Kondisi pasca-pandemi Covid-19 meninggalkan dampak yang signifikan, terutama pada bidang ekonomi di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya UMKM yang bermunculan dan dapat bertahan sampai saat ini. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, Indonesia memiliki 65,5 juta usaha mikro kecil menengah (UMKM), sehingga dapat menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) nasional lebih dari 61% dan menyerap 97% tenaga kerja. Namun, di tengah ketidakstabilan ekonomi global saat ini yang dikatakan sebagai krisis ekonomi menyebabkan harga komoditas dan fluktuasi nilai tukar rupiah menurun.
Usaha Pentol Bakso Bejo merupakan sebuah UMKM yang bergerak di bidang kuliner di Sukoharjo. UMKM Pentol Bakso Bejo yang memproduksi berbagai olahan bakso ini berdiri pada tahun 2019. Terdapat dua produk produk unggulan dari Pentol Bakso Bejo yaitu Tahu Bakso dan Pentol Bakso yang setiap hari ramai dicari konsumen. Dari banyaknya permintaan konsumen yang terus meningkat, pemilik UMKM menginginkan kenaikan laba sebesar 5% pada usahanya tanpa mengurangi kualitas produk dan tidak menaikkan harga jual. Hat tersebut dilakukan agar tetap dapat bersaing di pasar.
Untuk meningkatkan daya saing di pasar dan memenuhi kebutuhan konsumen secara berkelanjutan, Pentol Bakso Bejo menerapkan pendekatan strategis melalui analisis biaya, volume, dan laba, guna menyediakan dasar yang kokoh dalam merencanakan laba, mengoptimalkan biaya produksi, dan menetapkan harga jual yang kompetitif.
"Meski biaya produksi kadang-kadang mengalami kenaikan yang signifikan, saya tidak akan menurunkan kualitas produk atau menaikkan harga jual, karena itu adalah hal yang saya hindari. Oleh karena itu, saya menerapkan strategi agar produk saya tetap bisa bersaing di pasar", ujar Daryono selaku pemilik UMKM Pentol Bakso Bejo pada 7 November 2024.
Pemahaman yang kuat tentang keterkaitan antara biaya produksi, volume produksi, volume penjualan, dan laba merupakan elemen krusial dalam analisis biaya, volume, dan laba. Untuk terus memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat menjadikan pengaruh perubahan volume produksi terhadap profitabilitas perlu diperhatikan.
Dalam laporan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa data penjualan pada bulan Oktober total pendapatan sebesar Rp148.800.000 dengan rincian, produk tahu bakso sebesar Rp96.000.000 dan pentol bakso sebesar Rp 52.800.000 serta total unit terjual produk tahu bakso yaitu sebanyak 96.000 dan pentol bakso sebanyak 105.600 unit. Dengan menggunakan analisis biaya volume laba, untuk menentukan penjualan agar keuntungan naik sebesar 5%, UMKM Pentol Bakso Bejo perlu menjual 69.424 unit tahu bakso dan 273.496 unit pentol bakso sehingga total pendapatan menjadi Rp206.397.000.
Dilihat dari data hasil analisis laporan, total penjualan tahu bakso menurun tetapi laba yang direncanakan tetap terealisasi. Itu adalah salah satu strategi penjualan yang diterapkan oleh pemilik usaha. Dimana biaya bahan baku pada tahu bakso lebih besar dibandingkan dengan pentol bakso, sehingga keuntungan yang didapat lebih kecil. Dilihat perbedaan dari penjualan sebelumnya dengan rencana kenaikan laba 5% dapat mempengaruhi strategi UMKM dalam menentukan prioritas produk untuk dijual agar rencana kenaikan laba dapat terealisasikan. Optimalisasi penggunaan bahan baku dan diversifikasi produk dinilai dapat membantu UMKM mencapai target laba yang diinginkan. Dengan demikian, pemilik usaha dapat mengoptimalkan alokasi sumber daya secara lebih efisien tanpa mengorbankan kualitas produk dan harga jual, serta tetap dapat bersaing di pasar global.
Dengan memahami struktur biaya dan perencanaan keuangan yang tepat, pemilik usaha dapat meningkatkan efisiensi operasional, sehingga kualitas produk tetap terjaga tanpa perlu menaikkan harga jual. Melalui langkah-langkah seperti pengoptimalan bahan baku dan diversifikasi produk, Pentol Bakso Bejo telah membuktikan bahwa analisis biaya volume laba adalah alat yang sangat efektif dalam perencanaan laba.
Strategi pengelolaan biaya untuk meraih keuntungan yang maksimal tidak hanya berfokus pada pengurangan pengeluaran, tetapi juga pada penyeimbangan efisiensi dan kualitas. Oleh karena itu, penerapan analisis biaya volume laba secara rutin sangat penting bagi UMKM yang ingin merencanakan peningkatan laba.
Dengan menerapkan strategi yang efektif, seperti mengoptimalkan biaya produksi, meningkatkan kapasitas, dan mendiversifikasi produk untuk mencapai target laba yang diinginkan, pengelolaan biaya yang efisien melalui analisis biaya volume laba menjadi kunci bagi UMKM dalam meningkatkan profitabilitas. Melalui analisis ini, diharapkan usaha Pentol Bakso Bejo dapat terus bertahan dan berkembang di industri kuliner yang penuh persaingan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H