Kondisi pasca-pandemi Covid-19 meninggalkan dampak yang signifikan, terutama pada bidang ekonomi di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya UMKM yang bermunculan dan dapat bertahan sampai saat ini. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, Indonesia memiliki 65,5 juta usaha mikro kecil menengah (UMKM), sehingga dapat menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) nasional lebih dari 61% dan menyerap 97% tenaga kerja. Namun, di tengah ketidakstabilan ekonomi global saat ini yang dikatakan sebagai krisis ekonomi menyebabkan harga komoditas dan fluktuasi nilai tukar rupiah menurun.
Dilihat dari Data Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juli 2024 menurun ke level 49,7, sedangkan di bulan sebelumnya Juni 2024 berada di level 50,7. Kemudian Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatatkan deflasi di level 0,18% per Juli 2024. Oleh karena itu, banyak UMKM di Indonesia yang menghadapi tekanan mengenai kenaikan bahan baku dan trend pasar, sehingga harus menggunakan strategi yang efektif dalam pengelolaan biaya agar dapat mempertahankan keberlangsungan usaha.
Usaha Pentol Bakso Bejo merupakan sebuah UMKM yang bergerak di bidang kuliner di Sukoharjo. UMKM Pentol Bakso Bejo yang memproduksi berbagai olahan bakso ini berdiri pada tahun 2019. Terdapat dua produk produk unggulan dari Pentol Bakso Bejo yaitu Tahu Bakso dan Pentol Bakso yang setiap hari ramai dicari konsumen. Dari banyaknya permintaan konsumen yang terus meningkat, pemilik UMKM menginginkan kenaikan laba sebesar 5% pada usahanya tanpa mengurangi kualitas produk dan tidak menaikkan harga jual. Hat tersebut dilakukan agar tetap dapat bersaing di pasar.
Dalam memperkuat daya saingnya di pasar dan memenuhi kebutuhan konsumen secara berkelanjutan, Pentol Bakso Bejo menggunakan pendekatan strategis analisis biaya volume laba agar dapat memberikan landasan yang kuat untuk merencanakan laba, mengoptimalkan biaya produksi, dan menetapkan harga jual yang kompetitif.
"Walaupun terkadang biaya produksi yang digunakan melonjak tinggi, saya tidak akan mengurangi kualitas produk maupun meningkatkan harga jual, karena itu pantangan bagi saya. Jadi, saya melakukan strategi agar produk saya tetap dapat bersaing di pasar" ujar Daryono selaku pemilik UMKM Pentol Bakso Bejo pada 7 November 2024.
Pemahaman yang mendalam mengenai hubungan antara biaya produksi, volume produksi, volume penjualan dan laba merupakan aspek penting dalam analisis biaya volume laba. Untuk terus memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat menjadikan pengaruh perubahan volume produksi terhadap profitabilitas perlu diperhatikan.
Dalam laporan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa data penjualan pada bulan Oktober total pendapatan sebesar Rp148.800.000 dengan rincian, produk tahu bakso sebesar Rp96.000.000 dan pentol bakso sebesar Rp 52.800.000 serta total unit terjual produk tahu bakso yaitu sebanyak 96.000 dan pentol bakso sebanyak 105.600 unit. Dengan menggunakan analisis biaya volume laba, untuk menentukan penjualan agar keuntungan naik sebesar 5%, UMKM Pentol Bakso Bejo perlu menjual 69.424 unit tahu bakso dan 273.496 unit pentol bakso sehingga total pendapatan menjadi Rp206.397.000.
Dilihat dari data hasil analisis laporan, total penjualan tahu bakso menurun tetapi laba yang direncanakan tetap terealisasi. Hal tersebut merupakan salah satu strategi penjualan dari pemilik usaha. Dimana biaya bahan baku pada tahu bakso lebih besar dibandingkan dengan pentol bakso, sehingga keuntungan yang didapat lebih kecil. Dilihat perbedaan dari penjualan sebelumnya dengan rencana kenaikan laba 5% dapat mempengaruhi strategi UMKM dalam menentukan prioritas produk untuk dijual agar rencana kenaikan laba dapat terealisasikan. Optimalisasi penggunaan bahan baku dan diversifikasi produk dinilai dapat membantu UMKM mencapai target laba yang diinginkan. Oleh karena itu, pemilik usaha dapat mengalokasikan sumber daya secara lebih efektif dengan tetap mempertahankan kualitas produk dan harga jual serta dapat bersaing di pasar global.
Dengan memahami struktur biaya dan perencanaan keuangan yang tepat, pemilik usaha dapat meningkatkan efisiensi operasional sehingga kualitas produk dapat tetap terjaga tanpa menaikkan harga jual. Dengan melakukan berbagai langkah-langkah seperti pengoptimalan bahan baku dan diversifikasi produk, Pentol Bakso Bejo telah menunjukkan bahwa analisis biaya volume laba merupakan alat yang sangat efektif untuk perencanaan laba.
Strategi pengelolaan biaya agar dapat keuntungan yang lebih maksimal bukan hanya tentang mengurangi pengeluaran, tetapi juga tentang menyeimbangkan efisiensi dan kualitas. Oleh karena itu, penerapan analisis biaya volume laba secara berkala sangat penting bagi UMKM apabila ingin merencanakan kenaikan laba .
Dengan melakukan strategi efektif seperti mengoptimalkan biaya produksi, peningkatan kapasitas dan diversifikasi produk untuk mencapai target laba yang diinginkan, pengelolaan biaya yang efektif melalui analisis biaya volume laba sangat penting bagi UMKM dalam meningkatkan profitabilitas. Dari analisis tersebut diharapkan usaha Pentol Bakso Bejo terus dapat bertahan dan berkembang dalam industri kuliner yang kompetitif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H