuhkan sangat banyak barangyang melebihi kebutuhan primer, walaupun mungkin seiring berkembangnya waktu ,setelah itu ia tersadar bahwa barang yang mereka belanjakan itu tidak lagi dibutuhkan didalam kehidupannya.
Kenyataan yang sering tersirat terjadi bahwa ketika melakukan perayaan menjelang Natal, banyak gereja justru terlihat menjadi seperti tempat untuk aktivitas peragaan busana, peragaan barang pameran. Masing-masing keluarga bahkan organisasi ingin menunjukan gayanya melalui pakaian maupun aksesoris yang mereka gunakan saat menjelang natal. Natal yang terjadi merupakan Natal yang sederhana sungguh menjadi perayaan materialistis.
Esensi perayaan menjelang natal Natal pun menjadi semakin tidak jelas karena banyak orang terjangkit budaya konsumerisme. Kegiatan  konsumerisme menjelang hari raya Natal sangat bertentangan dibandingkan dengan esensi perayaan menjelang Natal itu sendiri. Perayaan Menjelang Natal yang merupakan momen untuk persiapan mengenang kelahiran Yesus Kristus sang Juruselamat di kandang Betlehem yang sangat sederhana berubah menjadi suatu peristiwa  perayaan hedonisme dengan konsumerisme.
- Hakikat Perayaan Natal Kristen