Mohon tunggu...
My_idea (Meidya Putri)
My_idea (Meidya Putri) Mohon Tunggu... Dosen - menulis untuk berbagi opini, Ilmu, pengalaman, pemikiran dan apa saja yang bermanfaat untuk kebaikan.

Staf Keuangan dan Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Mahmud Yunus Batusangkar - Sumatera Barat Penggiat Pasar Modal Syariah, fokus utama Keilmuan: Ekonomi dan Keuangan Syariah Menyukai Dunia kepenulisan baik untuk artikel bebas, riset/ penelitian Ilmiah dan Public Speaking.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Momentum Maulid Nabi: antara Pencitraan dan Sholawatan

9 Oktober 2022   04:44 Diperbarui: 9 Oktober 2022   06:07 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

12 Rabi'ul awal, adalah momentum bagi setiap muslim untuk memperingati hari kelahiran Rasulullah Shollallaahu alaihi wasallam. sejak saya kecil, bahkan kita semua selalu diingatkan dengan kalender yang pada tanggal itu tertulis angka berwarna merah dengan catatan kecil "maulid Nabi Muhammad SAW lengkap dengan tahun Hijriyahnya. Tak sedikit individu maupun lembaga yang  menyiapkan berbagai bentuk kegiatan dalam rangka merayakan maulid nabi. Semua kegiatan umumnya adalah kegiatan bersifat religi. Sebut saja Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ), tausiyah, lomba hafidz Qur'an dan lain sebagainya. Lomba-lomba tersebut selain untuk mengisi momentum maulid nabi juga menjadi strategi untuk tetap menonjolkan nilai nilai Islam dalam kehidupan. 

Namun, beberapa tahun terakhir ini saya mulai memikirkan sesuatu. Setiap Maulid Nabi, selalu akan ada tausiyah dimana kita akan diberikan kembali topik topik keteladanan nabi, keindahan dan kemuliaan kekasih Allah SWT. Sungguh mengagumkan kepribadian dan keteladanan Rasulullah.  Bahkan tak jarang nasehat serta tips untuk meneladani Rasulullah selalu disampaikan. Kendati setelah itu, suasana maulid akan jadi kenangan dan digantikan dengan suasana momentum lain hingga maulid nabi tahun berikutnya datang.

 Pencitraan, kurang lebih seperti itu dalam pengakuan hati saya. karena saya bertanya ke diri sendiri. Di usia yang sudah menuju 30 tahun "Sudahkah saya mencintai nabi? Sehingga setiap hari bisa memperingati maulid nabi (membuktian cinta) dalam bentuk mengikuti Sunnah dan keteladanan Nabi? Seperti apa bentuk ucapan selamat dan cinta kepada Baginda kekasih Allah yg paling tepat? Berapa kali saya menyebut nama Baginda Rasulullah dalam sehari? Semua itu mempengaruhi cara saya memaknai momentum maulid nabi. 

Saya berpikir, kelahiran orang-orang hebat disekitar kita saja pasti kita berdoa untuk mereka, bukan?. Doa yg terbaik, hadiah yang paling wow kita persiapkan. Bahkan setiap hari menyapa mereka secara langsung, japri wa ataupun video call. apalagi untuk sosok manusia kekasih Allah dan suri tauladan nya umat? Lama saya merenungkan pemikiran ini.  

Hingga suatu ketika, dengan sadar saya bergumam dalam hati, maulid nabi bukan sekedar persoalan memperingati, mengenang, dan merayakan hidup Rasulullah, namun bagaimana melahirkan cinta terhadap Nabi Muhammad SAW dengan tulus ikhlas karena Allah. Karena dengan cinta, semua pengorbanan rela kita lakukan demi yang dicintai. Bahkan aktivitas yg kita lakukan cenderung yang tentunya sesuai kesukaannya Rasulullah SAW. Karena ini soal cinta, maka tak ada batasan dan larangan untuk siapapun mencintai terkhusus Nabi Muhammad SAW. Orang beriman dan tidak beriman pun bisa saja mencintai nabi. Sekalipun pendosa seperti saya, juga berhak mencintai. Bukankah begitu rumus cinta yang kita kenal? Tak kenal usia, jarak apalagi strata.

Bagaimana caranya agar bibit cinta ini bisa tumbuh dan semakin membesar? Sungguh ketika itu saya bingung kemudian dengan Sifat Sami' nya Allah, saya dipertemukan dengan Instagram @sholawateveryday. Kajian kajian tentang sholawat di YouTube, cara mendapatkan sholawat, fadhilahnya serta keajaiban yang nyata tentang sholawat terus saya tonton. Semua itu berlalu seperti air mengalir. Sami'na wa atho'na. Sadar dan tidak sadar, saya merasa ada yang berbeda dalam hidup saya ketika mulai membiasakan bersholawat semampu saya. Hari hari diawali dan ditutup dengan sholawat, mulai dari yg frekuensi rendah (10x) sampai komat kamit ribuan kali. Karena saya masuk grup @sholawateveryday,dituntun untuk istiqamah sholawat minimal 1000 per hari. Bacaannya yg pendek maupun panjang, boleh. Alhasil energi sholawat seperti menarik energi-energi baik lainnya dari semesta kedalam kehidupan sehari-hari saya. Inilah modus  "Pemaksaan".  memang awalnya karena terpaksa laporan sholawat setiap hari namun ternyata itulah cara untuk mencintai Nabi. Semakin sering disebut, semakin merasa Nabi Muhammad didekat saya. Bahkan saat menghadapi hidup di titik terendah sekalipun, udah deh. Disholawatin saja. Setelah itu tenang lagi, lancar lagi dan seperti tidak ada lagi yang mampu membuat gelisah. Allahu Akbar, ini satu dari sekian keajaiban sholawat yang sudah saya buktikan.

Lalu, apa kaitannya dengan maulid nabi? 

Ya, sangat berkaitan sekali. Sholawat adalah ucapan penghormatan, ucapan cinta yang membuat mereka yang mengucapka  lebih dekat dengan Rasulullah SAW. Bahkan dihari Jumat sholawat yang kita ucapkan langsung didengar oleh nabi Muhammad SAW.  Lalu, karena yang dipuji dan dihormati adalah kekasihNya Allah, maka Allah balas sholawat kita dengan 10x lipat. dan sangat wajar balasan Allah itu berupa Rahmat dan keberkahan hidup dalam naungan ridho Allah serta Sunnah Rasulullah. Sehingga semakin sholawat semakin membuat kita ingin melakukan apa apa yang disukai Nabi. disukai Nabi berarti di ridhoi Allah. Kendati tantangannya tetap ada yakni bisikan syetan. Akan tetapi, sadar dan tidak sadar sholawat membuat saya "bermaulid" - Mau lindungan ( syafaat) Rasulullah  setiap hari. Tak jarang saya bergantung dan mengandalkan sholawat untuk suatu kebaikan yang diniatkan. hasilnya? Terbukti membuat saya semakin yakin bahwa berharap ke sholawat lebih membahagiakan dibandingkan berharap kepada manusia. Kebanyakan kecewa.

Pertanyaannya, apakah dengan sholawat saya setiap hari tidak ada dosa/salah? sungguh, tetap masih ada dosa dan salah, namun banyak juga sikap2 tak baik,sifat dan perilaku yang dengan sendirinya berubah ke yang lebih baik. Aneh tapi nyata. Mari jadikan maulid nabi sebagai momentum pembuktian cinta seumur hidup, dengan berazzam dalam hati ingin memperbanyak sholawat dengan niat ingin mencintai Rasulullah SAW dan mendapatkan syafaat dunia akhirat. Karena saya perlu teman, yang bukan sekedar untuk per-ingat-an semata, yang kemudian pudar lagi sampai tahun berikutnya,melainkan berteman dan mengingat Baginda Rasulullah SAW sampai suatu hari bersama sama Nabi di syurga. 

Mari bersama sama istiqamah menyapa Baginda Rasulullah SAW sebanyak2nya setiap hari melalui ucapan sholawat. Apapun nama sholawatnya, Allah meridhoi insyaallah. Karena sholawat adalah satu satunya amal yang langsung diterima Allah SWT tanpa melihat Latar belakang orang yang mengucapkannya. Allahumma sholliala sayyidina Muhammad, wa 'ala Alihi washihbihi wasallim.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun